NovelToon NovelToon
Gadis Malang Masuk Ketubuh Antagonis

Gadis Malang Masuk Ketubuh Antagonis

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Sistem / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Sandri Ratuloly

Seharusnya Aluna tahu kalau semesta tak akan sudi membiarkan kebahagiaan singgah bahkan jika kebahagiaan terakhirnya adalah m*ti di bawah derasnya air hujan. la malah diberikan kesempatan untuk hidup kembali sebagai seorang gadis bangsawan yang akan di pe*ggal kep*lanya esok hari.
Sungguh lelucon konyol yang sangat ia benci.
Aluna sudah terbiasa dibenci. Sudah kesehariannya dimaki-maki. la sudah terlanjur m*ti rasa. Tapi, jika dipermainkan seperti ini untuk kesekian kali, memang manusia mana yang akan tahan?!
Lepaskan kemanusiaan dan akal sehat yang tersisa. Ini saatnya kita hancurkan para manusia kurang ajar dan takdir memuakkan yang tertoreh untuknya. Sudikah kamu mengikuti kisahnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandri Ratuloly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

17

"Kakak, kamu yakin ingin bekerja di bawah Duke Blance?" Gadis itu menatap saudara laki-lakinya khawatir. Dia tidak berniat menentang keputusan Sang Kakak. Dia sudah amat bersyukur mendapatkan makanan dan tempat tinggal. Tapi, dia juga tidak ingin kakaknya mengorbankan segalanya. Dia sudah tahu sejak lama kakaknya ini berbeda darinya. Kakaknya jauh lebih pintar dan berbakat.

"Alora, kau tenang saja. Duke Blance sudah berjanji akan membuatmu bisa bersekolah dan mengantarkan uang dari pekerjaanku untukmu." Pemuda itu mengelus surai hitam adiknya. Mendengar syarat seperti itu sudah membuatnya sangat bersyukur. Asal adik perempuannya bisa hidup layak, tidak masalah jika kebebasannya dikorbankan.

Setelah beberapa hari ini, dia juga paham penyelamat mereka bukanlah orang yang sepenuhnya baik. Membantu orang seperti itu pasti akan membuat tangannya ikut kotor. Pemuda itu hanya bisa menggertakkan giginya. Memang apalagi yang bisa dia lakukan untuk merubah nasibnya? Dia tidak ingin adiknya mati kelaparan di gang sempit dan kumuh.

"Kakak, jangan hanya mengkhawatirkan ku. Kau juga harus mengkhawatirkan dirimu sendiri, oke?" Alora menggenggam tangan kakaknya. Selalu saja seperti ini. Lagi-lagi kakak laki-lakinya yang harus berkorban. Dia sungguh payah. Kenapa dia tidak bisa berhenti menjadi beban bagi kakaknya?

Netra Alora memerah. Tak lama, air mata mulai membasahi pipinya. Berulang kali ia menggumamkan kata maaf. Jika saja dia ma-ti lebih awal, jika saja dia bisa berbuat lebih banyak untuk kakaknya, jika saja...

"Alora, jangan menangis." Pemuda itu menghapus air mata di wajah adiknya selembut mungkin. Tidak tega melihat sedih menggenang di matanya. Tapi, setelah ini adiknya pasti akan bahagia. Dia tidak akan menangis dan mengalami kesusahan.

"Tidak perlu mengkhawatirkan ku, Alora. Yang harus kau lakukan adalah hidup dengan baik. Mengerti?"

Alora hanya bisa tersenyum kecut mengingat kenangan terakhirnya bersama Sang Kakak. Sayangnya, jangankan hidup dengan baik. Rasanya ia lebih baik ma-ti sekarang juga. Tubuhnya sudah kotor. Mimpinya sudah hancur lebur. Apalagi yang bisa ia harapkan dari dunia ini?

Tangan kurusnya menyentuh segel budak di lehernya. Karena benda ini dia tidak bisa bu-nuh diri dan terpaksa menuruti keinginan para sampah yang datang ke tempat ini.

"Kakak, bahkan untuk menuruti permintaan terakhirmu saja aku tidak bisa. Maaf tidak bisa hidup dengan baik, Kak." Apakah suatu hari dia bisa melihat wajah kakaknya lagi? Kiranya bagaimana keadaannya sekarang? Alora yakin dengan kemampuan kakaknya. Dia pasti bisa melaksanakan tugas-tugas dari Duke Blance, orang yang menjualnya menjadi budak.

Alora terkekeh pelan. Bagaimana bisa dia mengharapkan bisa hidup dengan baik? Dunia ini terlalu kotor untuk memberinya kesempatan. Seperti yang dikatakan Duke kepadanya saat terakhir kali, dia terlahir untuk menjadi budak.

"Alora, itu benar-benar kau?" Suara itu tidak asing di telinganya. Alora segera mendongakkan kepala. Seorang gadis cantik menurunkan tudung jubahnya.

"Lady Agatha?" tanyanya ragu. Alora tidak percaya akan melihat Agatha di tempat seperti ini.

"Ah, kau masih mengingatku?" Aluna tersenyum tipis. Dia mendekat ke jeruji yang mengurung Alora di dalamnya. Eugene mengikutinya di belakang. Pemuda itu menatap Alora penasaran.

"Kenapa Lady ada disini?" Tanya Alora bingung bercampur penasaran, Aluna tersebut tipis dan berjongkok di depan jeruji. "Coba tebak?" Tanya Aluna tiba-tiba membuat Alora lantas menatapnya dengan bingung.

"Aku ingin membebaskan mu dari sini." Netra Alora membola. la terkejut dengan ucapan gadis itu. Kemudian, senyum miris terlukis di bibir pucatnya. Ah, mungkin maksud Lady Agatha ingin membelinya.

"Saya hanya boleh digunakan di tempat ini, Lady. Saya tidak boleh meninggalkan ruangan ini." Aluna masih tersenyum tipis. "Aku ingin membebaskan mu dari tempat ini. Maksudku adalah membawamu kabur dari sini."

Alora sekali lagi tak bisa menahan keterkejutannya. Kenapa tiba-tiba? Belas kasihan? Ah, mustahil. Satu alasan yang lebih masuk akal muncul di kepalanya. "Karena kakakku?"

"Tepat sekali," jawab Aluna cepat.

"Apa yang kau inginkan dari kakakku?" Tangan Alora terkepal kuat. Selalu saja. Dia selalu menjadi titik lemah kakaknya sejak kecil.

"Memintanya menusuk Duke Blance dari belakang. Aku ingin menghancurkan mantan ayahku itu hingga berkeping-keping."

"Aku tidak mau." Senyum Aluna seketika luntur. Dia menatap gadis di depannya seksama.

"Kalau kau ingin menggunakan ku untuk memanfaatkan kakakku lebih baik aku ma-ti saja disini. Setidaknya kakakku tidak akan tahu selamanya." Kakak laki-lakinya tidak perlu tahu dia dijual oleh Sang Duke. Kakaknya tidak perlu tahu tubuhnya kotor oleh para bangsawan.

"Oh, kau yakin kakakmu tidak akan mengetahuinya suatu hari? Dia sudah menjadi orang kepercayaan Duke Blance sekarang."

"Itu lebih baik. Aku tidak perlu mengotorinya lagi jika aku ma-ti." Alora menatap Aluna tajam. Dia tidak akan membiarkan seseorang memanfaatkan kakaknya lewat dirinya lagi. Sudah cukup ia menjadi beban di hidup kakaknya.

"Kau belum tahu bagaimana Duke Blance memperlakukan bawahannya? Kakakmu selama ini bekerja sia-sia. Semua uang yang diperolehnya tidak pernah sampai kepadamu bukan?"

"Diamlah! Lebih baik kau menyerah! Kakakku tidak akan peduli dengan diriku!" teriak Alora sekuat tenaga.

"Apa kau yakin? Kau sendiri tahu kalau yang kau ucapkan itu hanya kebohongan kan? Aku yakin dia pasti akan mengamuk jika tahu kau ma-ti sebagai budak setelah dijual oleh Duke Blance." Aluna menyeringai.

"Pilihan ada di tanganmu. Jika kau tidak ingin keluar dari sini dan terus menunda semuanya terbongkar maka terserah. Aku tidak akan menolak keputusanmu." Aluna bangkit berdiri. Mengamati Alora yang tengah bergelut dengan pikirannya dalam diam. Gadis itu juga pasti sadar kakaknya akan tahu suatu hari nanti.

"Jika orang-orang disini tahu aku kabur. Kakakku pasti akan dalam bahaya kan?" tanya Alora lirih.

"Kalau masalah itu, biar kami yang urus." Aluna telah bersiap untuk menyelamatkannya. Tentu dia telah memikirkan caranya sebelum datang kemari.

"Baiklah, tolong bawa aku bertemu Kak Ced." Alora berdoa semoga keputusannya kali ini benar.

"Aluna, cepatlah. Kita tidak boleh berlama-lama ada disini," desak Eugene. Aluna mengangguk. Dia bersiap melakukan rencananya sekarang juga.

•••

"Kebakaran?"

"Ya, Yang Mulia. Seorang budak sepertinya sengaja menyulut api untuk bunuh diri. Karna dia tidak secara langsung bunuh diri tapi membiarkan tubuhnya dilahap api jadi segelnya tidak bereaksi."

Ratu memainkan gelas berisi anggur di tangannya. Wajahnya masam mendengar berita yang disampaikan oleh Si Ksatria.

"Ada berapa korban dari kebakaran ini?" Dia menyayangkan berapa banyak uang yang terbuang sia-sia. Soal nyawa? Dia tidak peduli sama sekali. Lagipula, sudah banyak nyawa yang habis di tangannya. Posisi ini tidak akan membiarkan tangannya bersih tanpa noda.

"Hanya satu, Yang Mulia. Kami berhasil memadamkan api itu dengan cepat." Ratu menghela napas lega. Dia melambaikan tangannya. "Bagus, kau boleh pergi dan lanjutkan pekerjaanmu."

"Um, Yang Mulia. Budak yang bunuh diri itu gadis yang kita beli dari Duke Blance." Ksatria itu menundukkan kepalanya dalam. Tidak berani menatap Sang Ratu lagi.

"Sampah!"

1
Putri Ana
lanjutannya thorrrr
Putri Ana
thor kok belum ada lanjutannya
Putri Ana: yaahhh usahakan yaah kak🤭
total 2 replies
Cindy
👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
Sandri Ratuloly
jangan lupa bintangnya~
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!