NovelToon NovelToon
Warisan Kaisar Naga

Warisan Kaisar Naga

Status: sedang berlangsung
Genre:Murid Genius / Raja Tentara/Dewa Perang / Ahli Bela Diri Kuno / Fantasi Timur
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ar wahyudie

Di Benua Timur Naga Langit sebuah dunia di mana sekte-sekte besar dan kultivator bersaing untuk menaklukkan langit, hidup seorang pemuda desa bernama Tian Long.
Tak diketahui asal-usulnya, ia tumbuh di Desa Longyuan, tempat yang ditakuti iblis dan dihindari dewa, sebuah desa yang konon merupakan kuburan para pahlawan zaman kuno.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ar wahyudie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 13

“Langit tidak pernah menolak manusia. Manusia sendirilah yang takut melihat wajah langit.”

.............                       .................                      ..................                          .........................          ......

Begitu Tian Long melangkah melewati gerbang biru, dunia di sekitarnya berubah.

Suara hiruk-pikuk lenyap seketika, lalu berganti dengan keheningan total.

Udara yang menyambutnya bukan lagi udara dunia fana.

Ia terasa berat, basah, dan berbau logam — seperti darah yang baru mengering di atas batu yang terlihat suci.

Kabut tipis bergulung pelan di sekitar, berkilau lembut seolah menyimpan partikel cahaya bintang.

Setiap kali Tian Long bernapas, kabut itu ikut bergetar, membentuk riak kecil yang lenyap tanpa arah.

Langit di atasnya tanpa matahari, hanya lautan abu-abu pucat yang berdenyut pelan — seperti dada makhluk raksasa yang tidur di balik langit.

Di bawah kakinya mengalir sungai jernih…

Namun saat ia menatap lebih dekat, itu bukanlah air — melainkan Qi murni, energi spiritual yang bergerak lembut, mengalun seperti sutra yang hidup.

Tian Long menatap sekeliling; dunia ini tak berujung, tanpa gema selain langkahnya sendiri.

Namun begitu ia membuka mulut, suaranya terdengar memantul jauh di ruang kosong.

“Ini… alam roh,” bisiknya. Nada suaranya hilang perlahan, tapi getarannya menembus dirinya sendiri — seolah ia berbicara bukan kepada dunia, melainkan pada jiwanya.

Dari kejauhan, suara lembut Elder Hua menggema di benaknya — suara itu bukan datang dari luar, melainkan diproyeksikan langsung ke kesadaran peserta ujian.

“Selamat datang di Gerbang Jiwa Naga. Di sini, setiap dari kalian akan bertemu dengan bayangan sejati dari diri kalian sendiri.

Mereka yang sanggup berdamai dengannya — akan diterima. Mereka yang gagal… akan ditelan oleh bayangannya sendiri.”

"Guru...." Tian long berusaha memanggil Long Zhen Tian, namun tidak ada balasa.

Tian Long menyadari, kesadarannya saat ini tidak terhubung dengan Long Zhen Tian.

Tian Long lalu menutup mata. Hening. Udara di sekelilingnya mulai beriak, dan sungai energi di bawah kakinya mendidih pelan.

Dari pusaran itu, muncul bayangan — tinggi, bersisik, dan berlumur aura hitam pekat.

Sosok itu perlahan menegakkan tubuhnya dari sungai, tetesan Qi menetes dari dagunya seperti darah emas yang membeku.

Ia berwujud manusia, tapi di punggungnya tumbuh duri panjang yang tampak hidup, berdenyut mengikuti napasnya.

Sepasang tanduk melingkar di kepalanya, dan dari matanya — dua bola api merah menyala, menatap lurus ke arah Tian Long.

Wajah itu…

Wajah dirinya sendiri.

Hanya saja di balik tatapan itu, tak ada kedamaian — yang ada hanyalah lapar, amarah, dan hasrat untuk membakar dunia.

“Siapa kau?” tanya Tian Long dengan nada datar.

Bayangan itu tersenyum, suaranya berat seperti gemuruh guntur.

“Aku adalah dirimu… Aku adalah kekuatan naga dalam darahmu, yang tak pernah ingin kau lepaskan.”

Bayangan itu melangkah maju.

Setiap langkahnya membuat permukaan sungai retak — crack… crack… — dan riak energi spiritual berhamburan.

Tian Long menatapnya tanpa bergeming.

“Aku bukan musuhmu,” katanya perlahan.

“Aku tidak ingin melawan. Aku ingin mengerti dari mana kekuatan ini berasal.”

Namun bayangan itu hanya tertawa keras.

“Langit tak memberi pengetahuan tanpa rasa sakit!”

Dalam sekejap, bayangan itu melesat — cepat seperti kilat, cakar naga menyambar udara, BOOOM! — gelombang energi menabrak Tian Long dan melemparkannya beberapa langkah ke belakang.

Tanah bergetar. Udara mendesis.

Bahkan di luar alam ujian, para pengawas Akademi yang memantau melalui kristal spiritual menatap layar dengan mata terbelalak.

“Tekanan energinya… menembus batas tingkat Ling Qi!?” seru salah satu pengawas.

Elder Hua hanya menghela napas pelan. “Tidak. Anak itu… belum menembus. Tapi tubuhnya mengenal kekuatan yang lebih tua dari qi.”

Tian Long bangkit, darah menetes di bibirnya, tapi matanya tetap tenang.

“Kalau begitu, mari kita lihat… siapa yang sebenarnya tidak bisa mengendalikan kekuatan ini.”

Ia merentangkan tangan kanan.

Tato teratai di lengannya berdenyut — perlahan, lalu semakin cepat, seperti jantung yang mulai bangkit dari tidur panjang.

Cahaya keemasan muncul dari pori-porinya, membentuk sisik-sisik kecil di kulitnya.

Dumm… dummm… dummmm!

Getaran halus menggema di seluruh ruang ujian.

Energi spiritual dari sungai mulai tersedot ke arah Tian Long, berputar membentuk pusaran emas yang berkilau.

Bayangan itu meraung marah, menciptakan gelombang tekanan yang membuat tanah berguncang hebat.

“Kau pikir bisa mengikatku, manusia kecil!? Aku adalah naga yang dibuang oleh langit!”

Tian Long menatapnya lurus.

“Kalau begitu, kita akan berjalan bersama. Langit sudah terlalu lama membuang segalanya.”

Ia mengepalkan tangan, lalu menghunus tombak kayu tuanya — tapi kali ini, kayu itu berubah warna menjadi hitam keemasan, memantulkan kilau petir di permukaannya.

Tombak itu hidup — menjerit pelan seolah merasakan panggilan tuannya.

Dengan satu ayunan, Tian Long menebas udara.

SLAASHHH!

Cahaya emas memecah langit.

Bayangan itu menjerit keras, tubuhnya retak, tapi belum musnah.

Tian Long berjalan mendekat perlahan, napasnya stabil meski darah masih mengalir dari luka di dadanya.

“Kau adalah bagianku. Aku tidak akan menghancurkanmu. Tapi kau akan tunduk.”

Bayangan itu mengerang keras, lalu menunduk perlahan — hingga seluruh tubuhnya meledak menjadi cahaya.

Cahaya itu masuk ke tubuh Tian Long, menyatu, dan tato teratai di lengannya berubah sedikit: kini kelopak teratai itu terbuka, menampakkan satu mata naga di tengahnya.

Langit di atas Tian Long mendadak bergetar, seolah tersentuh oleh napas para dewa kuno. Dari balik kabut kelabu, muncul cermin raksasa yang terbuat dari cahaya murni, bening seperti kristal surgawi, namun di dalamnya tidak tampak bayangan dunia, melainkan pantulan hukum-hukum yang menata jagat raya.

Simbol-simbol bercahaya mulai bermunculan dari permukaannya, menari perlahan di udara seperti mantra kuno yang tak bisa diucapkan oleh lidah manusia. Setiap simbol berdenyut lembut, menyebarkan gelombang energi yang membuat seluruh alam roh bergemuruh.

Sebuah suara bergema di dalam kesadaran Tian Long, tenang, namun mengandung kekuatan yang membuat jiwa bergetar.

“Dunia ini diatur oleh tujuh tingkatan kekuatan… Dan setiap langkah bukan hanya tentang Qi, melainkan tentang kesadaran.”

Simbol pertama menyala redup, menampakkan sosok manusia biasa yang berjalan di bawah kabut dunia fana.

Itulah tingkatan Mortal. Makhluk yang masih terikat oleh tubuh dan pancaindra, belum mengenal aliran energi sejati. Mereka hidup tanpa mendengar suara alam, tenggelam dalam kebutaan duniawi.

Kemudian muncul cahaya hijau muda, melahirkan bayangan seorang manusia yang menatap ke langit, dadanya terbuka oleh seberkas cahaya lembut.

Itulah Spirit Root, tahap di mana benih kesadaran mulai tumbuh, dan dunia mulai berbicara dalam bisikan Qi. Dari sinilah jalan kultivasi dimulai.

Simbol ketiga berpendar biru muda, dan tampak sosok manusia yang menyalurkan energi ke dalam senjatanya.

Ling Qi — saat energi roh mulai mengalir di tubuh dan benda, menjadikan manusia wadah pertama bagi arus kehidupan yang tak terlihat.

Setelah itu, simbol ungu tua muncul, berputar seperti pusaran misteri.

Xuan Realm, tahap di mana seseorang mampu mengubah Qi menjadi bentuk luar dan menciptakan teknik pribadi. Di sinilah manusia berhenti menjadi makhluk yang hanya menerima, dan mulai menjadi pencipta kekuatan itu sendiri.

Langit bergetar kembali saat simbol kelima muncul — berwarna coklat keemasan seperti tanah yang subur.

Di Realm (Bumi), tempat tubuh menjadi wadah energi yang kokoh, mampu menahan tekanan langit. Akar kekuatan menembus bumi, menjadikan tubuh pilar antara dunia dan langit.

Simbol keenam menyala terang bagaikan petir. Dari dalamnya muncul siluet manusia yang memanggil api, air, dan angin hanya dengan gerakan tangannya.

Tian Realm (Langit) — tahap di mana kekuatan menyatu dengan unsur alam, dan langit mulai menjawab panggilan sang kultivator. Petir, api, dan angin tunduk pada kehendaknya.

Kemudian cahaya lembut turun seperti hujan bintang, membentuk simbol ketujuh.

Sheng Realm (Suci), di mana tubuh dan jiwa menyatu, melampaui batas jasmani. Setiap langkah mereka mengguncang dunia, dan setiap napas membawa gema hukum alam.

Namun setelahnya, muncul simbol yang berbeda — samar, nyaris tak bisa dipahami.

Shen Realm (Dewa). Aura dari simbol itu begitu agung hingga Tian Long merasa dadanya tertekan. Mereka yang mencapai tahap ini tidak lagi berjalan di bumi, melainkan menulis ulang takdir dunia kecil dengan kehendaknya.

Lalu, di antara semua cahaya itu, satu simbol terakhir muncul.

Cahaya keemasan berkilau seperti sisik naga purba, dan langit bergetar hebat.

Long Tian Realm (Kaisar Naga) — tahap akhir yang bahkan hanya disebut dalam legenda. Di tingkat ini, kesadaran menyatu sepenuhnya dengan langit. Tidak ada lagi perbedaan antara diri dan alam semesta; nama mereka menjadi bagian dari hukum dunia itu sendiri.

Cermin langit bergetar, lalu retak perlahan, melebur menjadi butiran cahaya yang jatuh dan diserap ke dalam tubuh Tian Long.

Ia menatap telapak tangannya — samar-samar tampak garis bercahaya mengalir di bawah kulitnya, seperti sungai Qi yang baru terbangun.

Suaranya hampir tak terdengar, namun penuh tekad.

“Jika setiap langkah adalah ujian kesadaran… maka aku akan melangkah tanpa ragu.”

Udara di sekitar bergetar lembut. Entah dari dalam atau luar dirinya, suara bijak terdengar kembali — dalam dan penuh makna.

“Maka belajarlah melangkah bukan untuk menguasai dunia… tetapi untuk memahami dirimu yang sejati.”

Dan di bawah cahaya sisa dari simbol-simbol langit, Tian Long menutup matanya, menyerap keheningan yang mengandung kekuatan dari tujuh tingkat keberadaan itu.

Suara itu mereda, dan alam roh mulai bergetar pelan.

Pintu keluar terbuka di depan Tian Long, diselimuti cahaya lembut.

Ketika ia keluar, seluruh pelataran ujian terdiam.

Tidak ada gong. Tidak ada sorakan.

Hanya keheningan — keheningan yang lebih keras dari guntur.

Elder Hua menatapnya lama, lalu berkata pelan,

“Selesai dalam waktu kurang dari sepuluh napas… tanpa kehilangan kendali.

Anak ini… bukan hanya kuat. Ia sadar akan kekuatannya.”

Tian Long hanya berdiri diam, menatap gerbang yang kini menutup di belakangnya.

Tombaknya bergetar lembut, dan angin di sekitarnya berputar — tidak mengancam, tapi seolah dunia itu sendiri mengakui kehadirannya.

“Kalau ini baru langkah pertamaku,” pikir Tian Long dalam hati, “aku ingin tahu… seberapa tinggi langit yang sebenarnya bisa kupijak.”

1
Nanik S
Lanjutkan.... bagus Tor
Nanik S
Darah Naga adalah Kunci
Nanik S
Aku sebenarnya siapa... kasihan
Nanik S
Sebenarnya Anak Siapa Tian Long
Didi h Suawa
💪💪💪💪
Didi h Suawa
awal yg baik,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!