(Novel ini adalah Novel pertama ku, jadi mohon maaf jika penulisnya masih sangat berantakan. tapi Author akan menyempatkan waktu untuk merevisi total hampir keseluruhan dari isinya, walaupun bertahap.)
"Jadilah Istri ku selama satu tahun Naya, semua pengobatan nenek mu akan ku tanggung, dan kau juga bisa menikmati uang ku selama itu" ucap Arjuna sembari mengulurkan tangannya kepada Naya.
air mata Naya menetes sembari menoleh ke dalam ruangan ICU tersebut, dalam hatinya ia sangat ingin menampar pria di hadapannya itu karena telah merendahkannya dengan menawarkan Nikah kontrak, namun di sisi lain ia juga tidak bisa munafik bahwa ia benar-benar tengah membutuhkan uang untuk pengobatan Neneknya. Naya menoleh kearah Juna.
"baik lah tuan aku bersedia" ucap Naya membuat bibir Juna tersungging.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon picisan imut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
luka yang tak nampak
Di dalam kamarnya Naya hanya terpaku memandangi hujan yang sedari tadi turun tanpa tahu kapan berhenti, seperti Air matanya yang sedari tadi menetes tanpa tahu bagaimana cara menghentikannya, fikirannya penuh dengan apa yang tadi siang ia lihat saat Arjuna dan Kinara berciuman di sebuah area parkiran mobil, Naya pun bingung apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya, bukan kah itu hal wajar karena Arjuna juga pria normal, ia pasti punya rasa untuk mencintai lawan jenisnya, namun kenapa se sesak ini bagi Nayaka....
Cklaaaaaaaaakkk Naya mendengar pintu kamar itu terbuka dengan cepat Naya menghapus air matanya dan memhembuskan nafasnya, dengan itu juga ia berusaha tersenyum membalik badannya.
"Tuan Anda sudah pulang?" Ucap Naya, ia pun meraih tas Arjuna tanpa menatap wajahnya, berbeda dengan Juna yang malah menatapnya dengan penuh tanda tanya, ia tau dari mata Naya yang sembab, bahwa ia habis menangis.
"Naya?" Panggil Arjuna, membuat Naya mendongakkan kepalanya.
"Iya, Tuan?"
"Apa sedari tadi kau tengah menangis?" tanya Arjuna.
"Ahhh, tidak Tuan" Ucap Naya berusaha tersenyum dan melenggang menuju ruangan ganti Arjuna dan menutup pintu itu, saat itu lagi-lagi Naya menangis.
'Naya? Ada apa dengan diri mu? Kenapa air mata ini tidak mau berhenti' gumamnya dalam hati, ia pun mendekap tas Arjuna.
"Baiklah lima menit saja" Gumamnya lirih dengan suara seraknya, ia menutup mulutnya agar suara tangis itu tidak keluar dari mulutnya.
Arjuna yang merasa Naya terlalu lama di dalam ruangan ganti itu pun memutuskan untuk mengetuknya.
"Hey budak! Apa yang kau lakukan di dalam? Cepat siapkan air hangat untuk ku" Seru Arjuna dari balik pintu membuat Naya berkali-kali menghela nafas.
"Iya Tuan, tunggu sebentar" Ucap Naya berusaha menormalkan suaranya. Ia pun menghapus air matanya dan meletakan tas Arjuna ke tempatnya, dan bergegas membuka pintu itu, ia terkejut saat mendapati Arjuna tengah menyilangkan tangannya di depan dadanya sembari menatap lurus ke arah Naya.
"Kau kenapa?" Bidik Arjuna membuat Naya tergagap.
"A... Aku tidak apa-apa kok Tuan"
"Bohong"
"Tidak Tuan sungguh" Ucap Naya, Juna menyentuh dagu Naya yang masih basah.
"Ini apa?" Ucap Arjuna membuat Naya tak bisa berkata apa-apa.
"Kenapa kau menangis?" Tanya Arjuna dengan nada datar.
"Aku? Aku hanya rindu orang tua ku" Ucap Naya berbohong.
"Orang tua mu?" Tanyanya, Naya pun mengangguk.
"Kau pernah bilang ayah mu telah meninggal namun ibu mu?"
"Ibu ku masih hidup Tuan" Jawab Naya.
"Lalu dia dimana?"
"Dia sudah menikah lagi, dan menetap di Singapura" Ucapnya.
"Singapura? Apa yang kau rindukan saat ini ibu mu?" tanya Arjuna "kau ingin bertemu dengannya?" Sambungnya ia pun mendongakkan kepalanya dan menggeleng.
"Tidak Tuan, aku tidak sedang merindukan ibuku" Ucap Naya dengan nada datar.
"Kenapa?"
"Tidak apa-apa, karena dia juga tidak akan pernah merindukan aku" Ucap Naya dingin yang lantas berjalan menuju kamar mandi besar itu, Arjuna terus mengamati Naya yang sudah menghilang masuk kedalam bilik kamar mandi, merasa bingung dengan raut wajah Naya yang tiba-tiba berubah saat ia membahas tentang ibunya.
'Apa mungkin ada masalah antara Naya dan ibunya?' gumamnya dalam hati. Tak lama Naya pun keluar.
"Air Anda sudah siap Tuan" Ucap Naya yang lantas membuat Arjuna berjalan masuk kedalam bilik kamar mandi itu. Naya menatap lurus kearah pintu kamar mandi itu,
'Aku berbohong jika aku tidak merindukan ibu ku Tuan? Namun saat ini yang membuat ku menangis bukanlah hal itu, melainkan diri mu' tuturnya dalam hati.
Malam berselang setelah mereka menyelesaikan makan malam Naya berdiri di loteng kamar tersebut, saat ini Arjuna tengah sibuk bekerja di ruang kerja pribadinya, menyelesaikan laporan yang di kirim dari para bawahannya.
Tiiiiiiiinggg...
Sebuah pesan masuk membuatnya mengeluarkan ponselnya dari dalam sakunya.
From: Raihan
Naya? Aku ingin berbicara sesuatu dengan mu, bisakah besok siang kau datang menemui ku di Kafe? Ku mohon Naya.
Isi pesan dari Raihan membuatnya bimbang, pasalnya Arjuna sudah mewanti-wanti padanya untuk tidak bertemu dengan Raihan lagi, namun ucapan Raihan itu membuatnya penasaran kalau-kalau Raihan ingin berucap sesuatu yang penting.
Kriiieeeeettt pintu kaca itu terbuka membuat Naya memasukan kembali ponselnya kedalam sakunya.
"Apa yang kau lakukan disini, cepat masuk, aku mau tidur" Seru Arjuna yang lantas kembali masuk sedangkan Naya menyusul di belakang sembari menutup pintu kaca itu dan menguncinya.
"Tuan?" Panggil Naya saat Arjuna hendak menarik selimutnya.
"Apa?" Balas Arjuna datar.
"Aku ingin izin keluar besok?"
"Mau kemana lagi? Bukannya hari ini aku sudah mengizinkan mu keluar?" Seru Arjuna.
"Aku ada urusan penting Tuan"
"Tidak bisa, jika aku terus mengizinkan mu keluar itu sama saja aku membebaskan mu, enak saja"
"Tapi Tuan, Raihan?" Naya keceplosan, membuatnya segera menutup mulutnya,
"Raihan?" Seru Arjuna yang lantas beranjak dan mendekati Naya.
"Maksud mu kau mau ijin keluar untuk menemui bedebah itu?" Seru Arjuna.
"Maaf, iya Tuan" Ucap Naya lirih.
"Naya? Kau ini bisa-bisanya ya? Izin keluar untuk menemui pria lain di belakangku? Wah wah wah kau ingin berselingkuh dari ku ya?" Bentak Arjuna sembari berkacak pinggang.
"Aku tidak selingkuh Tuan? Aku sudah bilang aku hanya berteman"
"Apa bedanya itu? Intinya kau ingin ketemuan dengan pria lain di belakang ku, apa namanya jika itu bukan selingkuh!" Bentak Arjuna.
'Pria angkuh ini! Mengatai ku selingkuh, sendirinya berciuman dengan wanita lain di belakang ku, dasar! sepertinya selogan bedebah itu lebih pantas di sematkan di depan Nama mu Tuan Arjuna' gumamnya dalam Hati.
"Hey! ada apa dengan tatapan mu itu? Apa kau tengah mengumpat ku dalam hati?"
'Hah! Kok dia bisa tau?' gumam Naya lagi dalam hati, ia pun menunduk sembari menggeleng.
"Tidak Tuan, maafkan aku" Ucap Naya lirih.
"Intinya aku tidak mengizinkan mu keluar besok, apa lagi untuk menemui cecunguk itu, titik!" Serunya ia pun melenggang ke arah ranjangnya sedangkan Naya berjalan lunglai menuju kursi panjangnya.
"Bagaimana ini? Raihan maafkan aku" Gumamnya sangat lirih, ia pun mulai merebahkan tubuhnya dan memejamkan matanya.
Di sisi lain Arjuna yang tengah menjadikan tangannya sebagai bantalan itu menatap langit-langit kamarnya.
'Kinara? Aku harus apa agar kau mau bersama ku?' gumam Juna dalam hati, ia benar-benar sudah hilang akal.
Kinara memang benar-benar membuatnya gila saat ini, namun di sisi lain Arjuna kembali mengingat bahwa Raihan masih terus berusaha mendekati Naya.
"Besok aku akan memberi peringatan padanya" Ucap Arjuna yang lantas mengepalkan tangannya.
