Novel ini adalah musim ke 3 dari kisah cinta beda usia antara Pram dan Kailla.
- Istri Kecil Sang Presdir ( season 1 )
Pernikahan karena perjodohan antara Pram dan Kailla. Rumah tangga yang diwarnai
dengan konflik ringan karena tidak hanya karakter tetapi juga umur keduanya berbeda jauh. Perjuangan Pram, sebagai seorang suami untuk meraih cinta istrinya. Rumah tangga mereka berakhir dengan keguguran Kailla.
- Istri Sang Presdir ( season 2 )
Kehadiran mama Pram yang tiba-tiba muncul, mewarnai perjalanan rumah tangga mereka. Konflik antara menantu dan mertua, kehadiran orang ketiga, ada banyak kehilangan yang membentuk karakter Kailla yang manja menjadi lebih dewasa. Akhir dari season 2 adalah kelahiran bayi kembar Pram dan Kailla.
Season ketiga adalah perjalanan rumah tangga Pram dan Kailla bersama kedua bayi kembar mereka. Ada orang-orang dari masa lalu yang juga ikut menguji kekuatan cinta mereka. Pram dengan dewasa dan kematangannya. Kailla dengan kemanjaannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Casanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pram & Kailla 29
Pram bergegas meninggalkan ruang rapat, sesaat setelah membubarkan bawahannya. Ia berencana ke rumah sakit untuk memastikan kondisi Ibu Keisya baik-baik saja. Jujur saja, ia kasihan melihat gadis remaja itu harus menghadapi semuanya sendirian.
Awalnya, ia melakukan semua ini demi Bayu dan tanggung jawab. Namun, makin ke sini semuanya berubah. Menyelami kehidupan Ibu dan anak itu, hati kecilnya terpanggil. Ini bukan lagi karena kecelakaan yang merengut nyawa sang kepala keluarga, bukan juga masalah meringankan hukuman Bayu, tetapi lebih ke kemanusiaan. Hati kecilnya tersentuh, nuraninya tercubit.
Kalau hanya sebatas tanggung jawab dan demi Bayu, ia tidak perlu pusing. Kirim asisten dan tinggal memberi Ibu Keisya setumpuk uang dan masalah selesai. Namun, ini lebih dari itu. Pram merasa terpanggil mendidik Keisya, merasa tersentuh dengan perempuan tua, di tengah tubuh berpenyakitnya masih harus membanting tulang untuk menafkahi keluarga kecil mereka.
"Don, kita ke rumah sakit!" titah Pram saat sudah masuk ke dalam mobil. Donny sejak tadi sudah menunggu kehadirannya di depan lobi.
Ke rumah sakit lagi?
Tanya itu hanya mengumpul di benak Donny, ia tak mampu bersuara selain menyetujui permintaan majikannya.
"Baik, Pak."
"Sebelumnya, mampir di restoran langganan. Belikan makan siang, dibungkus untuk tiga orang.”Pram memerintah.
"Baik, Pak." Donny menurut tanpa banyak protes.
***
Pram melangkah masuk dengan gagah ke dalam ruang perawatan Ibu Keisya. Kondisi wanita tua itu sudah jauh lebih baik, walaupun belum bisa dikatakan membaik. Di sudut ruangan, tampak Keisya sedang berbaring di sofa menikmati ponsel pintar di tangannya. Melihat Pram masuk, buru-buru ia merapikan cara duduknya. Bisa panjang urusannya kalau Pram sampai protes. Selain kenyamanan, uang sakunya pun terancam. Ia sudah cukup bahagia, kehadiran pria dewasa yang dipanggilnya Om itu membuat kehidupannya dan sang Ibu berubah drastis. Apalagi, Pram mengurusi semua hal untuk mereka.
"Om ...." Keisya menyapa. Remaja itu jauh lebih sopan dibanding awal-awal berkenalan.
"Om membawakan makan siang untukmu." Pram menyapa singkat, pandangannya beralih menatap ke arah ranjang rumah sakit. "Ibu masih belum sadar?" tanya Pram, berjalan mendekati Keisya.
"Belum, Om." Keisya membongkar bungkusan yang diletakan Pram di atas meja.
Kamar perawatan ini termasuk nyaman, Pram memang memilih kamar dengan fasilitas terbaik untuk Ibu Keisya.
"Mulai besok, kembali ke sekolah! Om akan mencari orang untuk menjaga ibumu." Pram menjelaskan, menatap Keisya yang mulai membongkar kotak mika dengan wajah berbinar bahagia. Ada makanan kesukaan Keisya, gadis itu tampak begitu bahagia.
"Aku tidak mau sekolah. Aku mau menjaga Ibu saja, Om." Keisya menolak.
Pram yang tengah duduk di sofa, sontak mengalihkan pandangannya. Sorot mata pria itu berubah mengerikan.
"Kapan mulai PKL? Kamu sudah menghubungi Stella?" tanya Pram, tidak peduli dengan permintaan Keisya.
"Beberapa hari lagi, Om." Keisya menjawab ketus, memasukan mi goreng Jawa kesukaannya ke dalam mulut. Seharian ini, ia hanya makan dari kantin rumah sakit. Tidak ada menu beraneka ragam yang bisa menggoyang lidahnya.
"Jangan membolos lagi. Om akan menghentikan uang sakumu kalau sampai prestasimu menurun semester ini."
"Tidak akan, Om. Aku sudah di urutan terakhir di kelas. Mau turun ke mana lagi?"
Jawaban Keisya membuat Pram terbelalak. Bahkan gadis itu mengucapkannya dengan santai, seolah tanpa beban sama sekali. Ini lebih parah dari istrinya. Pram berpikir, di dunia ini hanya Kailla-nya yang luar biasa, ternyata Kailla tidak ada apa-apanya. Keisya lebih parah dua kali lipat dari istrinya.
Pram meraih kotak mika yang tersisa di atas meja. Ia juga harus mengisi perutnya dengan makan siang sebelum kembali ke kantor untuk melanjutkan aktivitas.
Pria matang itu baru saja memasukan suapan pertama ke dalam mulutnya saat ponselnya berdering mengejutkan di keheningan.
"Mama?" Pram mengerutkan dahi, berkata dengan mulut masih terisi penuh.
"Ada apa, Ma?" Pram bertanya setelah menelan habis makanannya.
"Pram, cepat pulang sekarang. Istrimu ... Kailla ...." Ibu Citra bercerita sambil menangis pilu.
"Ya, ada apa dengan Kailla?" tanya Pram. Pikirannya sudah menerawang jauh. Ia meninggalkan Kailla semalaman dan baru sempat bertemu sebentar, ia harus kembali ke kantor.
"Istrimu ... Pram. Dia membuatku kesulitan bertemu cucu-cucuku." Ibu Citra memulai kisahnya di tengah isak tangis. Terdengar helaan napas perempuan berusia senja itu terputus-putus, menahan gejolak perasaannya.
"Hah!" Kailla baik-baik saja, kan?" tanya Pram melepas kotak mika di tangannya dan bangkit dari duduknya.
Menjauhkah ponsel dari telinga sembari menurut rapat gawai hitam itu dengan telapak tangan, Pram berbicara dengan Keisya.
"Om permisi. Ada urusan. Kalau ada apa-apa, bisa menghubungi Om atau Donny." Pram melenggang keluar dari kamar perawatan dengan penasaran menyesak di pikirannya. Ia tidak peduli dengan tatapan keheranan Keisya.
***
Kediaman Reynaldi Pratama.
Sebuah mobil hitam masuk ke pekarangan rumah yang dipenuhi oleh pekerja bangunan. Ada pasir, semen dan bata merah yang terhampar di halaman. Debu pasir dan semen beterbangan tertiup angin laut bercampur dengan teriknya sinar matahari siang, memancar tepat di ubun-ubun.
Di teras rumah megah Pram, tampak Ibu Citra duduk di lantai kotor sambil menangis. Ia menolak pulang ke rumahnya, memerhatikan pekerja yang memasang bata dengan berlinang air mata. Pagar beton itu sudah terpasang sampai setinggi lutut. Tak jauh dari para pekerja, tampak Sam berdiri ketakutan saat melihat kedatangan majikannya. Ia diminta Kailla untuk mengawasi para pekerja dan memastikan pagar pembatas itu terpasang dan selesai sebelum senja.
"Pram, tolong Mama ... istrimu kelewatan."
Saat melihat Pram turun dari mobil, tangisan Ibu Citra terdengar makin kencang. Perempuan dengan rambut panjang digelung asal itu meremas dadanya, mencurahkan perasaan yang diinjak-injak sang menantu kesayangan.
"Kamu lihat kelakuan Kailla-mu. Mama tidak bisa diperlakukan seperti ini, Pram. Mama sudah tua, hanya ingin menikmati masa tua bersama cucu-cucu Mama. Istrimu malah tidak mengizinkan Mama. Kalau tahu akan seperti ini, Mama lebih baik mati saja." Ibu Citra meraung kencang. Intonasinya makin tinggi. Ia berharap putranya tergugah dan mau membelanya.
"Bangun, Ma. Kenapa menangis di sini?" Pram membantu mamanya bangkit. Dipeluknya tubuh renta yang melemah itu.
"Ayo masuk ke dalam. Kenapa menangis di sini, memalukan saja!" omel Pram, menuntut Ibu Citra masuk ke dalam rumah.
“Mama tidak mau masuk, Pram. Nanti istrimu mengusir Mama lagi.” Ibu Citra beralasan.
Pram tergelak. “Istriku? Kailla itu paling menyayangimu. Dia tidak mungkin mengusirmu, Ma.” Pram menjelaskan.
“Tidak, Pram. Ini serius. Kailla ....”
“Sudah, Ma. Aku paham Kailla dengan baik. Dia tidak mungkin menggigit kalau tidak terusik.”
“Memang kamu pikir aku a'njing, bisa menggigit!” Terdengar suara Kailla memotong. Ibu si kembar sudah berdiri di tangga rumah menuju lantai dua dengan kedua tangan bertekuk di pinggang.
***
Tbc
untuk yg lain aqu sdh melimpir kak...SEMANGAT ...
membayangkan Pram kok mumet mboyong keluarga ke negri singa dan gak tau sampe kapan demi keamanan.
sat set sat set