NovelToon NovelToon
AKU SEHARUSNYA MATI DI BAB INI

AKU SEHARUSNYA MATI DI BAB INI

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Isekai / Menjadi NPC / Masuk ke dalam novel / Kaya Raya
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: frj_nyt

ongoing

Tian Wei Li mahasiswi miskin yang terobsesi pada satu hal sederhana: uang dan kebebasan. Hidupnya di dunia nyata cukup keras, penuh kerja paruh waktu dan malam tanpa tidur hingga sebuah kecelakaan membangunkannya di tempat yang mustahil. Ia terbangun sebagai wanita jahat dalam sebuah novel.

Seorang tokoh yang ditakdirkan mati mengenaskan di tangan Kun A Tai, CEO dingin yang menguasai dunia gelap dan dikenal sebagai tiran kejam yang jatuh cinta pada pemeran utama wanita.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon frj_nyt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#6

Wei Li menyadari bahwa uang memang bisa membeli kenyamanan, tapi tidak pernah membeli ketenangan.nPagi itu, ia terbangun bukan karena alarm murahan yang berisik, melainkan karena cahaya matahari yang menembus tirai tipis berwarna gading. Tempat tidurnya empuk terlalu empuk sampai membuat punggungnya terasa asing. Untuk sesaat, ia lupa di mana dirinya berada.

Lalu ingatan itu datang. Novel. Dunia paralel. Lu Xian Yue. Kun A Tai. Shen Yu An. Wei Li menghela napas panjang dan berguling telentang. “Selamat pagi di neraka mahal,” gumamnya. Ia bangkit dan melangkah ke kamar mandi. Cermin besar memantulkan sosok wanita yang masih sulit ia terima sebagai dirinya. Kulit cerah, rambut hitam jatuh rapi, mata yang terlihat dingin bahkan saat ia tidak berniat begitu.

Wei Li menyentuh wajah itu pelan. “Kalau ini mimpi,” katanya lirih, “aku mohon jangan bangunin.” Air hangat mengalir membasahi tubuhnya. Sabun wangi. Handuk lembut. Segalanya terasa seperti hidup orang lain. Dan untuk beberapa menit hanya beberapa menit Wei Li membiarkan dirinya menikmati itu tanpa rasa bersalah.

Setelah berpakaian sederhana celana panjang hitam dan kemeja putih tanpa perhiasan ia keluar dari kamar. Han Jae Hyun sudah menunggu di ruang makan kecil dengan secangkir kopi. “Kopi tanpa gula,” katanya sambil mendorong cangkir ke arahnya. Wei Li menatap kopi itu, lalu tersenyum tipis. “Kalau aku jatuh cinta sama kamu, itu salah kopi ini.”

“Tenang,” jawab Jae Hyun santai. “Saya alergi hubungan berbahaya.” Wei Li mendengus sambil menyeruput kopi. Rasanya pahit tapi sempurna. “Jadwal hari ini?” tanya Wei Li masih sambil memegang gelas kopi.

Jae Hyun membuka tabletnya. “Secara resmi? Tidak ada. Secara tidak resmi… Tuan Kun ingin bertemu.” Wei Li berhenti minum. “Dia ngirim undangan?” tanyanya datar.

“Perintah,” koreksi Jae Hyun. “Dengan nada sopan.” lanjut nya lagi

“ck sama aja,” gumam Wei Li sambil memutar bola matanya malas “Jam berapa?” tanya Wei Li memastikan

“Siang ini.” jawab Jae Hyun cepat. Wei Li bersandar di kursi. Dadanya terasa sedikit berat. Ia sudah tahu hari ini akan datang hanya saja tidak menyangka secepat ini. “Kalau aku nolak?” tanyanya.

Jae Hyun mengangkat bahu. “Saya akan menyiapkan pemakaman yang indah.” Wei Li menatapnya. “…Bercanda,” tambah Jae Hyun cepat di akhiri tawa ringan yang terkesan garing. “Mungkin.” lanjut nya lagi tapi dengan wajah polos

Wei Li tertawa pendek. “Sialan kau ini.” Sebelum makan siang, Wei Li memutuskan keluar. Bukan untuk rapat. Bukan untuk acara sosial. Ia hanya ingin berjalan merasakan dunia ini dengan kakinya sendiri. Mobil berhenti di distrik pusat kota. Toko-toko mewah berjejer. Orang-orang berpakaian rapi berlalu lalang. Dunia ini bersih di permukaan, tapi Wei Li bisa merasakan sesuatu yang busuk di baliknya.

Ia masuk ke sebuah butik kecil bukan merek besar, bukan tempat pamer status. Penjaganya menatapnya dengan sedikit terkejut, lalu membungkuk sopan. Wei Li memilih beberapa pakaian sederhana. Tidak mahal berlebihan. Tidak mencolok. “Yang ini,” katanya.

Penjaga toko tersenyum. “Selera Nona sangat… sederhana.” Wei Li membalas senyum tipis. “Tenang itu mahal.”ucap Wei Li dengan wajah datar. Saat keluar, ia melihat seorang anak kecil duduk di trotoar bersama ibunya. Pakaian mereka sederhana. Wajah lelah. Sesuatu di dada Wei Li mengencang Ia berhenti. Mengambil beberapa lembar uang dari tasnya dan menyerahkannya tanpa berkata apa pun. Ibunya terkejut. “Terima kasih, Nona—”

Wei Li mengangguk singkat lalu pergi. Di belakangnya, Jae Hyun memperhatikan tanpa komentar. Di dalam mobil, Jae Hyun akhirnya bicara. “Nyonya tidak perlu melakukan itu.” Wei Li menatap keluar jendela. “Aku tahu.”

“Lalu kenapa?” tanya Jae Hyun lagi karena penasaran Wei Li diam beberapa detik. “Karena aku bisa.” Jae Hyun tersenyum kecil. “Itu jawaban orang kaya yang paling jujur.”

Siang hari, mereka tiba di sebuah gedung tinggi dengan penjagaan ketat. Tidak ada papan nama. Tidak ada logo perusahaan. Dunia gelap tidak butuh pengakuan. Di dalam, suasana sunyi. Lift membawa mereka ke lantai atas. Pintu terbuka. Kun A Tai sudah menunggu.

Ia berdiri di dekat jendela besar, punggung menghadap mereka. Jas hitamnya rapi. Posturnya santai terlalu santai untuk seseorang yang memegang nyawa banyak orang. “Lu Xian Yue,” katanya tanpa menoleh. “Kau datang.”

“Sejauh ini aku masih punya insting bertahan hidup,” jawab Wei Li. Kun A Tai menoleh. Tatapannya langsung menusuk. Jae Hyun menunduk. “Saya menunggu di luar.”

Pintu tertutup. Mereka berdua saja. “Duduk,” kata Kun A Tai. Wei Li duduk. Tidak menunduk. Tidak tersenyum. Kun A Tai menatapnya lama. “Kau memalukan Shen Yu An.”

Wei Li mengangkat bahu. “Dia memulainya.”

“Biasanya kau tidak berani.” ucap dingin Kun A Tai “Biasanya aku bodoh,” balas Wei Li datar. Ada keheningan. Lalu Kun A Tai tertawa pelan. Bukan tawa hangat. Lebih seperti seseorang yang menemukan sesuatu yang tidak ia rencanakan.

“Kau tahu,” katanya sambil melangkah mendekat, “aku membenci hal yang di luar kendaliku.” Wei Li menatap balik “Maka kita punya masalah.” Kun A Tai berhenti tepat di depannya. Jarak mereka dekat. Terlalu dekat. Wei Li bisa mencium aroma maskulin yang tajam dingin, bersih, berbahaya.

“Aku ingin tahu,” lanjut Kun A Tai, suaranya rendah, “apakah perubahanmu ini sandiwara… atau ancaman.” ucapan Kun A Tau santai tapi menekan dan menusuk. Wei Li mengangkat dagu. “Aku bukan ancaman.” ucap Wei Li malas

“Semua orang biasanya berkata begitu,” jawab Kun A Tai. Wei Li tersenyum kecil. “Dan semua orang berbohong.”

Tatapan Kun A Tai semakin dalam. Ia menatap Wei Li seperti memecahkan teka-teki. “Kau tidak takut,” katanya pelan.

Wei Li menelan ludah. Jantungnya berdebar, tapi wajahnya tetap mencoba datar. “Takut itu boros energi.” Hening lagi. Akhirnya, Kun A Tai melangkah mundur. “Kau bebas.”

Wei Li berkedip. “Apa?”

“Untuk saat ini,” lanjut Kun A Tai. “Aku ingin melihat sampai kapan kau bisa mempertahankan ini.”

Wei Li berdiri. “Kalau itu semua—”

“Lu Xian Yue,” potong Kun A Tai. “Hati-hati.”

Wei Li berhenti. Menoleh. “Orang sepertimu,” lanjutnya, “biasanya tidak bertahan lama.”

Wei Li tersenyum tipis. “Biasanya.” jawabnya santai. Di luar ruangan, Jae Hyun menunggu dengan wajah tegang.

“Masih hidup?” tanyanya. Wei Li berjalan melewatinya. “Sayangnya.” balasnya dengan wajah malas Jae Hyun tertawa lega.

Saat mereka pergi, Kun A Tai berdiri sendirian, menatap kota di bawah. “Menarik,” gumamnya. Dan untuk pertama kalinya setelah waktu yang lama Ia merasa ingin memiliki, bukan menghancurkan.

1
Queen AL
nama sudah ke china-chinaan, eh malah keluar bahasa gue. tiba down baca novelnya
@fjr_nfs
/Determined/
@fjr_nfs
/Kiss/
X_AiQ_Softmilky
uhuyy Mangat slalu🤓💪
@fjr_nfs: /Determined/
total 1 replies
Jhulie
semangat kak
@fjr_nfs
jangan lupa tinggalkan like dan komennya yaa ☺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!