Fuan, seorang jenderal perempuan legendaris di dunia modern, tewas dalam ledakan yang dirancang oleh orang kepercayaannya. Bukannya masuk akhirat, jiwanya terlempar ke dunia lain—dunia para kultivator. Ia bangkit dalam tubuh Fa Niangli, permaisuri yang dibenci, dijauhi, dan dihina karena tubuhnya gemuk dan tak berguna. Setelah diracun dan dibuang ke danau, tubuh Fa Niangli mati... dan saat itulah Fuan mengambil alih. Tapi yang tak diketahui semua orang—tubuh itu menyimpan kekuatan langit dan darah klan kuno! Dan Fuan tidak pernah tahu caranya kalah...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Lembah Langit Tertinggi – Malam Hari
Langit malam menaungi lembah dengan tenang, namun dalam keheningan itulah ketegangan semakin mengental. Di sebuah gardu pengamatan tertinggi, Fa Niangli berdiri bersama Tong Lian dan Mo Qingluan, mengamati cahaya samar di lereng gunung jauh yang menandakan keberadaan pasukan kekaisaran yang mulai membangun kemah.
“Gerakan mereka terlalu rapi untuk hanya sekadar pengintaian biasa,” bisik Tong Lian.
Mo Qingluan mencengkeram erat kain jubahnya, Xiao Kuai bertengger diam di pundaknya, sesekali menggerakkan kepalanya ke arah timur. “Pasukan seperti itu hanya dikirim jika mereka hendak menekan... atau menyerang.”
Fa Niangli menatap lurus ke kejauhan. “Mereka tidak akan langsung menyerang. Mereka menunggu sesuatu. Perintah Kaisar… atau mungkin seseorang yang lebih tinggi dari sang jenderal lapangan.”
Suara langkah cepat terdengar dari tangga batu di belakang mereka. Zhu Feng muncul bersama Xun Wu, napas keduanya masih tersengal, membawa kabar dari desa barat.
“Mereka telah menyuap kepala desa untuk menyebarkan desas-desus buruk tentang Lembah Langit Tertinggi,” lapor Zhu Feng. “Tapi kami sudah bersih-bersih mulut mereka dan mengamankan warga. Desa itu masih di pihak kita.”
Fa Niangli mengangguk. “Kita tidak akan melawan mereka dengan pedang lebih dulu. Tapi kita juga tidak akan tunduk.”
**
Istana Kekaisaran – Ruang Singgasana
Di ruang singgasana yang megah dan luas, Kaisar Shenlong duduk di atas tahtanya yang bersalut emas, ditemani para pejabat tinggi serta penasihat rahasia. Di hadapannya, seorang pria bersenjata dalam balutan zirah merah berlutut memberi laporan.
“Kami telah membangun pos pengamatan dan mendekati batas lembah. Namun hingga kini, Fa Niangli tidak menunjukkan niat bekerja sama.”
Kaisar mengelus janggut tipisnya. “Anak itu… begitu muda, namun bertaring seperti harimau. Bahkan Jenderal Han tak bisa menariknya dengan racun. Menarik.”
Perdana Menteri Liu menunduk. “Paduka, murid-muridnya kuat dan beragam, formasi mereka tidak biasa. Bahkan burung pesan kita yang tercepat tak bisa menembus kabut lembah.”
Kaisar menoleh pada seorang lelaki tua berkerudung hitam—Penasihat Agung, sang mantan penyihir istana.
“Apakah Lembah Langit Tertinggi benar-benar menjadi ancaman seperti yang kau duga, Ru Long?”
Penasihat Agung Ru Long menyipitkan mata. “Fa Niangli adalah penerus sejati aliran Lembah Langit. Dia bukan hanya guru, dia pemimpin. Jika lembah itu tak dapat kita taklukkan… maka mereka akan menjadi pusat kekuatan tandingan di seluruh utara.”
Kaisar mengangguk pelan, lalu memerintahkan, “Buat surat resmi. Undangan terakhir untuk perjamuan musim semi. Jika dia menolak lagi… kita akan buat seluruh dunia tahu bahwa Lembah Langit menolak tahta suci. Biar rakyatlah yang mengadili mereka.”
**
Lembah Langit – Aula Tengah
Surat itu tiba dua hari kemudian, dibawa seekor burung rajawali istana berperisai emas. Tong Lian yang menerimanya langsung membawanya ke Fa Niangli, yang duduk bersama para tetua dan murid di ruang tengah.
Surat dibuka. Isinya:
"Pemimpin Fa Niangli,
Dengan ini kami mengundangmu secara resmi sebagai tamu kehormatan dalam perjamuan musim semi di Istana Timur, tiga malam dari sekarang. Tahta Suci berharap pada kerja sama dan kebijaksanaan dari Lembah Langit Tertinggi.
— Kaisar Shenlong.”
Seketika, semua mata memandang Fa Niangli.
“Undangan terakhir,” gumam Mo Qingluan.
Tetua Li Shenyuan menatap dalam. “Jika kita tolak lagi, kita bukan hanya melawan istana. Kita menantang seluruh tatanan.”
Fa Niangli melipat surat itu perlahan, lalu menatap murid-muridnya. “Kalau begitu, kita akan pergi. Tapi tidak sebagai hamba… kita datang sebagai utusan kehormatan. Biarkan mereka tahu, kekuatan kita bukan untuk dijual.”
Tong Lian mengepalkan tangan. “Kami akan melindungi guru.”
Xun Wu berseru, “Dan kehormatan lembah!”
Ayam kecil Xiao Kuai berkotek nyaring—seakan menyetujui.
Fa Niangli berdiri tegak. “Persiapkan perjalanan. Lembah Langit akan datang ke istana. Dan dunia akan melihat, siapa yang layak mengatur langit.”
Bersambung
trimakasih ya Thor 👍 semangat buat karya lainnya💪❤️🙂🙏