Warning!!!
Disarankan agar cerita menyambung, silahkan baca novelku sebelumnya berjudul Broken Heart!!!
Bertahun tahun mencintai orang yang sama, namun ternyata orang itu menikahi orang lain, dia berusaha untuk bisa membuat rasa cintanya layu
Namun apalah daya, rasa cinta itu tetap ada. Walaupun sekeras apapun dia berusaha melupakannya tetap saja rasa cinta tidak hilang
Hingga akhirnya sebuah fakta yang membuatnya berubah pikiran.
follow igku: Anaputri8711
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Natasyatia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
canggung
10 menit kemudian Zavier membawa seorang suster untuk membantunya agar dapat memindahkan Zea ke kursi roda.
"Mengapa harus menggunakan kursi roda mas?"
"Kamu belum sepenuhnya sembuh sayang, aku tidak mau kalau kamu nanti akan terjatuh"
"Tapi mas... aku sudah sehat..
"Tidak ada tapi tapian sayang. Kamu harus nurut okay?"
"Iya sayang percayalah Zavier melakukan ini yang terbaik untukmu" tutur Elenna
Karena saat ini Akhtar sedang berada di luar ruangan, dia bukan tidak menyukai Zea, melainkan sedang menahan amarahnya yang bergejolak.
Akhtar tidak mau jika harus ada yang merasakan sakit hati ataupun fisik karena amarahnya.
"Aku tidak mau jika hal itu kembali terjadi" Akhtar teringat suatu hari adik sepupunya harus terjatuh di tangga, dia begitu marah kepada istrinya.
Karena banyak yang menuduh istrinya yang bersalah, nyatanya.... bahkan Elenna tidak berada di sana saat kejadian Elenna sedang terlelap.
Sampai saat ini dia selalu mencoba untuk selalu menahan amarahnya agar tidak melampiaskan amarahnya.
Cklek, pintu terbuka terlihat dari dalam ada Zavier yang mendorong kursi roda.
Zea melihat Akhtar langsung tersenyum manis.
"Eh daddy? kenapa tidak masuk?"
"Oh itu, tadi daddy ada urusan dengan bodyguard, daddy menyuruh mereka untuk menyiapkan doa bersama di rumah"
Wajah Zea berubah menjadi sendu..."Daddy, maafkan Zeze, tidak memberi tahu bahwa Ayah memiliki banyak penyakit "
Hati Akhtar terenyuh, langsung berjongkok di depannya dengan senyum manisnya.
"Tidak boleh seperti itu sayang, kamu tidak salah, mungkin ini sudah menjadi takdir ayah Raka.."
"Daddy, Ayah pernah berkata bahwa dia begitu bahagia kembali kembali bertemu dengan daddy" Akhtar tidak sanggup dengan ucapan dari seorang anak yang sedang menjalani masa dewasa muda itu,
Akhtar menitikan air matanya. Namun dengan cepat ia menghapus air matanya "Ayo kita temui ayah okay?"
Akhtar bangun dan berdiri di belakang Zavier. Seperti sebuah isyarat kuat bahwa dia adalah seorang pemimpin yang selalu memimpin anak anak dan istrinya
Tak lama mereka tiba di ruangan Raka. Di situ Akhtar tetap berusaha untuk tetap tegar...
"Kak? Kenapa cepat sekali?" hidung Akhtar sampai memerah."Bukankah kakak mengatakan ingin menjalani hidup bersama sama....
"Bukankah kakak berkata, kita harus sukses agar dapat di segani oleh banyak orang?, mengapa hanya aku saja yang melangkah?.... KENAPA KAAAKKK?!! MANA JANJI KAKAK KENAPA KAKAK BERBOHONG?!!!"
Elenna bergegas memeluk Akhtar yang sudah lemas, Akhtar tidak sanggup jika Raka harus pergi....
Zea bingung, mengapa justru yang paling bersedih mereka bukan dirinya?
Beberapa jam kemudian Zea di perbolehkan untuk pulang, Zea langsung bergegas untuk pulang.
"Sayaang?" Zavier langsung menggendong Zea, setelah semalam menggendong Zea, Zavier sudah tidak terlalu csnggung dengan Zea.
"Ehh mas?" protes Zea.
"Tidak ada penolakan sayang " tutur Zavier.
Tak lama mereka sampai di rumah besar keluarga Drake.
"Besar sekali" Zea sampai takjub dengan rumah yang begitu besar, bahkan ia berfikir jika kamarnya saja sudah seperti 1 rumahnya.
Mereka berdoa bersama terlebih dahulu hingga sudah sekitar 3 jam mereka berdoa dan membacakan surah Yasin bersama sama.
Banyak Asisten rumah tangga yang prihatin dengan Zea yang hanya sendirian sekarang.
"Nona, jika nanti nona membutuhkan bantuan kami. jangan sungkan ya?" Zea menganggukan kepalanya tidak paham. Dia tidak paham maksud dari ucapan asisten rumah tangga tersebut.
Dia merasa sedikit canggung saat harus berada di rumah itu. Karena tidak terbiasa.
Saat ini Zea sedang berada di Kamar, matanya menelisik setiap sudut kamar.
Tiba tiba... Sebuah tangan melingkar di pinggangnya dengan dagu yang bertompang pada bahu Zea.
"Eh mas?"
"Biarkan seperti ini dulu sayang" Zavier memejamkan matanya dengan tenang.
10 menit berlalu Zea merasa pegal karena berdiri cukup lama, dan Zavier tidak ada tanda tanda melepaskan pelukannya.
"Mas?, Zea pegal mas, ini sudah 10 menit tanpa pergerakan sedikitpun"
"Eh maaf sayang, maaf, aku terlalu nyaman sampai lupa jika sudah lama memelukmu"
"Aku tidak menolakmu memelukku mas selama apapun, tetapi aku baru sembuh, dan kaki aku terasa pegal" tutur Zea.
Zavier tersenyum mengangkat Zea untuk duduk di kasur, dan mulai memijat pelan kaki Zea.
"Mas?" Zea mencegah tangan Zavier
"Kenapa sayang?"
"Jangan seperti ini harusnya Zea..."
"Tidak apa apa sayang, sudah sini tidak apa " Zavier memijat kaki Zea.
"Setelah ini mandi dan kita bacakan doa untuk ayah ya?" tutur Zea. Zavier mengangguk saja, dan fokus memijat kaki Zea.
2 menit berlalu.
"Mas sudah..."
"Sebentar lagi sayang, jemarimu sepertinya terluka?"
"Iya, Kemarin sejak pagi hingga sore harus menggunakan high heels, aku tidak terbiasa, sehingga kaki ku sedikit lecet"
"Ya Allah sayang, maaf ya, aku tidak tahu kamu kesakitan"
"Tidak apa apa mas, aku menikmatinya.." Zavier mengambil sebuah obat oles. Lalu ia membuka kaus kaki yang di gunakan oleh Zea, dia sedikit gugup, karena baru kali ini melihat kaki Zea tanpa alas kaki.
"Mas kenapa?" Tanya Zea. melihat Zavier yang gemetar
"A-aku sedikit gugup" Zea tersenyum berarti benar Zavier adalah orang yang menjaga pandangannya.
Setelah terlepas Zavier justru memejamkan matanya. Zea semakin tersenyum lebar.
"Mas"
"Iya sayang?"
"Aku sekarang percaya sama mas" Zavier langsung membuka kelopak matanya "Percaya apa?"
"Percaya mas menjaga diri mas dari wanita yang tidak baik untuk mas"
"Sudah mas kapan di usapkannya, jangan merem terus" ejek Zea.
"Sayang aku canggung...", "Ayo kita berbicara mas...
"Kenapa kamu tidak terlihat bersedih?"
"Aku tidak boleh banyak bersedih mas, karena dahulu saat ibu pergi aku menangis terus menerus hingga 1 minggu... Namun Ayah datang dan berkata (Zeze sayang, jangan menangisi orang yang telah tiada sayang, suatu saat nanti akan ada masanya kita di panggil kembali kepada yang Maha Kuasa)...
Zavier mulai terbiasa seraya mendengarkan dengan seksama dan mengusapkan obat oles ke telapak kaki Zea dengan perlahan.
"Namun, Tak jarang aku melihat ayah menangis, jika dia teringat dengan ibu, dia akan menangis..."
"Namun dia berkata bahwa aku harus bisa lebih kuat dari pada sebelumnya.. dan dia juga berusaha agar dirinya kuat untuk menjalankan hidupnya dengan aku.... hingga suatu saat adiknya harus meninggal... itulah yang membuat ayah jadi bersedih dan terpuruk hingga sakit."
"Aku tidak sekuat dirimu sayang, aku sekarang yang akan menjagamu sepenuh hatiku, Bantu aku agar menjadi manusia yang sempurna"
"Jangan Sempurna mas, karena kita sama sama saling melengkapi. Aku akan menutupi kekuranganmu dan begitu pula sebaliknya"
Zavier tersenyum hangat mendengarnya. "Sudah kamu istirahat dahulu, biar aku mandi dulu, baru kamu, obat itu cepat untuk meresap dan meredakan sakit"