NovelToon NovelToon
Operasi Gelap

Operasi Gelap

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Balas Dendam / Mata-mata/Agen / Gangster / Dark Romance
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Radieen

Amara adalah seorang polisi wanita yang bergabung di Satuan Reserse Narkoba. Hidupnya seketika berubah, sejak ia melakukan operasi hitam penggrebekan sindikat Narkoba yang selama ini dianggap mustahil disentuh hukum. Dia menjadi hewan buruan oleh para sindikat Mafia yang menginginkan nyawanya.
Ditengah - tengah pelariannya dia bertemu dengan seorang pria yang menyelamatkan berulang kali seperti sebuah takdir yang sudah ditentukan. Perlahan Amara menumbuhkan kepercayaan pada pria itu.
Dan saat Amara berusaha bebas dari cengkraman para Mafia, kebenaran baru justru terungkap. Pria yang selama ini menyelamatkan nyawanya dan yang sudah ia percayai, muncul dalam berkas operasi hitam sebagai Target Prioritas. Dia adalah salah satu Kepala geng Mafia paling kejam yang selama ini tidak terdeteksi.
Amara mulai ragu pada kenyataan, apakah pria ini memang dewa penyelamatnya atau semua ini hanyalah perangkap untuknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radieen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Melenyapkan Jejak

Mereka berdua mengikuti jejak itu, menyusup masuk ke dalam hutan. Jejak itu jelas, dan mengarah ke sebuah jurang kecil yang ditutupi semak belukar lebat. Di sana, mereka menemukan bekas perban yang sudah kotor terlepas di atas tanah basah.

"Ini pasti perban milik Fai," bisik Amara, mengambil perban itu. "Semoga dia baik - baik saja."

"Sepertinya dia menuju ke sana," Haris menunjuk ke arah sungai kecil yang mengalir deras di dasar jurang. "Jika dia berhasil sampai ke sungai, kita akan kehilangan jejaknya."

Mereka bergegas, mengikuti jejak kaki yang semakin jarang. Semakin jauh mereka masuk, hutan semakin gelap. Kabut dingin menyelimuti mereka. Haris merasa cemas. Jika Bara menemukannya sebelum mereka, semua pengorbanan ini akan sia-sia.

Mereka mencapai sungai. Airnya keruh karena hujan, mengalirkan lumpur dan ranting-ranting. Jejak kaki Fai menghilang di bibir sungai.

Amara dan Haris menghabiskan satu jam lagi di tepi sungai, mencoba mencari jejak Fai yang mungkin terseret atau berenang. Mereka berteriak memanggilnya, tetapi yang terdengar hanyalah gema suara mereka sendiri yang diserap oleh lebatnya hutan.

Haris kembali ke Amara, wajahnya dipenuhi kekalahan. Ia memegang bahu Amara.

"Amara, cukup," katanya. "Kita harus berhenti. Mungkin Bara sudah lebih dulu di sini. Jika memang tebakanku tepat, dia pasti sudah di bawa pergi. Baik itu tertangkap, atau dia berhasil melarikan diri lebih jauh, kita tetap tidak akan bisa menemukannya."

Amara tersentak. Kepalanya menggeleng tak percaya. Ia menatap air sungai yang mengalir. Ia tahu Haris benar. Fai telah berhasil menutupi jejaknya dengan sempurna.

"Aku harap dia baik - baik saja," bisik Amara.

Haris menariknya kembali ke motor. "Kita harus kembali. Kita harus mengamankan bukti dan mencari cara lain."

Amara mengangguk, tanpa bicara. Ia naik ke motor Juliet, menoleh ke belakang hutan itu sekali lagi, berharap masih bisa menemukan Fai. Haris duduk di jok belakang kereta, ia tahu setiap menit yang mereka habiskan di sekitar area klinik adalah risiko besar. Amara menyalakan mesin motor, dan mereka melaju kembali ke jalan setapak berlumpur.

Kini tujuan mereka berubah,mereka menuju kota. Perjalanan ini terasa dingin dan sepi di bawah sinar matahari pagi yang samar. Mereka melaju dengan kecepatan tinggi. Haris memegang erat tas berisi obat-obatan dan kantong plastik hitam yang harus dimusnahkan.

"Kita harus membakar pakaianmu itu dan USB drive yang rusak. Kita tidak bisa membiarkan bukti itu jatuh ke tangan orang yang salah." Teriak Haris di balik helmnya, suaranya terdengar mendesak.

Amara mengangguk. Ia membelokkan motor dengan gesit ke jalan raya utama. Ia merasa bersalah karena telah meninggalkan Fai, tetapi ia tahu bahwa Haris benar.

Mereka tiba di sebuah kawasan industri tua di pinggiran kota. Haris memimpin Amara ke sebuah bangunan gudang yang tampak bobrok, dikelilingi pagar kawat berkarat. Di dalamnya, ada beberapa bangunan kecil yang dulunya digunakan sebagai kantor logistik dan penyimpanan barang sitaan. Tempat itu terasa terisolasi dan jarang dikunjungi.

"Ini markas polisi yang tidak terpakai," jelas Haris, membuka gerbang berkarat dengan kunci usang. "Dulu aku bertanggung jawab atas tempat ini. Tidak ada yang pernah menggunakannya lagi."

Mereka memarkir motor di dalam, di balik tumpukan kotak kayu yang kotor. Haris segera menarik Amara ke belakang gudang. Di sana, sebuah tungku baja besar berdiri, diselimuti jelaga tebal.

Haris menyalakan api dengan cairan pemantik yang ia simpan di dalam loker gudang. Begitu api mulai membesar dan asap hitam mengepul, Amara menyerahkan kantong plastik hitam berisi pakaian kotornya.

"Buang juga ponselku," kata Haris, mengambil ponselnya yang hangus dan retak. Ia melemparkan ponsel itu ke dalam api. "Itu sudah terinfeksi dan dilacak. Itu adalah jebakan yang dibuat Fai agar tidak ada yang bisa melacaknya kecuali dia sendiri."

Amara terdiam. Fai benar-benar sangat terperinci dan dingin dalam pekerjaannya.

Haris memasukkan kantong plastik itu ke dalam api. Pakaian kotor Amara terbakar dengan cepat, disusul oleh kantong plastiknya yang meleleh. Amara menatap api itu, seolah melihat semua masalah dan kesalahannya ikut terbakar.

"Lalu USB drive ini?" tanya Amara, memegang USB OTG yang kini menjadi satu-satunya hard copy bukti mereka, meskipun isinya telah dikunci oleh virus Fai.

Haris menghela napas. "Kita tidak bisa membuangnya. Ini adalah kunci. Jika Fai selamat, dia akan punya cara untuk membukanya. Ini satu-satunya bukti digital kita bahwa Alfian terhubung dengan Markus."

Haris mengambil USB itu dari Amara. Ia berjalan ke sudut gudang yang lembap, di mana tumpukan arsip-arsip sitaan lama berada. Ia dengan cepat mencari sebuah kotak karton usang yang berisi dokumen-dokumen kasus lama yang sudah berdebu.

"Di sini," kata Haris, mengeluarkan sebuah buku telepon tebal dan usang dari tahun 2000-an. "Tidak ada yang akan pernah repot-repot menyentuh ini. Kita akan sembunyikannya di dalam. Aku akan menandai halamannya, hanya kita yang tahu."

Haris dengan sigap menyayat bagian dalam buku telepon itu, menciptakan sebuah lubang kecil yang pas untuk USB. Ia menekan USB itu ke dalam, lalu mengembalikan buku telepon itu ke tumpukan arsip, di balik lembaran dokumen kasus lama. Bukti teraman telah diamankan.

Mereka kembali ke kantor kecil di gudang itu. Ruangan itu kotor dan berdebu, tetapi terasa jauh lebih aman daripada klinik Juliet. Amara duduk di kursi kayu reyot. Kelelahan yang ia tahan sejak semalam kini menghantamnya keras-keras.

Haris duduk di depannya, tangannya saling menggenggam. Wajahnya yang tegang kini terlihat lebih tenang, tetapi matanya penuh keraguan yang mendalam.

"Amara, kita sudah sejauh ini dalam bertindak. Setidaknya aku harus tahu lebih banyak darimu tentang pria itu."

1
Piet Mayong
next up Thor
Piet Mayong
bravo Amara....
fai selalu bisa diandalkan...
Piet Mayong
lanjutkan thorrr....
💪💪💪💪
Piet Mayong
Amara memang anak seorang polisi sejati...
hebat Amara ayo Brantas kejahatan polisi korup....
Piet Mayong
wah bravo buat komandan Alfian 👏👏👏👏👏
betapa lihainya memainkan perasaan mu Amara
Piet Mayong
yok next part
Piet Mayong
hahhahaha....mau jungkir balik rasanya baca part ini...
good job thor
Piet Mayong
wow wwww kerenn sumpah ikut lari larian aku tadi....
ini bisa jadi sekutu itu Raditya kira2 masuk gak ya
Radieen: Terima kasih kak 🙏🙏
Terus ikutin Amara dan Lucian ya, biar author semangat 🥰🥰
total 1 replies
Piet Mayong
lah dalah JD Haris ini polisi bersih apa kotor sih??
Piet Mayong
aduh pak Raditya begitu emosionalnya...
🤣🤣🤣
Piet Mayong
siapa???
Raditya kah???
haduhhhh makin penasaran nih
Piet Mayong
ini komandan sudah tau kalau Amara mengetahui rahasianya kah??
wah dalam bahaya kau Amara.,..
ati ati y
Piet Mayong
Hahahha....
kok bisa ya secerdik itu dia...
Piet Mayong
banyak yg jaga Amara sih sebenarnya cuma aneh gthu perhatian mereka..🤣🤣
Piet Mayong
masih meraba raba karakter Haris.
.
Piet Mayong
ayo cepet temukan fai sekarang sebelum ketangkap..
Piet Mayong
ini pasti ulah dari Haris...
wah g nyangka sekalinya Amara dilingkungan toxic...
semoga Amara berhenti JD polisi aja deh, gak guna lencanamu kalau hidupmu sudah dikondisikan dgn mereka para penjilat uang haram...
yok yok semanggad thor
Piet Mayong
fai harus bertahan ya...jgn menyerah gthu aja.

💪💪💪💪
Piet Mayong
semoga Haris bukan polisi korup seperti komandan Alfian
🙏🙏🙏🙏
Piet Mayong: tapi g mungkin kan komandan Alfian g punya tangan kanan??
atau sebaliknya Haris ini aslinya suka sama Amara dan dia cemburu buta maybe????
next part Thor 🙏🙏🙏
total 2 replies
Piet Mayong
so sweet deh fai dan Amara...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!