NovelToon NovelToon
My Man

My Man

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Percintaan Konglomerat / Obsesi / Persahabatan / Romansa
Popularitas:10.6k
Nilai: 5
Nama Author: widyaas

Elizabeth bukanlah gadis yang anggun. Apa pun yang dilakukannya selalu mengikuti kata hati dan pikirannya, tanpa memikirkan apa yang akan terjadi ke depannya. Dan ya, akibat ulahnya itu, ia harus berurusan dengan Altezza Pamungkas—pria dengan sejuta pesona.

Meski tampan dan dipuja banyak wanita, Elizabeth sama sekali tidak tertarik pada Altezza. Sayangnya, pria itu selalu memiliki seribu cara agar membuat Elizabeth selalu berada dalam genggamannya.

"Aku hanya ingin berkenalan dengannya, kenapa tidak boleh?"

"Karena kamu adalah milikku, Elizabeth."

⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29

Malam ini Eliza berencana menginap di apartemen Senna. Senna memang kerja di luar kota, tapi di sini, dia memiliki apartemen sendiri, tempat kumpul ketiganya. Kebetulan Senna dan Thea sama-sama tidak masuk kerja besok, jadi mereka pulang setelah jam makan siang hari ini tadi.

Dan di sinilah Elizabeth dan Thea sekarang, di apartemen Senna. Malam ini mereka akan menginap bertiga. Sekarang mereka duduk melingkar di karpet bulu, di samping ranjang. Di tengah-tengah ada minuman, mie kuah dan snack untuk teman cerita.

"Jadi, apa yang mau kamu bicarakan?" tanya Thea membuka pembahasan. Sedangkan Senna sibuk memakan mie nya.

Elizabeth menegakkan tubuh, dia berdeham singkat, matanya menatap kedua temannya secara bergantian.

"Tapi, jangan teriak setelah aku memberitahu kalian. Oke?" Elizabeth memperingati lebih dulu.

"Baiklah, tapi aku tidak janji," balas Thea yang diangguki oleh Senna.

Elizabeth menghela nafas sebentar, meskipun dia masih ragu mengatakannya, tapi Eliza tidak mau kedua temannya kecewa nanti, jadi lebih baik dia katakan sekarang saja.

"Aku ... akan menikah— "

"APA?!"

"Uhuk uhuk!"

Eliza memejamkan matanya erat, belum apa-apa kedua temannya sudah bereaksi. Suara cempreng Thea membuat telinga Eliza dan Senna berdengung.

"Aku belum selesai!" kesal Elizabeth.

"Kapan kamu menikah? Kenapa baru memberitahu kami sekarang?" tanya Senna setelah menyingkirkan mangkuk mie nya yang isinya sisa sedikit. Wajahnya tampak kesal, kesal karena Eliza baru mengatakannya sekarang. Ya minimal sebelum lamaran lah.

"Makanya dengarkan aku dulu!" Eliza melempar permen lolipop ke arah Senna.

"Cepat katakan!" sahut Thea. Wajah kedua teman Elizabeth itu sangat serius.

Eliza menghela nafas ke sekian kalinya. "Jika dihitung dari sekarang, sekitar tiga Minggu lagi acaranya."

"Siapa calon suamimu?" Thea bertanya dengan sabar.

Eliza menunduk, dia menggaruk hidungnya dengan senyum canggung. "Altezza ...."

"OH MY GOD!!!" seru Thea dan Senna bersamaan. Dan yang membuat Eliza semakin bingung adalah ketika keduanya berdiri dengan kedua tangan saling berpegangan sambil melompat-lompat. Jangan lupakan senyum mereka selebar lima jari.

"Kapal kita akhirnya berlayar!"

"Kapal kita berlayar, yeayyy!!"

"Kalian masih waras?" tanya Elizabeth terdengar ragu, tapi Thea dan Senna langsung menoleh ke arahnya. Mereka berdua duduk kembali, kali ini mereka duduk mengapit Elizabeth.

"Kami akan memberikan kado termahal untuk kalian!" ujar Thea antusias.

"Mulai sekarang, kamu harus ke salon untuk perawatan. Kami akan mengantarmu ke sana, bagaimana?" Senna sama antusiasnya.

"Kalian ini kenapa?" Eliza menarik kedua tangannya yang dirangkul Senna dan Thea. "Aku sedang stress karena akan menikah dengan pria itu! Kenapa kalian malah bersenang-senang di atas penderitaanku?!" kesalnya pula.

"Kenapa bisa stress? Calon suami mu itu Altezza Pamungkas, El! Harusnya kamu bersenang-senang. Aku jamin hidupmu tidak akan susah jika menikah dengannya. Iya kan, Thea?"

Thea mengangguk setuju dengan ucapan Senna. "Aku juga menjamin dia tidak akan seperti mantanmu. Kamu harusnya bersyukur bisa menjadi istri seorang laki-laki seperti Altezza. Kalau aku jadi kamu, aku pasti akan bahagia!"

Eliza menghela nafas berat. Nyatanya, dia dan kedua temannya memang berbeda. Kesal sekali saat mereka tidak membelanya. Semua orang berkata jika dia beruntung karena akan menjadi istri Altezza. Beruntung dari mana? Oke kalau memang Eliza mencintai pria itu, tapi nyatanya, jangankan cinta, Eliza saja belum suka. Dia trauma untuk kembali membuka hati.

Tiba-tiba Senna merangkul pundak Elizabeth. "Aku tau apa yang kamu pikirkan. Tapi, apakah kamu akan terus berlarut dalam kesedihan dan kesendirian? Kami berdua bukan tidak mendukung keputusanmu, El, kami malah ingin membawamu agar segera pergi dari kegelapan. Altezza, aku yakin dia bisa membuatmu bahagia. Tapi, kalau kamu merasa sedih, kamu bisa datang ke sini, pintu apartemen ku selalu terbuka untukmu ataupun Thea."

Thea mengusap air matanya yang tiba-tiba mengalir. Perempuan yang satu itu memang mudah baper. "Benar apa kata Senna. Aku tidak mau melihatmu sedih karena Arhan si bajjingan itu," katanya lalu menarik ingus.

"Aishhh ... menjijikkan!" Senna melempar tisu ke arah Thea. "Usap ingus mu!"

Tatapan Senna kembali beralih pada Elizabeth yang terdiam. "Sudahlah, jangan merasa sedih dan jangan terlalu over thinking. Kamu harus percaya dengan apa yang aku katakan. Kamu tau? Tuhan tidak menakdirkan mu dengan Arhan, karena Tuhan memiliki seseorang yang lebih baik dari dia, yaitu Altezza. Mungkin aku terlalu memuji Altezza, tapi El, Altezza memang pria yang lebih baik dari Arhan. Dan aku yakin, dia tidak akan membuatmu menangis ataupun sakit hati."

"Bagaimana kamu bisa menyimpulkan itu, Senna? Bahkan, kamu tidak tau apa yang aku rasakan," ujar Eliza. Dia mengusap wajahnya lalu mengambil satu kaleng minuman bersoda dan meminumnya hingga tandas. "Terima kasih karena telah memberiku saran."

Thea menghela nafas. Sepertinya Elizabeth terlalu sering berlarut dalam kesedihan alias galau. Temannya ini memang terlihat tidak peduli tentang pernikahan Arhan, tapi, Thea tau betapa kacaunya Elizabeth setelah ditinggal nikah oleh Arhan. Mengingat dulu Eliza sering memamerkan kemesraan nya dengan Arhan, Thea semakin yakin kalau Elizabeth masih belum bisa move on.

"Maaf kalau kami tidak bisa membantu mengatasi masalahmu, El." Thea menunduk dengan bibir cemberut, tangannya memilin ujung piyama yang ia kenakan. "Aku juga tidak terlalu bisa memberimu saran, tapi aku selalu siap mendengar keluh kesahmu, aku akan menjadi pendengar yang baik."

Elizabeth tertawa kecil. Dia menampar pundak Thea. "Dasar cengeng!"

"Dia memang cengeng sedari kecil. Anehnya, ada pria yang menyukai— hmphhh!"

Mata Eliza memicing saat Thea menutup mulut Senna, alhasil dia tidak bisa mendengar kelanjutannya.

"Diam siallann," bisik Thea, lalu dia tersenyum pada Elizabeth yang menatapnya curiga.

"Hehehe ...." Senna terkekeh canggung setelah Thea menjauhkan tangannya.

"Ada apa? Sepertinya aku ketinggalan berita." Elizabeth melipat tangannya di depan dada seraya menatap kedua temannya dengan datar. "Inikah yang disebut teman?"

Mendengar ucapan Eliza, Thea dan Senna langsung panik. Kenapa pembahasan mereka jadi berubah?!

"B–bukan begitu, El!" Thea menarik tangan Eliza saat gadis itu hendak beranjak. Begitupun dengan Senna yang menarik lengan kiri Eliza.

Melihat tatapan tajam Eliza, Thea menunduk gugup. "Baiklah ... a–aku akan cerita ...," lirihnya. Andai Senna tidak keceplosan, mungkin Eliza tidak akan kepo.

****

Pagi harinya, Elizabeth segera pulang, sedangkan Thea dan Senna masih di apartemen. Bukan tanpa alasan Eliza pulang lebih dulu, tadi malam Altezza menghubunginya dan memberi tahu kalau jam 9 pagi pria itu akan menjemputnya untuk bertemu dengan keluarga besar Pamungkas. Sebelumnya Altezza memang sudah berencana mempertemukan Eliza dengan keluarga besar, dan awalnya Eliza tidak setuju karena malu. Sialnya, Altezza malah menyuruh Asteria untuk membujuk Eliza, tentu saja Eliza tidak bisa menolak permintaan wanita paruh baya itu.

Dan saat ini, Eliza sedang menunggu supirnya menjemput, ia berada di sebuah halte bus yang tak jauh dari gedung apartemen. Sekarang masih jam 6 pagi, jadi belum terlalu banyak orang di sekitar Eliza.

"Eliza?"

Tubuh Eliza menegang mendengar suara tersebut, perlahan dia menoleh ke samping. Benar dugaannya, itu adalah suara Arhan.

Eliza menunjukkan gestur tidak nyaman saat Arhan berdiri di sampingnya.

"Sedang apa di sini?" tanya Arhan basa-basi.

"Tidak apa-apa," jawab Eliza. Dia sungguh malas meladeni mantannya ini.

Arhan terkekeh melihat betapa ketusnya Elizabeth, sangat berbeda dengan Elizabeth dulu.

"Lama tidak bertemu, Eliza. Aku benar-benar tidak menyangka kamu akan berubah seperti ini," ujar Arhan. Matanya menatap Eliza dari samping, tatapan mata yang terlihat begitu dalam penuh makna.

Eliza tidak menanggapi, tangannya sibuk menghubungi supirnya yang belum sampai-sampai.

"Kamu buru-buru? Mau aku antar?" tawar Arhan. Dia baru membeli sarapan tadi, saat melihat Elizabeth sendirian, Arhan langsung menghampirinya tanpa ragu.

"Tidak."

Arhan tersenyum tipis. Entah kenapa sikap cuek Eliza ini membuatnya kesal. Dia ingin melihat Elizabeth yang dulu, yang selalu patuh padanya.

"Tidak usah jual mahal, Eliza. Kamu tidak lupa kan, apa yang dulu sudah kita lakukan?" bisik Arhan tepat di samping telinga Elizabeth dan membuat gadis itu merinding.

"Jaga batasanmu. Kita suda tidak ada urusan!" ketus Eliza. Ketika dia hendak pergi, Arhan langsung menarik tangannya dan tanpa Eliza duga, Arhan menyeretnya ke dalam mobil.

"Lepaskan aku, siallan!!" Eliza memberontak, memukuli lengan Arhan berapa kali. Tapi, rupanya Arhan tidak goyah, dia terus menyeret Eliza hingga masuk ke dalam mobil. Ketika Eliza hendak keluar, Arhan langsung mengunci pintunya.

"Biarkan aku memberimu pelajaran lebih dulu," desisnya sembari menjalankan mobilnya pergi dari sana. Dia merampas ponsel Eliza saat gadis itu hendak menghubungi seseorang dan membuangnya ke luar.

Melihat hal itu tentu saja Eliza murka. "Manusia biadab! Dasar sintting! Kurang ajar kamu!!!" Elizabeth bak orang kesetanan, tangannya terus memukuli tubuh Arhan. Dia bahkan tidak peduli jika mereka akan kecelakaan.

Dan yang membuat Eliza semakin marah adalah karena Arhan tak bereaksi apapun selain fokus mengemudi.

"Demi apapun, aku tidak akan mengampunimu setelah ini! Aku akan melaporkanmu ke polisi!!"

"Sayangnya aku tidak peduli."

"BADJJINGANN!!"

Arhan tersenyum puas, inilah yang dia rindukan dari Elizabeth. Dia suka saat Elizabeth tidak bersikap cuek padanya. Dia ingin diperhatikan Elizabeth seperti dulu, saat mereka masih berpacaran.

Nyatanya, meski dia sudah menikah, bayangan Elizabeth masih memenuhi pikirannya.

Bersambung...

1
Marnala Rotua
keren ceritanya
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣berkah buat Al 🤣🤣🤣🤣
yourheart
kawal sampe nikahhh🤭🤭
yourheart
luar biasa
vj'z tri
🏃🏃🏃🏃🏃🏃 kaborrrrr 🤣🤣🤣
vj'z tri
semalam aku mimpii mimpi buruk sekali ku takut berakibat buruk pula bagi nya ,kekasih ku tercinta yang kini di depan mata asekkk 💃💃💃
vj'z tri
walaupun sedikit kan judul nya tetap terpesona aku Ter pesona memandang memandang wajah mu yang ganteng 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
dyarryy
mumpung hari senin, yuk vote dulu🥰🥰
vj'z tri
jangan menilai dari cover nya pak bos 🤭🤭🤭
vj'z tri
byar koe ndok 🤣🤣🤣🤣🤣🤣 gak boleh bawa contekan kah 🤗🤗🤗
vj'z tri
😅😅😅😅😅😅😅😅😅sabar sabar sabar
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 aku hadir Thor bpembukaan yang kocak
yourheart
lanjutttt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!