"Aku hanya jadi seorang pemeran pembantu! tidak... aku maunya jadi pemeran utama yang cantik bukan wanita dengan muka yang mengerikan ini. "
Mei Yi yang seorang dokter jenius tiba-tiba mendapati dirinya berada di dalam cerita Wattpad yang sedang di bacanya. Ia menjadi Luo Yi Seorang anak jendral yang tak di anggap dan di kucilkan karena penampilannya.
Karena kebiasaannya, yang tak pernah membaca dengan teliti dan suka men skip bagian adegan pentingnya Mei Yi kebingungan dengan jalan cerita Wattpad itu. Ia harus bisa menentukan nasipnya sendiri , dan tak ia sadari bahwa dalam cerita Wattpad itu banyak adegan berbahaya yang bisa mengancam nyawanya.
Akankah Mei Yi bisa melewati adegan berbahaya itu dan berakhir bahagia?
Mau tau kelanjutan ceritanya? jangan lupa baca sampai akhir ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uswatun Kh@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29-Janji Xiao Ming
Malam ini begitu berbeda, walaupun rasa takut masih membayangi, dengan adanya Xiao Ming di samping Luo Yi bisa membuatnya tenang. Kuda melaju dengan pelan, langkahnya menyamai detak jantung mereka. Cahaya lentera di sepanjang jalan, bagai bintang-bintang yang jatuh ke bumi, menenun jalinan kehangatan di antara mereka.
Luo Yi duduk tegak, tubuhnya tenang namun hatinya bergetar. Sentuhan ringan tangan Xiao Ming sesekali menyentuh kulitnya, menciptakan percikan api yang menghangatkan jiwa. Kedekatan mereka begitu intim, hingga Luo Yi dapat merasakan napas Xiao Ming membelai telinganya, detak jantungnya bergema di dadanya .
"Kenapa kamu diam saja? "Katanya."Biasanya kamu sangat cerewet. "Suara Xiao Ming lembut tapi menusuk.
Luo Yi mendongak ke arah Xiao Ming, matanya menyipit, bibirnya terkatup rapat membentuk garis lurus.
Melihat ekspresi Luo Yi yang menggemaskan membuat senyum tipis lolos dari bibirnya.
Luo Yi berbalik, tatapannya menembus kedalaman mata Xiao Ming. "Ternyata pangeran bisa tersenyum juga," Ejek Luo Yi. "Cobalah untuk sering tersenyum, pasti kau akan terlihat lebih tampan. "
Seketika senyumnya redup. Dengan sentakan tiba-tiba, ia menendang kudanya, memacu hewan itu berlari kencang.
Luo Yi terkejut, ia memegang lengan Xiao Ming kuat. "Apa yang kamu lakukan, kau mau membuatku mati, ha... "
Hui dan Jin Ling saling bertukar pandang, merasa heran kenapa tiba-tiba pangeran mempercepat laju kudanya. Jin Ling segera mempercepat laju kudanya mengikuti mereka.
Saat sampai di kediaman Luo, Jian Ming yang tengah menikmati pemandangan malam bersama Mei Na di gazebo taman melihat Xiao Ming tengah menggendong Luo Yi. Ia segera bergegas menghampiri mereka.
Wajahnya terlihat sangat khawatir namun Mei Na seakan kesal melihat mereka kembali.
"Luo Yi apa yang terjadi, padamu? " Ucapnya khawatir." Apa kamu terluka hingga Xiao Ming, menggendongmu? "
Xiao Ming menatapnya dengan ekspresi kesal, namun ia tetap bersikap tenang.
"Kenapa kakak sangat memperdulikan istriku, apa kakak tidak kasian dengan putri Mei Na... lihatlah dia sangat tidak menyukai itu. " Ujar Xiao Ming.
"Aku saudara iparnya, tentu merasa khawatir,apa itu salah. "
Xiao Ming terkekeh, "Sepertinya kakak tidak akan menyerah pada istriku, tapi ingat kak... aku tidak akan memberikanmu kesempatan untuk mendekati istriku! "
Xiao Ming dengan langkah tegap meninggalkan Jian Ming, sedang Jian Ming hanya menatap mereka dengan kesal .
"Suamiku, kenapa kau sangat terobsesi dengannya, lagi pula kau kan sudah punya aku. "
Jian Ming menatap Mei Na tajam.
"Aku yakin, semua ini pasti ulamu kan. " Ia mencengkram wajah Mei Na erat. "Kau lah yang meminta Luo Yi bertukar tempat denganmu, dasar tidak tau malu. "
Jian Ming melepaskan tangannya dengan kasar, ia meninggalkan Mei Na begitu saja.
"Akkhhh... sial, Luo Yi, Luo Yi, selalu saja dia. Kenapa dia tidak mati saja sih! dasar jalang! "
🍃🍃🍃
Xiao Ming membantu Luo Yi untuk membuka sepatunya, terlihat kakinya semakin membengkak.
"Aku akan meminta Jin Ling memanggilkan tabib untukmu. "
Luo Yi menahan tangan Xiao Ming.
"Tidak perlu, aku bisa menyembuhkannya sendiri."
"Hui, "
Hui bergegas masuk ke dalam.
"Hui tolong siapkan air hangat dalam wadah dan beri garam Epsom, dan seduh teh jahe juga. "Pinta Luo Yi.
Dengan buru-buru Hui menyiapkan itu semua, ia membantu Lou Yi merendam kakinya.
Dengan terburu-buru Jin Ling masuk ke dalam.
Jin Ling menautkan kedua tangannya. "Pangeran ada sesuatu yang mendesak. "
Luo Yi menatap mereka penuh curiga.
"Aku akan pergi sebentar, " Ucapnya datar. "Hui jaga Luo Yi, jangan pernah tinggalkan dia. "
Dengan cepat Xiao Ming dan Jin Ling meninggalkan tempat itu. Mereka segera menuju kuda meninggalkan kediaman jendral Luo Zhi.
Kuda melambat saat sampai di sebuah gubuk tua di tengah hutan.
Xiao Ming turun dari kuda, mereka menuju gubuk itu. "Di mana dia? "
"Dia ada di dalam, pangeran. "
Saat jin Ling membuka pintu, terlihat seorang lelaki tengah duduk terikat di atas kursi. Matanya tertutup, wajahnya pucat ketakutan.
"Lepas! lepaskan aku! " Teriaknya memberontak.
Xiao Ming dengan tatapan dingin mendekat, aura membunuh sangat kuat.
"Katakan, siapa yang memerintahmu? "
"Cuih...jangan harap kalian menemukan petunjuk. "
Xiao Ming menyunggingkan bibir, ia menghunus pedang. Dengan tatapan dingin ia menyayat pergelangan kaki lelaki itu.
"Aaakh... " Teriakan keras menggema.
"Masih tidak mau mengaku, aku akan menyayatmu sedikit demi sedikit hingga kamu merasakan sakit melebihi kematian."
Namun lelaki itu tetap tak bergeming, sayatan demi sayatan melukai tubunya. Ia lemas darah mengucur dari seluruh tubuhnya, badannya bergetar.
"Baik... aku... akan mengatakannya. "Ucapnya lirih seakan tak terdengar.
"Katakan! siapa yang memerintahmu menyakiti putri Luo Yi. "
Dengan menahan sakit ia berkata, "Aku di perintah oleh Donghai, ia memintaku untuk melenyapkan putri Luo Yi. " Ucapnya nadanya bergetar. "Jadi tolong lepaskan aku... "
"Tenang saja, aku akan menghilangkan rasa sakitmu.... "
"Apa? apa maksutmu!" Ia ketakutan, tubunya bergetar hebat. "Jangan, jangan bunuh aku!! "
Tanpa ekspresi Xiao Ming menebas leher lelaki itu, ia terkulai lemas tak bergerak. Cipratan darah mengenai wajahnya, Jin Ling memberikan sapu tangan, Xiao Ming mengambilnya. Dengan gerakan dingin, Xiao Ming menghapusnya, meninggalkan jejak merah yang memudar di kain putih bersih.
"Bukankah Donghai itu bawahannya Kanselir Agung, apa mungkin Kanselir Agung yang memerintah mereka, pangeran? "
Xiao Ming berhenti sejenak, ia mengepal kuat. "Tapi untuk apa dia menyuruh seseorang untuk menghabisi Luo Yi, apa hubungan Luo Yi dengan Kanselir Agung hingga ia ingin melenyapkannya."
Mereka berjalan meninggalkan tempat itu. Namun kasus ini masih mengambang, Xiao Ming belum mengetahui motif penyerangan Luo Yi.
"Jin Ling terus awasi Donghai, jangan sampai hal ini terulang lagi... "
"Baik, pangeran. "
"Ayo kita kembali... "
Mereka menaiki kuda
Kuda-kuda mereka berlari kencang, meninggalkan tempat berlumuran darah itu. Sosok lelaki yang tak bernyawa tertinggal, tenggelam dalam bayang-bayang malam yang semakin pekat. Xiao Ming tak menoleh ke belakang, hatinya dipenuhi dengan beban yang berat.
Di kediaman Luo, suasana jauh berbeda. Cahaya lampu temaram menerangi kamar tidur Luo Yi. Ia tertidur pulas, wajahnya tenang, tak menyadari bahaya yang baru saja dihindarinya. Xiao Ming mendekat, dengan lembut membenarkan selimut yang sedikit bergeser. Tatapannya tertuju pada wajah damai Luo Yi.
Suaranya, lembut namun tegas, memecah kesunyian. "Sejak saat itu," bisiknya, "aku berjanji akan melindungimu. Tak seorang pun akan menyentuhmu… aku akan memastikannya."
Janji itu, dibisikkan di bawah cahaya redup.
Xiao Ming membaringkan tubuhnya di sisi Luo Yi, kelelahan menguasainya. Perlahan, matanya terpejam, terhanyut dalam tidur yang lelap.
Pagi tiba. Sinar matahari pagi menyelinap melalui celah tirai. Luo Yi terbangun, tanpa sadar tangannya memeluk sesuatu yang keras namun hangat di sampingnya. Matanya masih terpejam, ia meraba-raba dengan lembut.
"Kenapa gulingnya sangat keras, tapi hangat?" gumamnya, heran. Ia semakin mengeratkan pelukannya. "Nyaman dan hangat..."
Mata Xiao Ming terbuka. Ia terpaku melihat Luo Yi yang tengah memeluknya erat. Detak jantungnya berpacu. Bukannya melepaskan pelukannya, Luo Yi malah semakin mendekatkan tubuhnya, hingga tubuh mereka menyatu.
"Apakah senyaman itu...?" Xiao Ming bertanya, suaranya sedikit gemetar, mencoba membangunkan Luo Yi.
Mata Luo Yi terbuka lebar. Tatapan mereka bertemu.
tidak berbelit dan tertata rapih
bab 1 dst makin penasaran dan makin menarik ceritanya
siapa lagi yg iri dengki kl bukan dya.
duh kq AQ jadi souzon skg/Facepalm/