NovelToon NovelToon
Tumbal Rahim Ibu

Tumbal Rahim Ibu

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Kumpulan Cerita Horror / Rumahhantu / Matabatin / Iblis
Popularitas:549
Nilai: 5
Nama Author: Mrs. Fmz

​"Ibu bilang, anak adalah permata. Tapi di rumah ini, anak adalah mata uang."
​Kirana mengira pulang ke rumah Ibu adalah jalan keluar dari kebangkrutan suaminya. Ia membayangkan persalinan tenang di desa yang asri, dibantu oleh ibunya sendiri yang seorang bidan terpandang. Namun, kedamaian itu hanyalah topeng.
​Di balik senyum Ibu yang tak pernah menua, tersembunyi perjanjian gelap yang menuntut bayaran mahal. Setiap malam Jumat Kliwon, Kirana dipaksa meminum jamu berbau anyir. Perutnya kian membesar, namun bukan hanya bayi yang tumbuh di sana, melainkan sesuatu yang lain. Sesuatu yang lapar.
​Ketika suami Kirana mendadak pergi tanpa kabar dan pintu-pintu rumah mulai terkunci dari luar, Kirana sadar. Ia tidak dipanggil pulang untuk diselamatkan. Ia dipanggil pulang untuk dikorbankan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. Fmz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29: Penemuan Buku Harian Kakak

Kirana mencapai koridor utama rumah, jantungnya berdebar keras. Ia masuk ke kamarnya, mengunci pintu dari dalam, dan segera mengeluarkan buku harian yang tersisa. Waktu Kirana hanya sedikit. Ia harus menemukan rahasia Penemuan Buku Harian Kakak sebelum Nyi Laras berhasil menguasai diri dan mendobrak masuk.

Bau apek dan melati kering menyeruak dari buku bersampul kulit kusam itu. Kirana membukanya. Tulisan tangan Laksmi, kakak sulungnya, terlihat rapi namun penuh kegelisahan.

Ia melewatkan halaman-halaman awal yang berisi tentang kepulangan Laksmi yang bahagia dan cepat berubah menjadi mimpi buruk. Kirana langsung mencari petunjuk tentang jamu, ritual, dan Paviliun.

Ia berhenti di tanggal yang ditulis dengan tinta yang tampak lebih tebal dan terburu-buru:

23 April, Jumat Kliwon

> Jamuan Ibu selalu terasa hangat di tenggorokan, tapi dingin di perut. Malam ini, Ibu memaksa memasukkan daun sirih hitam dan semangkuk bubur kental yang rasanya seperti darah beku. Setelah meminumnya, janin di perutku bergerak liar, bukan menendang, tapi mencakar dari dalam. Aku melihat Ibu tersenyum, senyum itu bukan milik Ibu.

>

Kirana menekan memar di pergelangan tangannya. Rasa sakitnya sedikit mereda, digantikan oleh kejelasan yang mengerikan.

28 April

> Aku melihatnya! Hari ini aku yakin. Ibu bukan menginginkan bayi kami lahir sehat. Ibu menginginkan 'Inti Sari'nya. Dia menyebutnya 'Gendong Waris'. Dia bilang, kecantikan dan kekayaan datang dari pengorbanan anak kandung.

>

> Aku menemukan Dimas berbicara dengan Ibu di Pendopo. Bukan Dimas suamiku yang kukenal. Matanya kosong. Dia tahu! Dia tahu aku akan dikorbankan. Dia setuju dengan Ibu, demi melunasi utang-utangnya. Dia menjualku. Ya Tuhan, dia menjualku.

>

Kirana tercekat. Meskipun Nyi Laras sudah mengatakannya, membaca pengakuan Laksmi yang tewas mengonfirmasi kebenaran pahit itu. Pengkhianatan Dimas adalah tradisi berdarah yang berulang.

Kirana membalik halaman lagi, menemukan peta yang digambar kasar.

2 Mei

> Aku berhasil menyelinap ke Paviliun. Itu bukan gudang. Itu Ruang Penyimpanan. Aku melihat toples-toples berisi cairan kuning, dan di tengahnya, kotak kayu ukir tempat Ibu menyimpan... rahasianya. Itu dikunci dengan kunci emas yang selalu ia kalungkan.

>

> Aku tidak bisa membuka kuncinya. Tapi aku harus meninggalkan pesan. Untuk adikku, Kirana. Kirana akan pulang. Ibu akan memanggilnya pulang. Jangan percaya senyum Ibu. Jangan minum jamunya. Jangan biarkan bayimu tidur nyenyak. Aku sudah merobek halaman-halaman yang paling penting dari buku ini dan menyembunyikannya di tempat yang Ibu tidak akan cari: Foto Keluarga.

>

Pesan Tersembunyi di Balik Foto. Kirana melihat ke dinding. Di sana, tergantung bingkai foto keluarga besar. Nyi Laras, kakak-kakaknya, dan Kirana kecil.

"Tentu saja! Ibu tidak akan pernah merusak wajah cantiknya dengan merobek foto," Kirana menyeringai getir.

Tiba-tiba, terdengar suara gebrakan keras dari luar pintu.

"KIRANA! Buka pintu ini sekarang! Berikan buku itu atau aku akan mengambilnya paksa!" Suara Nyi Laras terdengar sangat dekat, diikuti dengan suara benda tumpul menghantam kayu pintu.

Kirana harus cepat. Ia meninggalkan buku harian itu di tempat tidur, lalu bergegas ke dinding. Ia melepaskan bingkai foto yang tergantung di sana. Bingkai itu berat, berisi foto hitam-putih keluarga mereka.

Di balik kertas foto yang tebal itu, ia merasakan ada lipatan kertas lain yang diselipkan Laksmi.

Nyi Laras terus menggedor. "Kau punya waktu sepuluh hitungan, Kirana! Sepuluh! Sembilan!"

Kirana merobek kertas foto itu. Di dalamnya, tersembunyi sebuah lipatan kecil, robekan dari buku harian Laksmi. Dia berhasil mendapatkan Halaman yang Robek Paksa.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!