"ah...Aku tidak akan memaafkanmu Alaska!! " ucap wanita itu dalam hati setelah melihat tunangannya bermesraan di mansion milik ayahnya dengan seorang wanita yang tidak lain adalah sepupunya sendiri.
Hubungan yang awalnya terjalin manis dan menyenangkan itu, kini mulai goyah karna hadirnya seorang wanita berhati licik bermuka dua itu, didepan baik di belakang diam diam menusuk.
Tiba tiba ada yang memperhatikan wanita itu dari lama, dan kini ingin mencuri kesempatan untuk menaklukkan hati si wanita itu.
Apakah wanita itu akan takluk oleh nya? ayok ikuti kisahnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanna Lovina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23.ttm
Sementara di kota x, Jefan sedang duduk di luar penginapan dengan ekspresi sedikit kesal dengan ayahnya sendiri. Dari tadi pagi ayahnya selalu menanyainya sedang apa, dimana, sama siapa udah seperti pacar yang sangat posesif dengan kekasihnya.
*tring.... tring.... (Suara telponnya kembali berdering)
"iya pah kenapa lagi, Jefan kan udah bilang untuk dua minggu ke depan aku tidak akan pulang karna ada urusan pekerjaan. " jawabnya sebelum ayahnya memulai duluan.
"kerjaan apa hah? Anak pemalas dan manja sepertimu bisa kerja apa, Apa kamu mau sembunyi dari papa dan melakukan kebiasaan buruk mu itu lagi Jefan? " teriak ayahnya tidak percaya dengan kata kata anaknya sendiri.
"Kenapa sih pa selalu berprasangka buruk sama Jefan? Jefan sudah berusaha untuk berubah, tapi kenapa sih papa selalu mengungkit ungkit masa lalu Jefan yang kelam itu? " tanyanya gemetar karna kecewa dengan sikap ayah yang tidak pernah mau mendengarkannya.
"Diam!! Kamu malah melawan papa... dasar anak kurang ajar! Ingat, papa memberimu waktu dua minggu sesuai kata katamu jika saat kamu pulang tidak membuktikan apapun, ingat kamu harus mau belajar perusahaan menjadi asisten papa dan kamu harus menikah dengan gadis pilihan papa! Paham kamu Jefan? " teriaknya malah menyalahkan nya.
"Iya pa! " Jawab Jefan sambil mematikan telpon itu.
"Agh....." teriak nya sambil mengacak rambutnya sendiri.
Tak lama setelah itu, seseorang datang dan memberikan secangkir teh dari belakang dan berkata, "Nih minum dulu!"
Jefan melihat kebelakang, ternyata orang itu tidak lain adalah Jeslin.
"kam.. kamu? Sejak kapan kamu disini? " tanyanya mencoba menyembunyikan ekspresi sedihnya.
"hmm... pertama iya ini aku... dan kedua aku udah disini dari 3 menit yang lalu. Nih ambil dulu, secangkir teh hangat bisa menghangatkan hati yang dingin dan menyejukkan pikiran yang sedang gelisah! " ucapnya masih menyodorkan secangkir teh di tangannya.
"ah terimakasih jes. Kamu pintar juga merangkai kata. Sini duduklah. " jawabnya lagi sambil mengambil teh itu.
"Bolehkah? " tanya Jeslin agak malu malu.
"Boleh kok silahkan... tapi kalo kamu nyaman berdiri juga ga papa! " katanya sambil menyeruput teh ditangannya.
"huh... dasar pria aneh! " jawabnya sambil mendorong bahu Jefan.
"Duh.... " lirih Jefan menahan agar teh di tangannya tidak tumpah.
"Maaf... terlalu kuat yah. "
"ngga... gapapa kok. Sini duduk. " bergeser untuk memberikan tempat buat Jeslin.
"thanks... " Jawabnya masih merasa canggung jika berdekatan dengan pria itu.
Untuk beberapa menit pertama mereka diam satu sama lain canggung bagaikan orang yang sedang pdkt.
"Jef....boleh bertanya gak dan jangan marah yah" panggilnya untuk memulai pembicaraan.
"hmm... kenapa? " jawabnya singkat.
"Hubungan mu dengan ayahmu kurang baik yah?" lanjutnya.
"Kamu tadi nguping yah? " jawabnya kembali bertanya.
"Maaf, aku melihatmu agak gelisah dari balik jendela dan berharap bisa menenangkanmu dengan teh hangat itu tapi pas aku sampai kalian sedang mengobrol jadi aku mendengar sedikit. " jawabnya berharap pria itu tidak marah dan meninggalkannya.
"hm... gapapa... jangan takut, aku tidak akan marah. Aku cuman mau lihat kejujuranmu. " jawabnya seolah bisa membaca pikiran Jeslin.
"oh.. okey... jadi apakah tadi pertanyaanku benar?" bertanya masih penasaran.
"ya... begitulah! Ayahku tidak pernah lagi mempercayaiku sejak kejadian 2 tahun yang lalu. " Jawabnya.
"Kejadian apa kalo boleh tau"
"hmm.... kalau kuceritakan apakah kamu akan membatalkan pernikahan kontraknya? " tanyanya sedikit ragu.
"Tidak. Aku bukan wanita yang suka ingkar janji Jef. Kamu sudah membantuku waktu itu dan aku juga akan membantumu sesuai perjanjian kita. " ucapnya tanpa sengaja menatap lembut mata pria itu.
Bagaikan terhipnotis, Jefan menceritakan semuanya tanpa menyembunyikan apapun.
"Waktu itu.... di usiaku yang masih muda, aku sangat suka menghambur hamburkan duit ayahku, berfoya foya, mabuk, tawuran dan tidak pernah memikirkan masa depanku. Mungkin saat itu aku berpikir tanpa bekerja pun, aku bisa mendapat apapun yang aku inginkan dari orang tuaku. Hingga di tahun itu, aku benar benar dihajar habis habisan oleh keadaan, aku ditipu teman temanku dengan jumlah uang perusahaan ayah ku yang keluar begitu banyak hingga menyebabkan kerugian besar di perusahaan. Aku ditahan di kantor polisi selama 2 minggu karna dituduh memukuli anak tetangga. Dari situlah ayahku benar benar dipandang rendah di kalangan bisnisnya dan bukan hanya itu, juga di kalangan masyarakat. Semua karna kelakuanku, aku sudah berusaha untuk berubah setelah keluar dari penjara. Tapi sampai saat ini, pria itu tidak pernah lagi mempercayaiku dan masih mengira kalau aku masih orang yang sama dengan orang di tahun kelam itu! " Ucapnya menjelaskan dengan wajah penuh sesal.
Jeslin tidak menyangka ternyata orang sukses di depannya saat ini adalah hasil dari orang yang dulu hidupnya sangat kacau.
"Bukankah kamu sudah membuktikannya sekarang dengan suksesmu? "
"Hah... bagaimana cara untuk mengatakannya Jes, sementara di matanya aku hanya seorang anak yang kurang ajar! " Ucapnya emosi tanpa sadar mencengkram kedua bahu Jeslin.
"Aku akan mencoba membantumu sebagai tanda Terima kasihku. " jawab Jeslin menahan rasa sakit akibat cengkraman itu.
"Jika kamu bisa aku akan sangat berterimakasih Jes. " ucapnya menunjukkan sedikit senyum di wajahnya.
"Tapi... "
"apa? " potongnya.
"Bisa kau lepaskan tangan mu? "
"ah.. maaf Jes aku terlalu terbawa suasana! " jawabnya segera melepaskan cengkramannya.
Kini rasa canggung itu seperti berubah jadi perasaan lawan jenis yang sedang baper.
"Jef aku boleh nanya lagi ga? "
"Yah.. tanya sepuasmu! "
"Kenapa kamu harus di jodohkan orang tua mu? Kenapa kamu tidak mencari sendiri aja? "
"Hmm... maybe... jika saat ini aku punya pasangan, aku tidak akan pernah ada di samping wanita secantik ini! " reflek tangannya mengelus pipi cabi Jeslin.
"ih... apa an sih Jef. Ngasal deh. " Semakin malu dengan sentuhan hangat barusan.
"hahah.... Jeslin... Jeslin.... ayok masuk dan tidur di dalem. Aku gak mau kamu sakit melawan udara dingin ini! " ajaknya menarik tangan Jeslin untuk berdiri.
Mereka berjalan dengan tangan yang masih saling menggenggam untuk menghangatkan satu sama lain.
"pertanyaan terakhir Jef... Kenapa pria si tampan kamu tidak punya kekasih? "
"Seperti yang aku katakan tadi Jes. "
"ih... nyebelin banget. " ucap Jeslin segera mengambil selimut dan berbaring di sofa.
Hal itu membuat Jefan bingung dan berpikir apakah mungkin kasurnya kurang nyaman sehingga dia pindah.
"Jes... kamu ngapain di tempat tidurku? Ayo pindah. " katanya mencoba menarik selimut yang membungkus tubuhnya.
"Gak mau. Kamu juga harus tidur disana, kita gantian tiap ganti hari. "
"Gak usah Jes... sana pindah! "
"gak mau." jawabnya masih kekeh dengan pendiriannya.
"Jes.... "
"gak mau Jefan.... " menutup wajahnya dengan selimut.
Sebagai pria gentle, Jefan setuju dengan keputusan Jeslin yang sepihak.
Tanpa di duga dan di sangka Jefan malah menggendong wanit itu ke ranjang.
"Ah... Jefan.. apa yang kamu lakukan... turunkan aku!!! " teriak nya kaget.
"Diam, atau kamu akan jatuh dilantai karna tidak mau diam. " ucapnya sambil terus berjalan ke arah ranjang.
"uh... pria aneh.... " ucap Jeslin dalam hatinya menahan rasa malu yang teramat dalam.
"ah... " teriak keduanya terjatuh di kasur karna selimut yang menghalangi langkah Jefan sehingga tersandung dan menindih tubuh mungil itu.
Jefan terdiam tanpa berkata apa apa, dia menatap mata Jeslin selama itu seperti sedang terkesima.
"Jef... lo ngapain sih? " teriak Jeslin mendorong tubuh itu hingga menjauh.
"duh... maaf Jes! Lain kali jangan melakukannya lagi, atau aku akan tidur disamping mu itu. "
"no no... jangan coba coba. " teriak Jeslin dengan perasaan agak takut.
"hahahah.... dasar bocah... Tidur sono! " Lanjutnya sambil tertawa melihat tingkah lucunya.
Jeslin menutup wajahnya dengan selimut.
"Ahh.... orang aneh... orang aneh.... tapi dia tampan banget! " ucapnya dipikirannya sambil membayangkan tatapan barusan.
"ngga... ngga... jangan baper. Kamu masih mencintai Alaska kan? " tanyanya lagi ke dirinya sendiri.
"Ah... tapi Al udah sama karolin...dia penghianat Jes..."
Dia masih terus bertengkar dengan hati dan pikirannya hingga tertidur.