Zayn J. Scott, seorang bos mafia yang berparas tampan dan berkharisma, namun memiliki temperamen yang tinggi. Trauma akan masa lalunya, kedua orang tuanya di bunuh tepat dihadapannya.
Dan kegagalan cinta pertamanya membuat dirinya menutup rapat pintu hatinya. Semakin dingin dan menjadi pria yang keji terhadap wanita. Meskipun ada seorang wanita cantik yang mendampingi dirinya.
"Kau hanya tawananku, jadi jangan berharap dengan pernikahan ini!" - Zayn -
"Menikah denganmu adalah kesialan untukku. Tapi kenapa aku tidak bisa membencimu! Aku pasti akan membuatmu jatuh cinta padaku dan melupakannya." - Angela -
Cerita ini merupakan kelanjutan dari Novel 'Elleana And The King Of Mafia'.. sangat disarankan membaca Novel tersebut terlebih dulu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ranty Yoona, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kita akan baik-baik saja
"Katakan atau akan ku bunuh tunangan mu itu!" Ucapan Zayn penuh dengan ancaman.
Wanita itu hanya dapat pasrah. Bertahun-tahun tidak berjumpa, Zayn semakin menakutkan dan tidak terbantahkan.
"Baiklah, aku akan menjawabnya. Sebenarnya selama ini aku berada di Paris dan disanalah aku bertemu dengan Lukas."
Zayn menatapnya penuh selidik, namun tidak menemukan kebohongan disana. "Lalu sejak kapan kau berada di L.A? Kenapa tidak menghubungi ku?" Pertanyaan Zayn yang penuh desakan itu menuntut wanita dihadapannya untuk segera memberikan jawaban.
"Aku baru saja tiba dua hari yang lalu dan aku tidak tau jika Kakak juga berada sini!" sahutnya jujur.
Zayn mengusap wajahnya, sudah bertahun-tahun ia mencari keberadaan Jessie namun wanita itu seperti hilang begitu saja. Dan yang lebih mengejutkan lagi, Jessie sudah bertunangan dengan pria yang belum diketahui asal usulnya.
"Ku pikir Kak Zayn masih berada di London. Sejak Kak Zayn dan Kak Thony mulai saling memperebutkan kekuasaan di perbatasan Italia, aku merasa diabaikan. Kak Thony mencari keberadaan Kak Zayn hingga ke Kota London, jadi aku mengambil kesempatan untuk melarikan diri dari Italia. Apa kalian tidak tau, permusuhan kalian selama bertahun-tahun membuatku bingung memihak kepada siapa, karena biar bagaimanapun kalian berdua adalah kakak ku."
Jessie menengadahkan kepalanya, menatap wajah kakaknya tersebut. Selama bertahun-tahun hidup bersama dengan Zayn dan Anthony tidak membuatnya merasakan kasih sayang seorang kakak. Mereka terlalu sibuk saling memperebutkan kekuasaan. Teringat akan hal itu membuat rongga dadanya terasa sesak. Selama ini kehidupannya sebagai putri dari ketua Mafia mengajarkan dirinya menjadi wanita yang kuat, meski tanpa siapapun disisinya.
Saat mendengar perkataan Jessie, Zayn tak dapat menepisnya, karena yang dikatakannya benar. Ia tidak akan menyalahkan Jessie karena dirinya, juga Anthony tidak begitu memperhatikan adik mereka dan hanya memikirkan untuk menjadi ketua Red Dragon. Sebenarnya Zayn juga tidak ingin menyulitkan Jessie, namun tanpa disengaja ternyata dirinya sudah terlalu jauh membuat Jessie terluka dan merasa terabaikan. Meskipun mereka tidak memiliki hubungan darah, namun Zayn menyayangi Jessie karena mereka sudah hidup bersama sejak remaja.
"Kalau sudah tidak ada yang ditanyakan lagi. Bolehkah aku pergi?" tanya Jessie lembut. Ia selalu menghargai dan menghormati Zyan sebagai kakaknya.
Zayn tak langsung menjawabnya. Saat ini ia masih sulit untuk membiarkan Jessie hidup tanpa pengawasan darinya. Namun melihat beberapa tahun belakangan ini Jessie baik-baik saja sehingga ia tidak boleh menahannya.
Bersamaan dengan itu, Lukas dan Xavier sudah menyelesaikan membicarakan tentang kerjasama perusahaan mereka. Ia pamit undur diri, karena mereka akan segera berangkat menuju Paris. Dengan langkah panjang, Lukas berjalan menghampiri Zayn dan Jessie.
"Apa kalian sudah selesai berbicara?" tanyanya setelah berdiri di antara Zayn dan Jessie.
"Sudah." Jessie menjawabnya disertai senyuman.
"Kita akan ketinggalan pesawat jika terlalu lama," ucap Lukas seraya merangkul pundak Jessie dengan lembut.
"Hm, baiklah. Kita pergi sekarang. Kalau begitu, aku pergi dulu Kak. Aku akan menemui Kak Zayn jika sudah kembali. Aku hanya satu minggu berada di Paris," tutur Jessie.
Zayn mengangguk. "Baiklah. Kalau kau tidak menemui ku, aku yang akan mencari mu lebih dulu!"
Jessie hanya tersenyum tipis mendengar ucapan Zyan. Kakaknya itu memang tidak pernah berubah, tidak pernah berkata lembut dengan seorang wanita. Ia menjadi penasaran dengan wanita yang bernama Elleana yang telah berhasil memikat hati Zayn, bahkan Lukas tunangannya sempat menaruh perasaan pada wanita itu. Dari mana ia tahu? Karena Lukas telah menceritakan semuanya padanya.
Setelah mengiyakan, Jessie dan Lukas pergi dari sana. Keduanya berjalan menuju mobil mereka yang terparkir tidak jauh. Kepergiannya hanya untuk menemani Lukas untuk perjalanan bisnis.
Zayn melihat mobil yang di tumpangi Jessie sudah berlalu menjauh dari pandangannya. Ia merogoh ponselnya yang berada di saku celana dan ingin menghubungi seseorang.
Saat nada tunggu sambungan kedua, seseorang diseberang sana menjawabnya. "Kau dimana Roy?" Zayn langsung melayangkan pertanyaan.
"Di markas. Ada apa?" jawab Roy cepat.
"Cari tau apakah Jessie sudah bertemu dengan Anthony atau belum?"
"Anthony?" Kening Roy berkerut bingung yang tiba-tiba saja membicarakan Jessie dan Anthony. "Apa kau bertemu dengan Jessie?" tanyanya kemudian.
"Hem, aku baru saja bertemu dengannya. Thony akan memanfaatkannya kalau sudah bertemu dengan Jessie," ucap Zayn sedikit gusar.
"Kau tenang saja. Bukankah Thony belum keluar dari penjara."
"Hem. Semoga pria itu membusuk di dalam penjara," cetus Zayn sinis.
"Ya. Semoga saja. Aku akan menyelidikinya!"
Zayn langsung memutuskan sambungan teleponnya begitu Roy mengiyakan perintahnya. Zayn berjalan ke arah Xavier dan Edward.
"Siapa wanita itu? Apa dia kekasihmu? Lalu bagaimana kau dengan Angel?" Edward mencerca beberapa pertanyaan setelah Zayn berhasil mendaratkan tubuhnya di kursi.
"Apa kalau aku bilang dia adalah adikku, kau akan percaya?" Zayn menyahutinya dengan santai.
"Adik?" Kening Edward berkerut dalam. Setau dirinya Zayn tidak memiliki seorang adik.
Zayn menyesap minumannya dan meletakkan kembali gelas minuman tersebut. "Aku sudah pernah mengatakan kalau aku menjadi putra angkat ketua mafia Red Dragon sebelumnya. Dan wanita itu adalah putrinya."
"Putrinya? Apa dia adalah adik dari pria yang saat itu ingin melukai istriku?" Xavier yang sejak tadi hanya diam mendengarkan percakapan Zayn dan Edward, menjadi tertarik begitu mengetahui jika wanita itu adalah adik dari Anthony.
"Benar," sahut Zayn. "Dan aku sangat penasaran apa yang sebenarnya terjadi, karena Thony begitu lama berada di dalam penjara." Setidaknya saat ini ia bisa tenang karena untuk beberapa tahun ke depan Anthony tidak akan mendatangi dirinya untuk merebut posisinya.
Xavier menyunggingkan senyum. "Tentu saja dia harus lama merasakan dinginnya di dalam penjara. Karena kau tidak membiarkan ku untuk membunuhnya, segingga aku memberatkan hukumannya." Siapapun yang berani melukai istrinya walau seujung kuku pun, akan merasakan pembalasannya yang berkali lipat.
Mendengar hal itu, Zayn tersenyum tipis. Ia sudah menduganya, karena Anthony sudah bertahun-tahun berada di dalam penjara namun belum dapat dibebaskan. Dan ternyata ia baru mengetahui alasannya jika semua itu ada hubungannya dengan Xavier.
***
Di sebuah pusat perbelanjaan terbesar di Kota Los Angeles. Angela dan Elleana begitu senang mengitari dan memasuki toko-toko pakaian yang mewah. Namun karena tidak ada yang membuat mereka tertarik sehingga mereka hanya membeli beberapa pakaian saja.
Karena terlalu lelah, Angela dan Elleana memutuskan untuk beristirahat di kursi kosong yang sudah tersedia disana.
Elleana merogoh sesuatu di dalam tasnya dan memberikannya pada Angela. "Ini untukmu."
"Apa ini, Elle?" Angela menatap benda kotak dengan hiasan love diatasnya.
"Buka saja, kau akan mengetahui isinya," seru Elleana.
Angela mengangguk, kedua tangannya membuka kotak itu dan seketika terperangah saat sudah melihat isi kotak tersebut. "Kalung ini sangat mewah. Pasti harganya sangat mahal." Kilauan dari kalung tersebut sudah dapat dipastikan kisaran harganya.
"Hadiah untukmu. Kau harus memakainya. Anggap saja itu adalah hadiah pernikahan kalian. Karena kau tidak mengundang ku, jadi hanya ini yang bisa ku berikan."
"Ini sangat mahal, Elle. Aku tidak pantas menerimanya." Angela enggan menerima barang mewah tersebut.
"Menurutku kau pantas menerimanya karena kau adalah teman baik ku," seru Elleana. "Dan kalung itu juga hadiah karena kau selalu mengirimkan foto pada saat Vie kuliah." Elleana berucap disertai tawa. Ia mengingat bagaimana beberapa tahun yang lalu, Angela mengirimkan foto-foto yang sangat berharga. Foto suaminya saat mereka masih di Universitas.
Angela tertawa saat menerima alasan dari Elleana. Kala itu ia memang mengirimkan foto Xavier saat masih di Universitas. Dan tidak pernah menduganya jika Elleana akan sebahagia itu, bahkan memberikannya hadiah yang sangat mahal untuknya.
"Terima kasih. Kalau begitu aku akan menerimanya dengan senang hati," tutur Angela. Ia sangat senang memiliki teman baik seperti Elleana. Xavier sungguh beruntung memiliki istri yang tidak hanya cantik namun memiliki hati yang sangat baik.
"Baiklah kalau begitu. Kita harus kembali. Sudah tiga jam kita berada disini." Elleana beranjak berdiri terlebih dahulu.
"Oke." Angela pun beranjak setelah menerima uluran tangan Elleana untuk menggandeng tangannya.
Tawa renyah mereka menjadi pusat perhatian karena keduanya memiliki paras yang begitu cantik, hingga menyita perhatian seorang pria disana yang juga tak sengaja melihat mereka.
"Angel?"
Baik Angela dan Elleana menghentikan tawa mereka saat suara bariton seorang pria memanggil Angela. Angela dan Elleana menoleh serentak.
"Sam?" Angela terkejut mendapati Samuel berada di belakangnya, ia tidak pernah menduganya jika akan bertemu dengan Samuel setelah pertemuan terakhir mereka.
"Kebetulan sekali bisa bertemu denganmu lagi, Angel." Perasaan senang menyelimuti hati Samuel, karena dapat bertemu dengan Angela kembali setelah hubungan mereka yang semakin menjauh. Samuel tersenyum ke arah Elleana. Ia mengenali wanita yang bersama dengan Angela. Perkataan Angela saat itu benar bahwa hubungannya dengan istri dari dari Mr. Romanov sangat baik.
"Aku menemani Elle berbelanja. Tidak biasanya kau berada disini. Kau bersama siapa?" Angela tak melihat siapapun di samping Samuel dan hanya seorang diri. Pria itu tidak menyukai tempat yang begitu ramai, namun hari ini berada di pusat perbelanjaan membuatnya cukup terheran.
"Aku menemani temanku." Samuel berjalan mendekat ke arah Angela. "Bisakah aku berbicara denganmu?" Tatapan Samuel penuh dengan permohonan. Angela menoleh pada Elleana, namun Elleana tak mengatakan apapun. Ia tidak akan melarang Angela untuk berbicara dengan pria tersebut.
"Baiklah."
Samuel menarik lembut lengan Angela. Mereka berjalan menjauhi Elleana. "Ada apa?" tanya Angela.
"Akhir-akhir ini aku semakin sulit menghubungimu. Aku khawatir apa kau baik-baik saja atau tidak. Aku sendiri tidak bisa menemukan siapa pria yang menikah dengan mu!" ucap Samuel. Raut wajahnya menampakkan kecemasan karena memikirkan keadaan Angela yang begitu sulit di hubungi.
Kekecewaan menyergap dirinya karena sebelum menikah ia dapat menemui Angela kapanpun, namun saat ini hanya sekedar mengetahui keberadaan wanita itu begitu sulit. Dirinya harus menyuruh seseorang untuk mencari tahu. Bahkan Paman Rolando dan Bibi Marlin tidak pernah mengatakan apa-apa padanya.
Angela dapat mencerna apa maksud perkataan Samuel. "Apa kau menyelidiki ku, Sam?"
Samuel terbungkam seketika. Ia tidak bermaksud untuk melakukan itu, ia hanya mencemaskan keadaan wanita yang kini berdiri dihadapannya. "Maaf. Aku tidak bermaksud mencari tau. Aku hanya mengkhawatirkan mu, semenjak kau menikah aku sulit bertemu denganmu." Suara Samuel terdengar lirih. Ia dapat melihat kesedihan di raut wajah pria itu. Angela dapat memahami perasaan Samuel saat ini, ia berharap Samuel dapat melupakan dirinya dan menjalani kehidupannya.
"Angel." Samuel menyentuh kedua pundak Angela. Angela mendongakkan wajahnya, menatap wajah Samuel yang hampir ia lupakan. "Apa kau bahagia dengan pernikahan mu?" Pertanyaan Samuel membuat Angela terperangah karena keterkejutannya.
"Apa yang kau bicarakan Sam, tentu saja aku bahagia." Angela menghindari kontak mata dengan Samuel. Saat ini belum dapat memastikan apakah dirinya bahagia dengan pernikahannya atau tidak. Karena pernikahannya baru berjalan beberapa bulan, dan hubungannya dengan Zayn hanya sedikit ada kemajuan.
Samuel tidak percaya begitu saja. "Apa kau pikir, aku tidak tau kenapa kau menikah dengannya?" Kedua tangan Samuel yang masih menyentuh pundak Angela, seketika mencengkeram dengan kuat.
Angela menepis kedua tangan Samuel yang berada di pundaknya saat merasakan sakit pada pundaknya. "Jangan bicara omong kosong, Sam. Aku menikah dengannya karena kami saling mencintai." Meskipun saat itu dirinya tidak menyukai Zayn, namun saat ini ia ingin membuka hatinya dan menjadi obat yang dapat menyembuhkan luka di hati suaminya itu.
Mendengar perkataan Angela, Samuel tersenyum getir, dadanya kian sesak. Meskipun ia sudah mengetahui jawabannya, ia tetap merasakan sakit.
"Maaf Sam, aku harus pergi. Elle sudah lama menunggu ku." Sebelum Samuel bertanya lebih lanjut, Angela menghindari lebih dulu. Ia berjalan cepat menghampiri Elleana yang tengah menunggu dirinya tanpa menunggu jawaban dari Samuel.
"Maafkan aku Elle, membuatmu menunggu." Angela segera menarik tangan Elleana. Elleana mempercepat langkahnya, mengikuti langkah Angela yang semakin cepat berjalan.
Samuel menatap punggung Angela yang sudah menjauh. "Apa sampai kapanpun aku tidak akan pernah bisa memasuki hatimu, Angel?" Samuel mengusap rambutnya frustasi. Ia pergi dari sana, kembali memasuki toko yang ia kunjungi sebelumnya.
Keduanya berjalan hingga sudah mencapai parkiran mobil. "Ada apa Angel? Siapa pria itu?" Pertanyaan Elleana mengehentikan tangan Angela yang hendak membuka handle pintu mobil.
"Pria itu adalah Samuel. Dia teman ku. Lebih tepatnya kami pernah ingin dijodohkan. Tapi hanya dia yang memiliki perasaan, dan pasti berat untuknya." Angela berucap penuh kesedihan disana. Ia tidak bermaksud menyakiti Samuel, namun ia pun tidak ingin membuat Samuel berharap banyak padanya.
Meskipun tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, Elleana paham bagaimana perasaan Angela dan pria yang bernama Samuel itu.
"Aku mengerti. Dan hal ini juga pasti sangat berat untukmu. Hanya dia yang memiliki perasaan. Sedangkan kau tidak ingin dia semakin terluka karena perasaan yang tidak terbalas itu. Benar bukan?" tutur Elleana yang perlahan mulai menembus pikiran dan perasaan yang ada di dalam hati Angela.
Cairan bening perlahan tumpah dari kedua sudut mata Angela. Perkataan Elleana memang benar. Samuel adalah pria yang baik dan tidak pantas terluka karenanya.
"Jangan menangis." Elleana mengusap air mata yang merambat di wajah Angela. "Sebaiknya kita kembali ke Restauran. Mereka pasti sudah menunggu kita," lanjutnya kemudian. Menuntun Angela untuk masuk ke dalam mobil lebih dulu, dan disusul olehnya.
Di sepanjang perjalanan, Angela menceritakan bagaimana ia bisa berteman dengan Samuel. Namun ia tidak menceritakan bagaimana pertemuan pertamanya dengan Zayn. Ia tidak ingin Elleana mengetahui alasan sebenarnya mereka menikah.
Perjalanan mereka tampak baik-baik saja. Hingga tiba-tiba sang supir menginjak pedal rem secara mendadak. "Maafkan saya, Nyonya." Supir tersebut menoleh ke belakang dan merasa bersalah karena tiba-tiba berhenti mendadak.
"Ada apa?" tanya Elleana.
"Mobil kita telah dihadang beberapa mobil di depan Nyonya. Sebaiknya Nyonya dan Nona tetap berada di dalam mobil. Saya akan keluar mengurus mereka," ucap supir tersebut.
Elleana mengangguk. Setelah mengatakan hal itu supir mereka turun dari mobil untuk mencegah sekelompok pria tersebut berbuat sesuatu yang jahat pada Nyonya-nya. Namun supir tersebut diserang begitu saja saat sempat melawan.
Angela mendadak panik, bagaimana bisa ada sekelompok pria bertubuh besar yang mencari masalah dengan mereka. Terlebih lagi supir mereka tengah dihajar oleh sekelompok pria tersebut. "Bagaimana ini Elle?"
"Kau tenang saja, Angel. Kita akan baik-baik saja." Elleana berusaha menenangkan Angela.
Angela berteriak saat kaca mobil mereka diketuk dengan kasar. "Kalian keluar atau kami akan membakar mobilnya!"
Elleana dan Angela meneguk saliva mereka dengan susah payah. Namun mereka berusaha untuk tetap tenang. Angela membuka pintunya lebih dulu dan seseorang menariknya, pun dengan Elleana. Ia keluar dan menghempaskan tangan pria yang menarik tangan Angela dengan kasar.
"Wanita kurang ajar!" Pria itu menjadi geram, ia melayangkan tangannya ke udara untuk memukul Elleana namun Angela menghadangnya sehingga wajahnya yang terkenal pukuran pria itu.
"Angel?" Elleana berteriak. Ia terkejut melihat darah segar keluar dari sudut bibir Angela.
Beberapa dari kelompok itu tertawa begitu melihat Angela dan Elleana yang tidak berdaya. Merasa tidak terima temannya terkena pukulan, Elleana menendang perut pria tersebut.
Namun dari arah berlawanan seseorang menarik kasar tubuh Angela.
Bug
.
.
BERSAMBUNG
.
.
Visual Jessie (Adik perempuan Zayn)
Jangan lupa dukungannya.. Like, Follow, komentar kalian dan Vote kalau berkenan.. Terima kasih banyak 🤗
terlalu menang sendiri.
/Sob//Sob/
Samuel ternyata kerennn ya... berkuasa tanpa harus lelah hahaha
keliatan dr visual nya jg.
tapi klo dr ceritanya hebat an Xavier dan Elle ya.....
lagian Elle trus ,, berasa paling cakep.
hehhe
masa kalah sih pesona Angel