Wont Let You Go

 Suara langkah mendekat membuat Selena dengan segera menjauh dari Leandro. Ia tidak ingin menimbulkan kecurigaan di benak sang ibu.

 " Ibu butuh bantuan ? " tanya Selena saat melihat sang ibu datang.

 " Tidak perlu sayang, lagi pula sudah ada pelayan yang membantu ibu di dapur " jawab Nyonya Rosi. Selena pun mengangguk paham.

 Setelah hidangan siap, mereka pun makan siang bersama.

 " Sayang, tadi Maria mengirim pesan pada ibu. Dia mengatakan jika Nathan sudah setuju dan mau menandatangani surat perceraian kalian. Apa itu benar ? " tanya sang ibu setelah mereka selesai makan.

 " Ya, itu benar bu. Tadi mama Maria sendiri yang menghubungiku " jawab Selena.

 Nyonya Rosi menggenggam tangan sang putri. Ia tahu meskipun seolah bersikap tegar, tetapi putrinya itu terluka.

 Selena tersenyum tipis sembari melihat ke arah sang ibu. Ia menyentuh tangan sang ibu yang menggenggam tangannya.

 " Aku baik-baik saja, bu. Ini yang aku harapkan " ucap Selena mencoba menenangkan.

 " Sepertinya langkahku sudah terbuka. Tante jangan khawatir, karena tante akan segera mendapatkan menantu yang baru. Tante tenang saja. Ada aku yang tentunya akan lebih mencintai Selena dan membuatnya lebih bahagia daripada sebelumnya " kelakar Leandro membuyarkan momen sedih antara Selena dan Nyonya Rosi.

  " Ck... Percaya diri sekali " cibir Selena sambil memutar kedua bola matanya.

 Nyonya Rosi sendiri hanya bisa tersenyum mendengar ucapan Leandro. Ia tak mengira jika ucapan Leandro itu serius.

 " Aku serius tante. Di hadapan tante saat ini, aku meminta restu untuk mendekati putri tante. Aku berjanji akan selalu membahagiakannya dan tak akan pernah menyia-nyiakan apalagi mengkhianatinya. Jadi aku mohon tolong restui aku " pinta Leandro.

 Nyonya Rosi terkesiap mendengar permintaan yang luar biasa di luar dugaannya. Ia pikir perasaan Leandro hanya sekedar tertarik saja tapi rupanya pria itu serius ingin menjalin hubungan dengan putrinya. Ia bisa melihat kejujuran dari tatapan Leandro.

 Sementara itu Selena kembali membulatkan kedua matanya. Ia tak menyangka jika Leandro bisa bicara seterusterang itu.

 Ya Tuhan... Pria ini benar-benar gila !

 Fix no debat, dia itu obses

 Ehm... Nyonya Rosi berdehem untuk menetralkan suasana canggung yang tercipta.

 " Begini nak... Tante menghargai apa yang kau rasakan. Hanya saja, mungkin saat ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakan hal ini. Seperti yang kau ketahui kalau pernikahan putri tante tengah dilanda masalah. Dan tante yakin jika Selena butuh waktu untuk menjalin hubungan yang baru... "

 " Aku tahu itu, tante. Aku hanya butuh restu tante untuk mendekati Selena. Langkah selanjutnya, biar aku yang mengupayakan agar aku pantas bersanding dengan putri tante "

 Leandro memotong ucapan Nyonya Rosi. Ia benar-benar berharap agar Nyonya Rosi memberikan lampu hijau kepadanya.

 Nyonya Rosi menatap Leandro lekat, lalu beralih menatap Selena. Lantas ia pun menghela nafas sebelum kemudian menghembusnya.

 " Baiklah, tante memberikanmu restu untuk mendekati Selena. Tante yakin kau pria yang baik, tapi untuk bisa bersanding dengan Selena, kau harus bisa meluluhkan hatinya. Jangan sampai kau mengulangi perbuatan sebagaimana mantan suaminya lakukan " ucap Nyonya Rosi sambil melirik pada Selena.

 " Bu... " Selena menggelengkan kepalanya.

 " Ibu tidak ingin kau terus terpuruk, nak. Kau berhak bahagia " ucap Nyonya Rosi kepada Selena.

 " Aku berjanji, tante. Aku akan mendapatkan hati Selena dan pasti akan membahagiakannya. Terima kasih " sahut Leandro bersemangat setelah diberikan lampu hijau.

 Satu minggu kemudian. Selena sudah kembali menjalani aktivitasnya seperti biasa. Dirinya pun kini sudah kembali bekerja. Ia sangat bersyukur karena memiliki Ana sebagai asisten yang serba bisa dan dapat dipercaya. Sehingga selama ia tidak berada di perusahaan, pekerjaan bisa dihandle dengan baik oleh Ana.

  Brak...

 Pintu ruangan Selena dibuka paksa. Selena mengangkat wajahnya dan menemukan sepasang mata yang menatapnya penuh kerinduan.

" Maaf nona... Tapi Tuan Nathan memaksa " ucap Ana yang berdiri di belakang Jonathan. Ia merasa bersalah karena membiarkan pria itu masuk ke dalam ruangan Selena.

 " Tidak apa, Ana. Sekarang kau boleh meninggalkan kami " ucap Selena kepada Ana.

 Ana pun segera meninggalkan ruangan Selena dengan perasaan tak menentu.

  Selena berdiri dari kursinya lalu berjalan ke arah Jonathan berada.

 " Duduklah ! " titah Selena kepada Jonathan.

  Selena duduk lebih dulu di sofa diikuti oleh Jonathan. Tapi sebelum berhasil duduk Jonathan berhasil melingkarkan tangannya di pinggang Selena.

" Aku merindukanmu, honey... Tolong kembalilah padaku ! " ucap Jonathan di telinga Selena. Ia menghirup wangi Selena yang sangat ia rindukan.

 Untuk sesaat Selena terdiam, ia memejamkan matanya sebelum akhirnya melepaskan tangan Jonathan dari pinggangnya.

 " Cukup Nath... Jangan seperti ini ! Kita sudah berpisah " ucap Selena lalu membalik tubuhnya sehingga bisa berhadapan dengan Jonathan.

  Ia bisa melihat mata Jonathan yang berkaca-kaca. Wajah mantan suaminya itu nampak layu dan kusut.

 " Apa kita tidak bisa bersama lagi honey ? Aku tahu kesalahanku begitu besar. Tapi, apakah tidak ada kesempatan lagi untukku ? Jujur, aku tidak bisa hidup tanpa dirimu " ucap Jonathan jujur.

 " Maafkan aku, Nath ! Aku tidak bisa... Pergilah ! Lupakan aku, menikahlah dengan Sherly. Dia membutuhkanmu " seru Selena.

 " Tidak ! Mana mungkin aku bisa menikah dengan Sherly. Aku mencintaimu, Selen " sergah Jonathan.

 " Cukup ! Aku tidak ingin kembali padamu, Nath. Hubungan kita sudah benar-benar berakhir. Pergilah ! " Selena berseru.

 Jonathan bergerak mendekat tapi Selena bergerak menjauh.

 " Pergilah atau aku akan memanggil keamanan untuk mengusirmu " ucap Selena, tatapannya berubah dingin.

 " Honey... "

 " Pergi ! "

 Selena membuka pintu ruangannya lebar-lebar.

 " Jangan paksa aku untuk berbuat kasar Tuan Jonathan. Pergilah ! " usir Selena.

 Dengan langkah gontai, Jonathan berjalan keluar dari ruangan Selena. Ia sempat menatap Selena saat melewati mantan istrinya itu, tapi Selena memilih untuk membuang pandangannya ke arah lain. Jonathan pun akhirnya pergi dengan hampa.

 Selepas kepergian Jonathan, Selena berupaya menahan agar air matanya tidak luruh. Selama ini, ia berusaha melupakan mantan suaminya itu. Namun hari ini, ia justru harus kembali berhadapan dengannya. Bayangan buruk pengkhianatan itu kembali terkenang dalam ingatannya.

 Ya Tuhan... Kumohon, relakan hatiku melepasnya. Hilangkan perasaanku kepadanya !

 Selena memilih mendudukkan diri di atas sofa. Tangannya bergerak memijat pelipisnya. Tak lama, Ana masuk membawakan segelas air putih untuk Selena.

 " Anda baik-baik saja, nona ? " tanya Ana khawatir terhadap sang nona.

 " Aku baik-baik saja, Ana. Apa dia sudah pergi ? "

tanya Selena sambil meraih gelas berisi air putih dingin yang disodorkan oleh Ana.

 " Ya, Tuan Jonathan sudah pergi " jawab Ana.

 " Lain kali, jangan biarkan dia masuk ke ruanganku. Kalau perlu jangan berikan akses masuk oleh petugas keamanan di bawah " titah Selena.

 " Baik, nona. Akan saya instruksikan sekarang juga agar kejadian tadi tidak terulang kembali " sahut Ana sigap.

  " Terima kasih, Ana. Kau memang selalu bisa kuandalkan " ucap Selena tulus.

 " Sudah kewajiban saya untuk membantu anda, nona " sahut Ana.