NovelToon NovelToon
Bukan Istri Kedua

Bukan Istri Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Lari Saat Hamil / Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Obsesi / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:10.3k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Widia

Hidup tak berkecukupan, memaksakan Alana mengubur impiannya untuk berkuliah. Dia akhirnya ikut bekerja dengan sang ibu, menjadi asisten rumah tangga di sebuah rumah cukup mewah dekat dari rumahnya. Namun masalah bertubi-tubi datang dan mengancam kehidupan dirinya dan sang ibu. Dengan terpaksa dirinya menerima tawaran yang mengubah kehidupannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Widia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pelarian

Bara menatap tajam Aravind sambil menyantap makan malam di rumahnya. Setelah mendengar pengaduan dari Jeselyn, Yuniar begitu terkejut dengan tindakan yang putranya ambil. Apalagi Bara, yang pernah mengharap Alana menjadi istri ketiganya.

"Kalau sampai kau memiliki anak dari gadis itu, tak akan pernah aku menganggapnya cucuku!"

Ucapan Bara yang lebih terdengar seperti cemburu di banding amarah, membuat Aravind tersenyum sinis. Sementara Yuniar hanya bisa terdiam, mencerna semua kejadian yang dia alami beberapa bulan terakhir.

"Anehnya, kenapa Jeselyn tak mau mengandung anakmu? Apa yang membuatnya seperti itu? Jangan-jangan istrimu tak bisa hamil," tebak Yuniar yang merasa aneh dengan tingkah menantunya.

"Aku tidak tahu ma, yang jelas semua ini terjadi atas persetujuannya. Apa tetap aku yang salah?" Tanya Aravind menggertak, memaksakan jika semua yang di lakukan bukanlah salahnya.

"Ya, mama hanya heran saja. Istri mana yang mau cinta suaminya terbagi, apalagi memiliki buah cinta dari wanita lain," ucap Yuniar seperti sindiran, membuat Bara tersedak.

"Tapi kenapa kau harus memilih Alana untuk menjadi ibu dari anakmu, masih banyak wanita lain yang lebih pantas untuk keturunan Pradipta," ucap Bara kembali merendahkan Alana.

"Karena aku mencintainya, pa!"

Pengakuan Aravind membuat Bara dan Yuniar terdiam. Kini dia bisa jujur di depan orang tuanya, perasaan yang tumbuh sedikit demi sedikit di saat dirinya menghabiskan waktu bersama Alana. Semuanya seolah pertama kali, seperti kehidupan berumah tangga sesuai impiannya.

Sementara, Jeselyn menatap foto pernikahannya. Pernikahan yang hampir berusia 3 tahun kini di ujung tanduk karena tindakannya sendiri.

"Aku seharusnya menerima saja semuanya, kenapa aku harus marah seperti cemburu. Gadis itu tak pantas untuk aku cemburui, karena aku lebih dari segalanya!"

Keangkuhannya membuat Jeselyn berfikir siasat kedepan agar bisa menarik kembali hati Aravind untuknya. Wanita itu menghubungi seseorang dan meminta saran untuk memperbaiki rumah tangganya.

Keesokan harinya, Jeselyn kembali mendatangi rumah Alana. Sambil membawa sebuah hadiah dan juga persiapannya untuk meminta maaf. Dia pun masuk, namun mendapati rumah itu kosong tanpa siapapun di dalamnya.

Jeselyn terus berjalan sampai langkahnya mendekati sebuah kamar yang di dalamnya terdengar sayup-sayup suara yang sudah dapat dia tebak.

Dia memegang dada, menahan sesak yang tiba-tiba menyerang karena mendengar sang suami yang sedang melakukan peraduan dengan gadis yang sangat dia benci.

"Alana, sayang. Aku tak akan membiarkanmu pergi," ucapan Aravind yang begitu jelas terdengar di sertai nafas terengahnya karena kelelahan.

Aravind keluar dari kamar itu setelah selesai membersihkan diri, lalu mengunci pintu memastikan Alana tak bisa keluar dari kurungannya.

"Sayang!" Panggil Jeselyn yang membuat Aravind menoleh padanya.

"Kau, ternyata ada di sini. Maaf jika tadi kau mendengar suara yang seharusnya tidak kau dengar, Jeselyn."

"Ya, aku tak bisa berkomentar apapun karena itu hakmu dan aku yang mengizinkanmu. Seharusnya aku tak semarah itu," ucap Jeselyn menutupi kekesalannya.

Aravind menatap dingin sang istri, berbanding terbalik seperti beberapa bulan lalu. Tatapan bangga dan penuh cinta seolah lenyap karena rasa cintanya terkikis perlahan.

"Ya, kau yang telah memberikan izin untukku melakukan hal ini kan? Jadi, seharusnya kau bersikap biasa saja. Kau tetap istriku, Jeselyn."

Jeselyn menyunggingkan senyum, walau kalimat yang terucap dari mulut suaminya terasa hambar.

"Aku ingin menemui Alana dan meminta maaf padanya."

Aravind pergi ke kamar, dan membuka pintu yang dia kunci. Pria itu melihat Alana yang tengah meringkuk di kasurnya.

"Sayang, istri pertamaku datang untuk meminta maaf padamu. Cepatlah mandi, dan berpakaian yang cantik."

Alana menatap tajam Aravind, lalu pandangannya beralih seolah mencari sesuatu yang bisa dia buat untuk...

Prang!

Suara pecahan benda membuat Jeselyn akhirnya masuk ke kamar yang sangat dia benci. Dia melihat suaminya tak sadarkan diri dan terkapar dengan darah yang mengalir di kepalanya.

"Apa yang kau lakukan pada suamiku?" Teriak Jeselyn yang melihat Alana hanya diam saja sambil memegang sisa pecahan vas di tangannya.

Gadis itu terisak, karena pertama kalinya dia memberanikan diri melawan Aravind yang sudah mengoyak tubuhnya tanpa henti. Perasaan muak bercampur dendam kini terlampiaskan dengan melukai pria itu.

"Biarkan aku pergi dari sini, aku tak tahan dengan suamimu itu. Dia terus saja melukaiku dan membuatku seperti jalang. Aku tak membunuhnya, aku hanya membuatnya tak sadarkan diri," mohon Alana dengan pandangan takut bercampur lemah.

Bagi Jeselyn, inilah kesempatan baginya merebut kembali Aravind dari tangan gadis di depannya. Dia pun bersedia membantu pelarian bagi Alana.

•••

"Alana..."

Nama itu, keluar dari mulut pria yang kini terbaring di rumah sakit. Aravind membuka matanya, menatap ruangan yang asing baginya. Di sampingnya tak ada Alana, hanya ada Jeselyn yang sedang berbicara dengan seorang dokter.

"Kau akhirnya sadar, sayang!" Sorak Jeselyn sambil memeluk suaminya.

"Kenapa aku bisa ada di sini?"

Jeselyn menceritakan semua yang terjadi, jika Alana melarikan diri setelah mencelakainya. Lalu gadis itu pun membawa lari beberapa barang berharga dan Jeselyn tak sempat mengejarnya karena lebih mempedulikan keselamatan sang suami.

"Semua perhiasan itu memang pemberianku untuknya, ouch!" Ucap Aravind sambil meringis kesakitan, tangannya memegang bagian kepala yang terluka akibat hantaman benda keras.

"Aku akan mengurus semuanya, sekarang polisi masih mengejar dan mencari keberadaan Alana. Lalu gadis pencuri itu akan di jebloskan ke penjara," ucap Jeselyn meyakinkan Aravind.

"Ke penjara? Tidak, jangan jebloskan dia ke penjara. Aku yang akan memberinya hukuman karena telah melukai dan juga lari dariku. Gadis itu tak boleh ke mana-mana!"

Jeselyn yang tak senang mendengarnya, segera mengalihkan pembicaraan. Karena dia berbohong soal polisi yang sedang mengejar Alana, juga dirinya lah yang membuat Alana pergi dari kehidupan mereka berdua.

Malam hari, Alana menginjakan kaki di sebuah kota yang tak pernah dia datangi. Gadis itu memilih melarikan diri ke luar kota, dan mengasingkan diri dari kehidupan di kota sebelumnya.

Alana berjalan, mencari tempat yang dia bisa jadikan tempat menginap sementara. Di lihatnya beberapa kost yang sudah penuh dan hanya ada satu bangunan yang dia lihat. Masjid di kota itu nampak indah, membuat hatinya begitu tenang saat melihat tempat ibadah yang sudah lama tak ia datangi.

"Aku bahkan melupakan hal terpenting saat menjadi gundik seseorang."

Gadis itu masuk dan mencari seorang marbot. Di lihatnya pria yang tengah menyapu halaman masjid tersebut.

"Permisi pak, apa boleh saya pinjam kamar mandinya? Saya baru pindah dan belum mendapat tempat tinggal," ucapnya pada pria itu yang langsung berbalik melihatnya.

"Ya boleh silakan saja," jawab pria itu ramah dan mempersilakan Alana masuk ke dalam kamar mandi masjid tersebut.

Alana segera masuk ke dalam kamar mandinya dan membersihkan seluruh tubuhnya. Rasa segar membuat Alana berfikir jernih, dan mulai merencanakan kehidupan baru kedepannya.

Dia pun masuk ke dalam masjid, mencari mukena dan sajadah lalu beribadah. Gadis itu meminta ampunan dalam do'anya, menangisi kehidupan dan juga rasa sesaknya. Berharap jika Tuhan mengampuni semua kesalahan yang sudah dia lakukan.

"Aku berharap kedepannya lebih baik, dan tak akan bertemu lagi dengan mereka."

Mendadak, rasa mual dan juga pusing menyerang Alana. Gadis itu hanya menganggapnya sekedar masuk angin biasa.

1
Randa kencana
Ceritanya sangat menarik
Fitri Widia: Terima kasih 🥺🙏
total 1 replies
partini
waduh waduh imbalannya tempik
partini
ibunya lagi main kah
partini
good
Fitri Widia: terimakasih 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!