Sinopsis:
Dulu, ia adalah seorang jenderal setia yang hidup dan mati di medan perang. Tak pernah terpikir olehnya, jiwanya akan terbangun dalam tubuh penguasa paling ditakuti — Kaisar Tiran, Ethan Lazarus Gilardio.
Kejam, tanpa belas kasihan, dan dibenci rakyatnya, sang Kaisar ditakdirkan untuk hancur. Namun kini, dengan hati seorang prajurit dan kebijaksanaan seorang panglima, ia harus menapaki jalan kekuasaan dan intrik sebagai pemimpin sebuah kekaisaran.
Namun tantangan terbesarnya bukanlah takhta itu sendiri, melainkan wanita yang duduk diam di sisinya — sang Permaisuri, istri yang lama diabaikan dan tak pernah dicintai.
Dihantui oleh dosa-dosa sang Kaisar dan digerakkan oleh kehormatannya sendiri, sang jenderal yang terlahir kembali bersumpah untuk melindunginya, merebut hatinya, dan menulis ulang takdir sang tiran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Paman Viin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.17
Sore hari pun tiba. Hukuman untuk Keluarga Lunar akan segera dilaksanakan.
Rakyat yang ingin melihat pun sudah berkumpul di Alun-Alun. Ethan tak terlihat disana dan memerintahkan Frederick menggantikannya.
"Namaku Frederick Jonathan. Aku akan menggantikan Yang Mulia Kaisar memimpin ini. Bawa mereka kehadapan tiang gantungan!!" Teriak Frederick.
Seluruh Keluarga Lunar dibawa masuk ke Alun-Alun dengan keadaan terikat. Yang pertama akan dihukum adalah Kepala Keluarga mereka, Remon Lunar.
Tak ada raut wajah takut atau menyesal dan hanya tatapan meremehkan yang ia pasang untuk mengejek para rakyat yang kehilangan anggota Keluarga mereka akibat telatnya penanganan.
Rakyat melemparinya dengan berbagai macam benda mulai dari sayuran, sandal, kotoran hewan da lain-lain.
Kepalanya sudah dimasukkan kedalam ikatan dan siap untuk ditendang turun. Frederick mengkode dengan tangannya.
Algojo menunggu aba-aba. Begitu Frederick mengangguk dan menurunkan tangannya. Algojo menendang Remon Lunar dan mengakhiri hidupnya.
Begitu pula yang terjadi pada seluruh Keluarganya terkecuali Arianna yang memang tak ada disana. Di dalam kerumunan, Marquis Lotso tersenyum miring karena Remon tak membawanya.
Ia bersama para pengawalnya pun pergi dari sana. Walaupun kehilangan pion untuk pemasukannya, Marquis Lotso bisa mencari gantinya.
Saat hukuman sudah selesai, jasad dari Keluarga Lunar tak dikuburkan dan dibakar lalu abunya dibuang ke sungai.
Malam harinya, Allaric dan rombongannya telah sampai di Istana. Josephine pergi menemui Jesselyn di Paviliunnya sementara Allaric langsung menuju ruang kerja Ethan.
Tok Tok
"Masuk!!" Suara dari dalam menginterupsi Allaric masuk.
Allaric membuka pintunya dan melihat Ethan sedang berkutat dengan gunungan surat dan laporan dari berbagai daerah kekuasaannya.
"Duduklah!" Ucap Ethan singkat saat melihat Adiknya yang masuk.
"Ada apa Kak??" Tanya Allaric sembari mendudukan dirinya di kursi yang ada di depan Ethan.
"Aku tak bisa mengharapkan William karena anak itu pasti akan menolaknya." Jawab Ethan.
"Lalu apa yang kau mau??" Tanya Allaric lagi.
"Aku sudah menyebarkan dekrit. Kau tahu kan isinya??"
Allaric mengangguk karena dekrit itu pun sudah sampai ke wilayahnya.
"Aku mau kau mencarikan sebuah tanah luas yang akan kubangun menjadi markas besar militer Kekaisaran." Titah Ethan.
"Markas itu akan menjadi pusat seluruh perintah yang akan dilakukan seluruh pangkalan. Selama ini, Kekaisaran ini hanya memiliki 4 pangkalan. Aku berencana menambahnya menjadi lebih banyak." Lanjutnya.
"Lalu anggarannya??" Tanya Allaric.
"Aku sudah memotong semua pendapatan bangsawan. Itu yang akan menjadi anggarannya." Jawab Ethan.
"Banyak bangsawan yang tak akan setuju, Kakak." Ujar Allaric.
"Cih, tinggal habisi saja. Terkadang kekejaman dibutuhkan untuk sebuah perubahan, Allaric." Sahut Ethan.
"Inilah mengapa aku, Will, dan Anna mendukungmu, Kakak. Kau tak lemah seperti Ayah."
Allaric tersenyum menyeringai. Sesuai perkiraannya, Ethan tak mudah dipengaruhi dan tak takut mengambil resiko atau takut perpecahan seperti Ayahnya.
"Tak usah memujiku. Aku benci dipuji apalagi dengan pria." Jijik Ethan.
Allaric mendengus lalu bangkit dan keluar dari ruang kerja Ethan. Diluar ia melihat ada Duke George dan anaknya, Luis.
Keduanya membungkuk melihat Allaric yang keluar dari ruang kerja Ethan.
"Lama tidak bertemu, Yang Mulia Pangeran." Ucap Duke George.
"Aku bukan lagi Pangeran Kekaisaran ini, Duke. Kulihat kau sehat walaupun.... Sepertinya pikiranmu banyak. Aku duluan..." Ucap Allaric lalu melenggang pergi meninggalkan dua orang itu.
"Ayah, Grand Duke Alexander dipanggil. Apa ini ada hubungannya dengan Dekrit Yang Mulia??" Tanya Luis.
"Ayah tak tahu. Ayolah kita harus pergi menemui Ibu Suri Agung." Ajak Duke George seraya berjalan pergi diikuti Anaknya.