NovelToon NovelToon
Manuver Cinta

Manuver Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Balas Dendam / CEO / Dark Romance
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: _Luvv

Pernikahan tanpa Cinta?

Pernikahan hanyalah strategi, dendam menjadi alasan, cinta datang tanpa di undang. Dalam permainan yang rumit dan siapa yang sebenernya terjebak?

Cinta yang menyelinap di antara luka, apakah mereka masih bisa membedakan antara strategi, luka, dendam dan perasaan yang tulus?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon _Luvv, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 29

Malam ini terasa berbeda di apartemen kecil yang ditinggali Diandra. Seminggu terakhir, ruang sempit itu dipenuhi dengan suara perdebatan kecil antara dirinya dan Lingga. Namun, malam ini kembali sunyi, sepi seperti dulu. Biasanya, Diandra menyukai ketenangan semacam ini hening, damai, tanpa suara.

Tapi entah kenapa… malam ini terasa kurang.

Apa ia sudah mulai terbiasa dengan kehadiran Lingga?

Diandra menghela napas panjang. Ia merebahkan tubuhnya ke ranjang, menatap langit-langit kamar yang putih polos, sementara kepalanya dipenuhi tanda tanya.

"Ada hubungan apa sebenarnya antara Kanaya dan Lingga? Apa mereka pernah punya kisah di masa lalu?" gumamnya dalam hati.

Ia mendengus kecil, mencoba menepis pikirannya sendiri.

"Ish, bodo amat. Mau ada hubungan atau enggak, itu urusan dia. Tapi kenapa ya Kanaya terlihat begitu takut dengan suaminya? Apa dia korban perjodohan? Jangan-jangan… dia diperlakukan nggak baik?"

Semakin ia mencoba berhenti berpikir, justru semakin banyak pertanyaan lain yang muncul.

Kanaya, wanita berusia dua puluh sembilan tahun itu, istri dari seorang anak pejabat. Kalau memang ada masalah, sebesar apa hingga dia terlihat begitu ketakutan? Sejahat-jahatnya orang, masa tega menyakiti darah dagingnya sendiri?

Ceklek!

Suara pintu terbuka membuat Diandra tersentak. Ia mendongak dan melihat Lingga baru saja masuk. Penampilan pria itu jauh dari biasanya.

Terakhir kali ia melihatnya, Lingga selalu rapi dengan setelan jas yang pas, rambut klimis, dasi terikat sempurna. Tapi malam ini… semua berantakan. Dasi tergantung longgar, kemeja keluar dari celana, rambut acak-acakan, dan yang paling membuat Diandra terdiam, ia melihat ada memar jelas di wajahnya.

Diandra spontan bangkit duduk, matanya membesar. “Berantem?” tanyanya cepat, suara lebih terdengar seperti gugup daripada sekadar penasaran.

Lingga hanya menatapnya datar, seolah tidak berniat menjawab. Lingga hanya berdiri beberapa detik di ambang pintu, menatap Diandra dengan wajah yang sulit ditebak. Pandangan matanya kosong, tapi sorot lelah dan gusar tidak bisa disembunyikan.

Tanpa sepatah kata pun, ia melangkah ke arahnya. Diandra yang awalnya ingin bertanya lagi, justru terdiam ketika tubuh Lingga tiba-tiba merunduk, lalu kedua lengannya merengkuh erat tubuhnya.

“Lingga…” Diandra terperangah, tubuhnya kaku sejenak. Pelukan itu begitu kuat, dan dari pelukan ini Diandra merasakan jika suaminya sedang tidak baik-baik saja.

Diandra bisa merasakan dada Lingga yang naik-turun cepat. Bahkan samar, terdengar desah napasnya yang berat seolah menahan sesuatu.

Refleks, tangannya ikut terangkat, ragu-ragu namun akhirnya membalas pelukan itu. Hatinya berdesir.

“Kenapa?” bisiknya pelan, nyaris tak terdengar.

Lingga tidak langsung menjawab. Hanya mengeratkan pelukannya, seakan takut jika melepaskan. Diandra memilih terdiam menunggu Lingga sedikit tenang.

Pelukan itu bertahan cukup lama. Hangat, berat, dan penuh emosi yang sulit dijelaskan. Hingga akhirnya, Lingga perlahan melepaskannya. Namun, ia tidak menjauh. Justru tetap duduk di sisi ranjang, menatap Diandra dengan sorot mata yang dalam, seakan ada sesuatu yang harus ia katakan.

“Aku obati dulu lukanya,” ujar Diandra lirih sambil berusaha bangkit. Tapi sebelum ia sempat berdiri, Lingga menahan pergelangan tangannya.

“Kanaya itu… adik saya.”

Diandra membeku. Kata-kata itu seperti menghantam dadanya. Adik? Semua rasa curiga, semua asumsi yang selama ini berlarian di kepalanya, tiba-tiba seperti puzzle yang menemukan bentuknya.

Lingga menarik napas berat. Suaranya serak, rendah, nyaris bergetar. “Hubungan saya dengan keluarga memang nggak baik. Tapi bagaimanapun juga, saya nggak bisa diem lihat mereka disakiti orang lain.”

Diandra terdiam. Jadi benar, informasi dari Marissa tidak salah. Hubungan Lingga dan keluarganya memang retak. Tapi satu hal lain mengusik pikirannya. Bagaimana mungkin semua orang tidak tahu kalau Kanaya adalah adiknya? Apa Kanaya juga sengaja menyembunyikan identitasnya, sama seperti Lingga?

“Kalau begitu…” Diandra memberanikan diri bertanya, “kenapa Kanaya nggak pakai nama keluarga Wijaya?”

Lingga menunduk sejenak, lalu menatapnya lagi. “Dia memilih menikah dengan Felix Gunawiharja. Itu artinya… dia keluar dari keluarga Wijaya.”

Kening Diandra berkerut. Sulit baginya memahami jalan pikiran orang-orang kaya. Apa semua keluarga berada selalu serumit ini?

“Jadi… kamu nemuin Felix tadi? Terus kalian berantem?” tanya Diandra pelan, menatap Lingga dengan sorot penuh selidik.

Lingga tidak menjawab. Diamnya terlalu jelas untuk disalahartikan. Dari tatapan yang mengeras dan luka di wajahnya, Diandra bisa langsung menebak apa yang terjadi.

“Lingga…” suara Diandra melembut, “aku nggak mau ikut campur urusan keluarga kamu. Tapi… apa dengan kekerasan masalah itu bisa selesai?”

Pertanyaan itu menggantung di udara. Lingga hanya menutup mata sebentar, menahan perih di pipi dan bibirnya yang pecah. Ia tidak punya jawaban.

Perlahan, Diandra mengangkat tangan, menunjuk punggung tangan Lingga yang lecet dan berdarah. “Masalah Kanaya udah kita laporin ke pihak berwajib. Kamu nggak perlu lagi mengotori tanganmu begini.”

Lingga menunduk. Untuk pertama kalinya, gengsi dan amarahnya luluh di hadapan Diandra.

Diandra menghela napas panjang sebelum akhirnya bangkit dari ranjang. Ia membuka laci kecil di sisi tempat tidur, mengeluarkan kotak P3K, lalu kembali duduk di depan Lingga. Dengan gerakan hati-hati, ia mulai membersihkan luka di wajah suaminya itu.

“Pelan-pelan, Diandra…” desis Lingga ketika kapas dingin menyentuh ujung bibirnya yang pecah.

Diandra melirik sebal. “Kenapa? Sakit, ya?” tanyanya dengan nada yang sengaja dibuat dingin.

Lingga mengangguk polos, wajahnya meringis menahan perih. Untuk sesaat, Diandra nyaris iba melihat ekspresi itu. Tapi bukannya melunak, ia justru menahan senyum dan menekan sedikit lebih keras di bagian luka.

“Ah! Sakit!” Lingga mendesis, tubuhnya sedikit mundur.

“Syukurin,” balas Diandra cepat. “Besok coba berantem lagi. Biar koleksi memarnya makin lengkap.” Tangannya menunjuk pipi sebelah kiri pria itu. “Tuh, di sini masih kosong. Mau gue tambahin sekalian?”

Lingga melotot kecil, tak percaya dengan ucapan istrinya.

"Kenapa? Mau protes?" Diandra menatapnya sewot.

Lingga menggelengkan kepalanya cepat takut Diandra kembali menekan lukanya, tadi ia tidak merasakan sakit namun di hadapan Diandra nyeri itu semakin terasa.

Diandra justru terkekeh kecil, tangannya kembali menempelkan plester di pelipis Lingga. “Udah beres. Jangan banyak gaya dulu kalau ngomong, nanti sobek lagi.”

Beberapa detik mereka hanya saling menatap. Tak ada kata, tapi ada sesuatu yang berbeda di udara. Sorot mata Lingga tak lagi keras dan dingin, melainkan lembut… dan seolah enggan melepaskan pandangan dari istrinya.

Diandra menunduk buru-buru, menyibukkan diri merapikan kotak P3K, berusaha menutupi debar jantungnya yang tiba-tiba tidak terkendali. Namun, sebelum ia sempat berdiri, Lingga mendadak menggenggam pergelangan tangannya.

“Ra…” suara Lingga terdengar pelan, serak, namun cukup untuk membuat Diandra menoleh lagi.

“Kenapa lagi?” tanya Diandra dengan nada sewot.

“Terima kasih sudah membantu adik saya… dan juga merawat saya,” ucap Lingga, nadanya tenang dan formal.

Diandra mendengus kecil. “Itu naluri gue sebagai dokter, jadi nggak usah kegeeran.”

1
Erika Solis
Duh, sakit banget hatiku. Terharu banget sama author!
Isolde
🙌 Suka banget sama buku ini, kayaknya bakal aku baca lagi deh.
Madison UwU
Gak sabar lanjut baca!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!