NovelToon NovelToon
Black Division

Black Division

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Penyelamat / Action / Sistem / Mafia
Popularitas:190
Nilai: 5
Nama Author: Saepudin Nurahim

Di tengah kekacauan ini, muncullah Black Division—bukan pahlawan, melainkan badai yang harus disaksikan dunia. Dipimpin oleh Adharma, si Hantu Tengkorak yang memegang prinsip 'hukum mati', tim ini adalah kumpulan anti-hero, anti-villain, dan mutan terbuang yang menolak dogma moral.
​Ada Harlottica, si Dewi Pelacur berkulit kristal yang menggunakan traumanya dan daya tarik mematikan untuk menjerat pemangsa; Gunslingers, cyborg dengan senjata hidup yang menjalankan penebusan dosa berdarah; The Chemist, yang mengubah dendam menjadi racun mematikan; Symphony Reaper, konduktor yang meracik keadilan dari dentuman sonik yang menghancurkan jiwa; dan Torque Queen, ratu montir yang mengubah rongsokan menjadi mesin kematian massal.
​Misi mereka sederhana: menghancurkan sistem.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saepudin Nurahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Teori Konspirasi

Bar Harlottica di Sentral Raya selalu menjadi kapsul waktu dari kemerosotan moral kota itu. Lampu neon merah jambu yang remang-remang, sofa-sofa beludru yang usang, dan aroma alkohol, rokok kretek, serta parfum murahan berpadu menjadi aura khas yang dicintai Tika Marlina.

Di sudut paling gelap, jauh dari tatapan mata pengunjung, empat monster duduk mengelilingi meja kayu yang penuh botol bir Harlottica—bir stout lokal yang pahit namun terkenal kuat.

Tika Marlina, si Harlottica, tertawa. Tawa sarkasnya pecah, mengalahkan suara musik synth-wave yang berdentum pelan.

"Jadi," Tika mengembuskan asap rokoknya, yang asapnya seakan enggan meninggalkan rambutnya yang stylist. "Satu minggu neraka, tiga benua, dan kita semua hampir mati demi satu nama. Lucu sekali."

Dia menyesap birnya, menikmati sensasi pahit dan kuat di tenggorokannya. Nama bir itu, Harlottica, adalah julukan yang ia benci, tetapi kini ia pakai sebagai topeng.

Di depan Tika terhampar lembaran dokumen yang ia curi dari Koalisi Dagang Asia Tenggara. Tika mengambil sebatang rokok baru, menunjuk dokumen itu.

"Lihat ini. Daftar korban perdagangan. Anak-anak yang dijual ke pasar seks elit di Dubai, Hong Kong, Tokyo. Semuanya disalurkan melalui yayasan amal palsu. Dan siapa yang mendanai, mengatur logistik, dan memberikan perlindungan hukum pada yayasan-yayasan ini?" Tika tersenyum dingin. "Laporan auditor itu selalu mengarah ke perusahaan cangkang di Swiss. Dan pemilik perusahaan cangkang itu... Rhausfeld Family Holdings."

Di sampingnya, Yama Mendrofa (The Chemist) yang kini kembali ke wujud manusianya, tampak pucat dan kelelahan, tetapi matanya memancarkan api kemarahan. Ia mengenakan hoodie gelap, menyembunyikan bekas luka bakar asam.

Yama meletakkan Vial 17-C yang dicurinya dari Singapura di tengah meja. Cairan keruh di dalamnya tampak polos, namun menyimpan konspirasi paling busuk.

"Vial 17-C," Yama memulai, suaranya tenang, didominasi oleh kecerdasan seorang ilmuwan yang marah. "Vaksin yang menyebabkan kerusakan telomer, menciptakan kebutuhan pasar obat yang konstan untuk melawan gejala penyakit organ yang perlahan muncul. Aku menghabiskan tiga hari terakhir mencoba memecahkan enkripsi laptop yang aku sita dari kepala riset mereka."

Yama mendorong layar laptop tipis ke tengah meja.

"Dan hasilnya? Mereka membiayai R&D, mereka mematenkan formula, mereka mengamankan regulasi. Tapi yang paling menjijikkan adalah ini: mereka membiayai 90% dari program vaksinasi massal di kawasan Asia, seringkali melalui 'bantuan' dari WHO cabang regional. WHO di kawasan ini, yang seharusnya mengawasi kesehatan publik, malah menjadi dealer untuk penyakit yang mereka jual."

Yama menunjuk kolom spreadsheets di layar. "Lihat dana 'donasi' ini. Semuanya dari yayasan Rhausfeld. Mereka adalah produsen penyakit, pahlawan vaksinator, dan penjual penawar. Siklus laba sempurna, Bro."

Sementara itu, Edy Dhembeng (Gunslingers) adalah anomali di antara mereka. Ia duduk dalam hoodie yang menutupi bagian atas tactical suit hitamnya. Wajahnya normal, tetapi bagian lengan dan dadanya masih diselimuti lapisan baja organik yang memperbaiki diri.

Edy meletakkan senapan serbu canggih yang dicuri dari kargo Filipina. Senjata itu tampak seperti barang seni militer. Dengan mata visor-nya (yang tetap menyala merah di balik hoodie), ia memindai dan menganalisis senjata itu.

"Ini bukan senjata biasa," kata Edy, suaranya mekanis, efek dari kerusakan sistem yang belum pulih total. "Ini produk 'Phoenix Defense Corp'. Canggih, ringan, mematikan. Dan tidak ada kode produksi yang terdaftar di database manapun."

Ia mengambil kartu memori kecil dari saku bajunya.

"Aku memecahkan firmware kontrol kualitas mereka. Senjata-senjata ini tidak dijual ke tentara reguler. Senjata ini diproduksi khusus untuk konflik berkepanjangan." Edy menunjuk spreadsheet di laptop Yama. "Perusahaan ini didanai 65% oleh Keluarga Rhausfeld. Mereka menjual senjata kepada Zionis Israel dan Hamas, kepada Rusia dan Ukraina, kepada kartel Kolombia dan pemerintah yang melawannya."

Edy menatap Adharma. "Mereka menciptakan penyakit untuk bisnis farmasi, dan mereka menciptakan perang untuk bisnis senjata. Mereka mengendalikan kedua sisi, menjarah harta dan nyawa untuk keuntungan pribadi."

Guntur Darma, si Adharma, duduk dalam diam, mengenakan kaus biasa. Ia hanya mendengarkan. Ia adalah jangkar moral dan strategis Black Division, namun wajahnya kini diliputi oleh bayangan berat.

"Rhausfeld," Adharma mengulang nama itu, suaranya serak. "Aku sudah menduga nama itu tidak asing. Ketika aku masih remaja, aku sering mendengar orang-orang konspirasi menyebutkan nama itu di forum gelap. Mereka dituduh berada di balik keruntuhan pasar properti 2029, di balik devaluasi mata uang tertentu."

Adharma mencondongkan tubuhnya ke depan, tangannya di atas meja, di samping Vial 17-C.

"Ini bukan hanya korupsi. Ini bukan hanya mafia. Ini adalah Konsorsium Darah Global yang mengendalikan penderitaan manusia sebagai produk. Mereka menjarah uang rakyat melalui obligasi Liew, menciptakan pasien melalui Vial 17-C, dan memicu perang dengan senjata Edy. Semua jalan mengarah ke Rhausfeld."

Tika menyalakan rokoknya lagi. "Jadi, rencananya? Kita punya dokumen, vaksin, dan senjata mereka. Kita punya namanya. Kita tahu mereka ada di balik layar WHO dan konflik global. Mau kita apakan iblis ini?"

"Kita hancurkan," jawab The Chemist, singkat dan penuh kebencian. "Kita gunakan Vial 17-C sebagai bukti. Kita serahkan data Harlottica ke jurnalis yang tepat. Kita alihkan kargo senjata Gunslingers untuk melindungi Sentral Raya."

Adharma menatap mereka bertiga, matanya tajam. "Kita akan menghancurkan sistem mereka dari dalam. Tapi sebelum itu, kita harus mengamankan diri kita sendiri. Kita sudah membuat terlalu banyak kegaduhan."

"Dan Anda pikir kita bisa menghilang di Sentral Raya, Darma?" Gunslingers bertanya dengan nada sinis. "Kita baru saja membongkar rahasia tiga negara. Mereka tidak akan diam. Presiden Bagaskara sekalipun akan terpaksa memburu kita, meskipun dia tahu kita benar."

"Makanya kita bergerak duluan," kata Adharma. "Kita sudah punya markas yang aman. Kita akan memulai Operasi Retribusi."

Tika mengembuskan asap rokok. "Aku suka itu. Retribusi. Cashback atas penderitaan istri dan anak-anak yang mereka bantai."

Tiba-tiba, televisi layar datar di sudut bar, yang biasanya hanya memutar video musik dangdut yang murahan, beralih ke siaran berita internasional yang mendadak. Suara pembawa berita yang berwibawa memenuhi ruangan.

"Kami menginterupsi siaran ini untuk berita penting. Hari ini, PBB secara resmi mengeluarkan resolusi darurat..."

Semua mata di bar tertuju ke TV. Wajah mereka yang berempat—yang tanpa kostum, hanya mengenakan pakaian preman—terpampang di layar, dicap tebal dengan label: BURONAN INTERNASIONAL.

Foto Adharma (wajah seriusnya yang tanpa topeng), foto The Chemist (foto riset lamanya), foto Harlottica (foto glamour saat ia masih menjadi escort elit), dan bahkan gambar cyborg Gunslingers saat mencuri kargo.

"PBB telah menetapkan keempat individu ini sebagai Ancaman Tinggi PBB dan Teroris Internasional menyusul serangkaian serangan brutal di Asia Tenggara. PBB menyerukan semua negara anggota untuk segera menangkap atau menetralkan kelompok yang dikenal sebagai Black Division ini. Hadiah besar ditawarkan untuk informasi yang mengarah pada penangkapan mereka..."

Suara pembawa berita itu memudar, tetapi dampaknya bergema di bar.

Keheningan yang mencekik menguasai Bar Harlottica.

Kemudian, suara-suara di bar mulai berbisik. Bisikan itu tumbuh menjadi gumaman. Gumaman itu menjadi tatapan.

Para pengunjung, mulai dari pekerja pelabuhan, preman kecil, hingga wanita-wanita malam, menoleh ke sudut gelap, tempat empat orang itu duduk.

Mereka tidak melihat pahlawan. Mereka melihat Uang Hadiah. Mereka melihat tiket keluar dari kemelaratan ekonomi 2035 yang diakibatkan Keluarga Rhausfeld, ironisnya.

Tika menyadari tatapan itu. Ia merasakan insting predator di sekelilingnya.

"Sial," Tika bergumam, tawa sarkasnya lenyap, digantikan oleh ketegangan dingin. "Baru saja kita bilang mau menghilang, dunia sudah tahu di mana kita berada."

Adharma menatap sekeliling, matanya menyala dalam kegelapan. Ia berdiri perlahan.

"Waktunya pergi," Adharma berbisik, tetapi suaranya cukup keras untuk didengar Edy dan Yama. "Kita sudah menjadi berita utama. Dan kita... adalah hadiah paling dicari di seluruh dunia."

Bersambung....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!