NovelToon NovelToon
Candu Istri Klienku

Candu Istri Klienku

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Cinta Terlarang
Popularitas:10.6k
Nilai: 5
Nama Author: N_dafa

"Jangan, Mas! aku sudah bersuami."
"Suami macam apa yang kamu pertahankan itu? suami yang selalu menyakitimu, hem?"
"Itu bukan urusanmu, Mas."
"Akan menjadi urusanku, karena kamu milikku."
"akh!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon N_dafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Ajeng dan Biantara langsung melepaskan diri. Jika Ajeng terlihat bergerak cepat, maka Biantara santai saja melepaskan wanita itu.

Ya, Biantara tak terlihat gentar meskipun suami dari wanita yang dia inginkan itu mendekati mereka.

“Apa yang terjadi, Mas Biantara?” Rendy memang bertanya baik-baik. Tapi, dari wajahnya, nampak kemarahan yang mengikuti.

“Maafkan saya Mas Rendy. Saya nggak bermaksud melecehkan Mbak Ajeng. Tadi, dia hampir terjatuh. Mungkin, dia nggak terbiasa pakai heels. Saya khawatir kaki kanannya keseleo.”

Masih dengan sikap curiga, Rendy menatap kaki Ajeng yang bergerak gelisah karena gugup.

“Benar, Dek?” Rendy menatap istrinya tajam.

“Em, iya. Tadi, Pak Biantara kebetulan lewat.”

Sekali lagi, Rendy melihat ke arah kaki Ajeng. “Kakimu sakit?”

Ajeng tersenyum kikuk. “Sedikit.”

Suami Ajeng itu lantas berjongkok memeriksa kaki istrinya.

“Sepertinya, nggak apa-apa. Coba, bisa dipakai jalan nggak?”

Ajeng menurut. Dia berjalan dengan baik, meskipun langkahnya kikuk.

“Nggak apa-apa. Cuma keseleo biasa aja kayaknya.” Ajeng masih bersandiwara.

Rendy berdiri lagi, tapi mulutnya sambil berbicara, “Lagian, ngapain sih pakai heels segala? Kamu nggak biasa pakai itu kan? Beda sama Brina yang udah sering pakai heels."

“Aku cuma menyesuaikan diri. Kan janji temu kita di restoran mewah.” Ajeng mulai bisa berbicara lancar karena kesal setek dibandingkan dengan madunya.

“Ya sudah. Nggak apa-apa kan? Kalau gitu, balik ke dalem lagi!” Titah Rendy sedikit ketus.

Ajeng gelagapan, tak tahu harus bagaimana. Dalam pikirannya, apa yang sudah mereka rencanakan tidak boleh sampai gagal.

“Em, Mbak Ajeng belum ke toilet, Mas Rendy. Tadi, justru saya yang duluan. Katanya, Mbak Ajeng nyasar tadi. Benar kan, Mbak Ajeng?” Biantara mencari alasan.

Rendy menatap Ajeng, dan wanita itu mengangguk.

“Aku nggak biasa ke restoran kayak gini. Kamu nggak pernah ngajak aku. Yang kamu ajak cuma Brina kan?"

Merasa disudutkan, Rendy hilang fokus.

“Ya sudah, sana ke toilet dulu. Biar aku tungguin disini.”

“Ee, Maaf, Mas Rendy.” Tiba-tiba, Biantara menyela lagi. “Sebelumnya, maaf sekali ya ini, Mas. Tapi, tadi saya baru saja dapat telepon kerjaan mendadak. Kalau bisa, gimana kalau kita selesaikan dulu pembicaraan kita? Saya masih ada urusan lain lagi soalnya.”

Dengan berat hati, Rendy terpaksa mengangguk. Dia menatap Ajeng penuh peringatan dulu, sebelum akhirnya beranjak pergi bersama Biantara.

Bahkan, saat sudah menjauh pun, Rendy masih menoleh ke belakang sampai Ajeng terpaksa masuk toilet untuk menghilangkan kecurigaan suaminya.

Ya memang, Rendy mencurigai Ajeng sejak Ajeng asyik sendiri dengan chat di ponselnya. Jujur saja, lelaki itu cemburu tak beralasan. Apalagi, hubungan mereka sedang tidak baik-baik saja.

Tentu saja, Rendy takut jika ada seseorang yang memanfaatkan kesempatan itu, mengambil hati istrinya. Belum lagi, Ajeng terlihat dingin kepadanya akhir-akhir ini.

Makanya, saat Ajeng sedikit lama di toilet, Rendy sampai rela menyusul hingga berbohong kepada Sabrina yang tak mau ditinggal.

Setelah semuanya dirasa aman, Ajeng langsung menuju parkiran mobil dengan waspada.

Dia sedikit kesulitan mencari mobil Rendy karena kurang fokus, sebab dia juga harus memperhatikan sekitarnya.

Dan setelah beberapa saat mencari, beruntung Ajeng menemukan benda itu setelah menekan tombol buka pada kunci di tangannya.

“Dasar bodoh! Gini nih kalau nggak pernah bawa mobil sendiri. Tahu rasa kan kamu sekarang, Ajeng? Kalau terlalu nurut sama suami itu, akan menyulitkan kamu.”

Sambil menggerutu, Ajeng masuk ke dalam mobil mewah dengan interior menawan itu. Ajeng sampai tak berani menyentuh macam-macam karena khawatir merusak mobil itu.

Memang, Ajeng dan Rendy punya mobil pribadi. Dua malahan. Satu untuk mereka sendiri, sedangkan satu lagi untuk operasional usaha dan perkontenan.

Di samping itu, mereka juga punya beberapa mobil box dan satu truk pengangkut barang besar demi kelancaran usaha mereka.

Tapi, semua itu Ajeng tidak memegang. Semua sudah ada bagiannya masing-masing sesuai tugasnya.

Namun, mobil untuk kepentingan pribadi mereka pun sekarang juga sudah mulai menjauh darinya karena Rendy lebih sering menggunakan bersama Sabrina.

Cukup lama Ajeng berdiam di dalam mobil menunggu Biantara sampai kepanasan. Dia hampir mengira salah masuk mobil, sebelum akhirnya orang yang dia tunggu-tunggu muncul juga.

“Ah, akhirnya. Aku kira, aku salah masuk mobil, Mas.” Keluh wanita yang terlihat berkeringat itu.

“Maaf, Baby. Tapi, aku harus meyakinkan Rendy dulu.”

Biantara yang sudah duduk nyaman, baru bisa memperhatikan Ajeng.

“Kamu kepanasan? Kenapa nggak dinyalakan saja mesinnya?” Biantara setengah tertawa, tapi juga setengah heran.

“Ish, aku nggak ngerti. Aku takut salah. Mobilku bukan kayak gini.”

“Tapi, aku yakin kamu bisa hanya membeli mobil seperti ini, sayang. Hasil kontenmu saja sudah banyak kan?” Biantara mengambil kunci mobil yang masih dipegang Ajeng

“Semua dibagi dua setelah Mas Rendy izin menikah. Aku kalau suruh beli mobil, mending ditabung aja. Mending pakai taksi online, nggak perlu nyetir sendiri. Apalagi, sejak ada Brina, hasil konten juga dibagi tiga."

Biantara menghela nafas berat. “Lagian kamu ini bisa-bisanya mengizinkan suami menikah lagi. Mau jadi istri Solehah?” Lelaki itu mulai menyalakan mesin mobil hingga udara berangsur sejuk.

“Kamu nggak tahu aja. Mas Rendy ngeyel mau nikah itu sudah berbulan-bulan lamanya. Aku sampai hampir bunuh dia karena kehabisan darah.”

“Kok bisa?” Biantara penasaran.

“Ya bisa. Tapi, aku males cerita.”

Biantara tergelak kecil melihat ekspresi Ajeng yang lucu.

“Baiklah, kalau mood kamu sudah baik saja, kamu baru cerita. Sekarang, kita pergi dari sini.”

Ajeng mengangguk. “Tapi, kita mau kemana, Mas?”

Biantara yang sudah menjalankan mobilnya, menoleh singkat.

“Sementara ke hotel dulu tempatku menginap. Aku sudah nggak sabar mau bercinta sama kamu.”

Tubuh Ajeng mendadak tegang seperti tersengat aliran listrik.

1
Yunita aristya
ren2 nanti Ajeng sudah pergi baru tau rasa kamu. mau liat kamu nyesal dan jatuh miskin gara2 istri muda mu yg suka foya2😁😂
Nana Colen
luar biasa aku suka sekali karyamu 😍😍😍😍😍
Yunita aristya
lanjut kak
Nana Colen
lanjut thooooor❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍
Nana Colen
benar benar ya rumput tetangga lebih hijau 🤣🤣🤣🤣
Nana Colen
dasar laki tak tau diri 😡😡😡😡
Yunita aristya
lanjut
Nana Colen
lanjut thooooor❤❤❤❤❤
Fitri Handriayani: lanjut
total 1 replies
Nana Colen
iiiih kesel bacanya dongkol sama si ajeng.... cerai jeng cerai banyak laki yang kaya gitu mh 😡😡😡😡
Keisya Oxcel
penasaran
Yunita aristya
lnjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!