"Mama kemana, ti? Kok ndak pulang - pulang?"
-----------
"Nek nanti ada yang ajak kamu pergi, meskipun itu mamak mu, jangan ikut yo, Nduk!"
-----------
"Nggak usah urusin hidup gue! lu urus aja hidup lu sendiri yang rusak!"
-------------
"LEA! JANGAN DENGER DIA!!"
-------------
"GUE CUMA MAU HIDUP! GUE PENGEN HIDUP NORMAL!! HIKS!! HIKS!!"
-------------
"Kamu.. Siapa??"
----
Sejak kematian ibunya, Thalea atau yang lebih akrab di sapa dengan panggilan Lea tiba - tiba menjadi anak yang pendiam. Keluarga nya mengira Lea terus terpuruk berlarut larut sebab kematian ibunya, tapi ternyata ada hal lain yang Lea pendam sendiri tanpa dia beri tahu pada siapapun..
Rahasia yang tidak semua orang bisa tahu, dan tidak semua orang bisa lihat dan dengar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS. 29. Di perebutkan.
Ke esokan harinya..
Lea sudah bangun saat adzan subuh berkumandang, tiba - tiba kakung nya keluar dan berdiri menatap Lea. Lea yang melihat itu jadi ketakutan.
"Koe masih di sini!?" Ujar nya, Lea menunduk takut.
"Aku ndak main - main, koe pilih keluar dari rumah iki sendiri, atau tak lempar barang - barangmu keluar." Ujar kakung nya lagi.
"Masih gelap kung, Lea takut keluar." Ujar Lea, air matanya sudah kembali menetes.
"Sebelum jam enam, nek jam setengah enam koe belum pergi, tek geret keluar koe." Ujar kakung Lea.
"Hiks.. Hiks.." Lea menangsi ketakutan.
"Ndak usah nangis!" Bentak kakung nya, Lea langsung menahan suaranya dengan mengatupkan kuat - kuat bibir nya.
Lea takut gelap, dan di luar sana memang sangat gelap. Lea melihat jam dinding dan itu sudah lebih dari jam lima, perut nya perih kelaparan karena sejak kemarin tidak makan dan tidak boleh makan.
"Nduk, buyut ndak bisa anter kamu." Ujar buyut nya, buyut nya memang sudah kesulitan berjalan.
Lea kemudian bangun dan dia menghapus air matanya, Lea salim tangan pada buyut nya yang juga ikut menangis..
"Lea pulang ya yut." Ujar Lea.
"Iya nduk, ya Allah gusti.. Jangan belok - belok yo nduk, lurus ikuti kali kecil, nanti juga kamu sampe di desa utimu." Ujar buyut nya dan Lea mengangguk.
Di samping rumah memang ada kali kecil dan memang masih satu jalur dengan desa utinya Lea. Hanya saja selama ini Lea tidak pernah tahu jalan pulang, jadi dia tidak pernah tahu kali kecil itu masih satu jalur kali yang sama.
Lea kecil masuk hendak salim tangan pada kakung nya, tapi kakung nya mengibaskan tangan nya dan tidak mau di sentuh Lea. Akhir nya Lea pun mundur dan pergi dari sana..
Lea membawa kantong kresek merah yang berisi pakaian nya dan keluar dari rumah, udara dingin menyentuh kulit nya saat dia melangkah keluar. Lea melihat kesana kemari dan di sana masih sangat sepi, akhir nya Lea pun pergi dari sana..
"Uti.. Lea pulang." Gumam nya.
Lea berjalan mengikuti kali di sebelah rumah nya. Dia sudah tidak menangis lagi tapi malah seperti bahagia, karena dia akhir nya akan pulang ke rumah utinya. Lea menyusuri jalan setapak sampai ada tetangga kakung nya yang melihat Lea berjalan sendirian, ibunya Aris.
"Nduk mau kemana, kok bawa kresek?" Tanya nya.
"Mau pulang nyai." Jawab Lea polos sambil tersenyum sumringah.
"Hiss, pulang kemana? Nanti koe ilang, kakungmu nyariin nanti." Ujar nya.
"Kakung yang suruh Lea pulang, nyai." Sahut Lea.
"Astagfirullah, nduk.." Ibunya Aris langsung menangis dan menghampiri Lea dan memeluk nya.
"Koe pulang liat jalan, ndak?" Tanya ibunya Aris.
"Kata buyut ikutin kali, nanti sampe di desa uti." Ujar Lea.
"Ya Allah nduk, koe malang tenan nasibe.." Ujar nya.
"Pamit ya nyai, bilang Aris Lea ndak bisa main lagi." Ujar Lea, masih tersenyum.
Ibunya Aris sudah terisak - isak, padahal Lea tidak menangis, dia tersenyum. Lea pun pergi setelah salim tangan..
Satu orang melihat, yang lain juga lihat. Mereka menangis menatap punggung anak kecil malang itu yang berjalan menyeret kantong kresek berisi pakaian nya. Bahkan kantong yang Lea seret bisa untuk mengantongi tubuh Lea, karena Lea begitu kurus dan kecil.
"Nduk mau kemana?" Tanya orang lain lagi.
"Lea pulang ke rumah uti, wa." Sahut Lea polos.
"Bocah cilik di usir kakung nya, mbak.. ya Allah Gusti, bocah ndak punya ibu kok di kejemin gitu." Ujar ibunya Aris.
Bahkan ada yang berlari mengejar Lea dan memberikan uang pada Lea, Lea kebingungan dan tidak amu menerima tapi orang itu memaksa dan mengecup kepala Lea dengan sedih.
"Ati - ati yo nduk." Ujar nya, dan Lea mengangguk sambil tersenyum.
"Makasi, wa." Ujar Lea.
"Dia tau ndak si, dia itu di usir. Ya Allah bocah masih polos ngunu, aku ndak tega liat nya."
"Semoga aku mati nek anakku wis gede - gede." Ujar salah satu yang melihat Lea pergi.
Lea dengar ucapan mereka, tapi dia terus berjalan. Sampai akhir nya Lea sampai di depan pinggir pemakaman, dia melihat banyak sekali sosok - sosok tak kasat mata yang malah hilang saat bertatapan dengan Lea, entah kenapa.
Dia terus berjalan dan berjalan sampai akhir nya dia sampai di depan rumah utinya yang pintu nya terbuka. Lea langsung semangat lagi dan berlari sambil menyeret kantong merah yang sudah bolong di beberapa sisi sebab tersangkut batu.
"Uti.. Lea pulang." Teriak nya.
Lea masuk dan berali menuju ke rumah kayu, di belakang. Utinya yang sedang merajut topi terkejut bukan main melihat Lea pulang..
"Lho nduk, kamu sama siapa?" Tanya utinya.
"Lea sendiri lho ti, Lea bisa pulang.." Ujar Lea sumringah dan langsung memeluk utinya.
"Nduk, nanti koe di cariin sama mak tua." Ujar utinya, utinya pikir Lea kabur.
"Mak tua ndak ada di rumah, Lea di suruh pulang sama kakung." Ujar Lea polos.
Utinya terkejut, dia mencerna ucapan Lea dan baru menyadari, maksud ucapan Lea..
"Koe di usir?" Tanya utinya.
"Usir??" Lea bingung, dia tidak tahu.
"Wes ndak opo - opo, mrene nduk.." Utinya sudah menahan tangis dan memeluk Lea.
"Ndak opo - opo, koe masih punya uti." Ujar utinya, dia menghapus air matanya.
"Uti kok ndak jemput - jemput Lea? Lea nunggu uti." Ujar Lea.
"Maaf yo nduk, wis mulai sekarang kamu di sini sama uti." Ujar utinya.
Lea tersenyum senang mendengar itu, dia memang ingin selalu pulang ke rumah utinya..
...•~•~•~•...
Lalu hari demi hari Lea jalani di sana seperti biasanya, dia menjalani hari - harinya dengan bahagai. Bowo juga tidak banyak berkomentar, dia tidak mempermasalahkan Lea pulang. Dan tiga hari sudah Lea merasa aman, dia sudah berpikir bahwa dia tidak akan sekolah, jadi dia tidak akan di bawa pergi.
Tapi nyata nya tidak begitu.. Tepat malam ke empat, mak tua nya datang sambil menangis - nangis. Dia mendatangi rumah Lea dan langsung meminta maaf pada utinya Lea juga Lea, mak tua Lea pulang daei perantauan setelah setiap malam di datangi oleh Rianti lewat mimpi..
"Aku pikir yo cuma mimpi, buyut cerita Lea sudah di sana dua minggu dan di usir kakung nya, ya Allah sakit hatiku mbak." Ujar mak tua pada utinya Lea.
"Nek memang Lea ndak di terima tolong mbak, jangan tarik - tarikan. Aku ndak masalah di sini rawat Lea, ndak masalah.. Tapi tolong nafkah nya Lea saja di berikan." Ujar utinya.
"Ndak mbak, Lea tetep kudu melu aku." Ujar mak tua nya.
Lea yang mendengar itu dari dalam hanya bisa terdiam sedih. Lagi - lagi dia mau di bawa pergi.
"Lea, sini nduk." Panggil utinya.
Lea lalu bangun dari duduk nya dan berjalan keluar menemui mak tua nya. Melihat Le yang makin kurus mak tua nya menangis sejadi - jadinya, dia meraung - raung sambil memeluk Lea.
"Maafin mak tua, nduk.. Mak tua ndak tau kamu sudah di sana." Ujar mak tua, Lea diam saja.
"Pulang lagi ya nduk, sama mak tua. Ndak akan ada yang berani jahatin kamu, mak tua yang bakal marahin mereka." Ujar mak tua.
"Ndak mau, Lea mau tinggal sama uti." Lea menolak.
"Mbak tulung bujuk Lea." Ujar mak tua pada uti.
"Aku ndak bisa mbak, atiku sakit liat cucuku pulang sambil nyeret - nyeret kresek pakean. Lea iki masih kecil mbak, dia di usir pulang ndak ada yang anter, dia nyeret - nyeret pakean nya sendiri, bayangin mbak!" Ujar utinya Lea dia juga menangis.
"Aku memang melarat mbak, keluargaku iki melarat. Tapi yo jangan sekonyong - konyong sama Lea, dia lan cucumu juga toh?! Anak nya Ruslan, darah daging nya Ruslan, kok tega di usir keluar." Ujar utinya Lea.
"Nek memang ndak mau nampa (nerima) yo anterin minimal mbaaakk,, hiks.. hiks.. Bocah cilik iki mbak! Dia bahkan ndak tau kalo dia iku di usir kakungnya!" Ujar utinya, akhir nya tangis nya pecah.
Mak tua juga menangis, dia merasa bersalah. Dia sayang pada cucunya tentu saja, tapi dia tidak tau Lea sudah 2 minggu tinggal di rumah nya.
"Bapak nya saja sampe sekarang ndak pernah datang, nek sudah ndak mau anggep Lea yo wes toh ndak usah dateng kesini lagi!" Ujar utinya Lea marah.
"Mbak!" Mak tua langsung bersimpuh di depan kaki utinya Lea.
Lea melihat hal itu, dia mendengar semua nya. Banyak kata yang dia mengerti dan ada juga yang tidak dia mengerti. Tapi Lea menangkap inti dari semua itu, dirinya sedang di perebutkan. Lagi dan lagi Lea menjadi tertekan, dia menangis tanpa suara menyaksikan kedua nenek nya saling tangis menangis.
"Lea mau tinggal sama uti, mak tua pulang saja. Lea ndak mau ikut mak tua, Lea mau di sini." Ujar Lea, lalu dia berlari masuk kedalam, ke dalam kamar orang tua nya.
Lea tidak tau lagi apa yang terjadi di depan, yang dia dengar hanya suara tangisan mak tua nya yang meraung - raung meminta maaf pada uti nya. Lea membuka lemari dan mencari selimut favorit ibunya, dia menarik nya lalu di bawa naik ke atas ranjang. Lea lalu menutup seluruh tubuh nya dengan selimut itu dan menangis.
"Huhuhuhu.."
"Huhuhu.. Hiks.. Hiks.."
"Huhuhuhu.."
Lalu tiba - tiba Lea merasa ada seseorang yang duduk di ranjang itu juga, Lea tidak tau siapa dia tidak bersuara. Dan orang itu tiba - tiba memeluk Lea, dalam keadaan seluruh tubuh Lea masih tertutup selimut.
Lea tidak peduli siapa yang memeluknya, dia tidak mau membuka selimut, dia takut itu mak tua. Seseorang yang memeluk nya itu menepuk pelan kaki Lea yang tengah meringkuk, dan Lea masih hafal betul itu adalah kebiasaan ibunya..
"Mama.. Hiks.. Hiks.." Tangis Lea makin pecah.
BERSAMBUNG!
apa mungkin masih ada.dendam.yg blm selesai?
pergi kamu sana, gak usah sok peduli terhadap Lea. urus sana calon istrimu, jangan pernah pedulikan Lea lagi😭😭
tapi jalan yang di pilih salah hingga mengakibatkan jiwa nya terkurung dan di haruskan mencari pengikut...
Lea, ..ayuk lawan nduk,semangat hidupmu harus kau nyalakan, jangan terjerumus dalam dunia iblis.
ayoo lea pulang nduk ....pulang yaa.