seorang sena baru mengetahui kalau dia adalah hanya anak angkat dari seorang kiyai, ia diasuh dalam lingkungan pondok sejak usianya tiga tahun, setelah dewasa dan mendapatkan gelar sarjananya ia malah mendapatkan tugas dari sang kiyai untuk kembali pada orang tua kandungnya yang wajahnya saja sena lupa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imam Setianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 28
Setelah sholat magrib dan dzikir sambil menunggu waktu isya pak yahya mengajak sena ngobrol di depan mushola dengan bapak bapak yang lainnya.
"Begini sen, ada usulan dari beberapa bapak bapak dan ibu ibu di lingkungan kita ini supaya kamu mengajar ngaji anak anak, soal waktunya terserah kamu, mau habis ashar atau habis magrib, menurut kamu bagaimana?" Ucap pak yahya membuka obrolan dengan sena.
"Hehehehe...., jujur saya juga berpikiran seperti itu pak, tapi niatan saya pengin mendirikan TPA/TPQ sekalian, dan nanti pengajarnya bisa saya ambilkan dari pondok atau mungkin di sini ada yang sudah layak mengajari Alquran pada anak anak, jadi bukan saya saja yang mengajar!" Jawab sena.
"Itu malah lebih bagus nak sena, siapa tahu kedepannya nak sena malah bisa bikin pondok di sini!" Ucap pak sapto salah satu jamaah mushola.
"Kalau untuk bikin pondok pesantren masih kejauhan pak sapto, ilmu saya belum sampai ke situ, hehehehe....!" Jawab sena menanggapi pak sapto.
"Terus kalau mau mendirikan TPA/TPQ kendala kamu apa sen?" Tanya pak yahya.
"Kendala saya masih banyak pak yahya, yang pertama dan utama saya masih membangun usaha untuk keluarga saya biar keluarga saya sejahtera, yang kedua tentunya kendala lahan pak, kalau memakai mushola takutnya nanti mengganggu jamaah yang lain, yang ketiga jelas tenaga pengajar, kalau saya sendirian jelas tidak mungkin pak!" Jawab sena.
"Kalau yang pertama aku ya ga bisa mengganggu sen, itu sudah jadi kewajiban kita semua mensejahterakan keluarga dulu sebelum mensejahterakan lingkungan, tapi untuk yang ke dua tanah samping mushola bisa kamu gunakan, tapi kendalanya biaya untuk membangun, dan kalau soal tenaga pengajar bisa juga kamu ambil dari pondok, kalau untuk orang di sini paling yang juga lulusan pondok kaya kamu!" Kata pak yahya.
"Kalau memang boleh tanah sebelah saya bangun buat TPA/TPQ saya sangat berterimakasih pak, soal biaya nanti biar saya yang cari, insya Allah pasti ada jalannya untuk menuju kebaikan!" Jawab sena.
"Aamiin, semoga saja bisa segera terwujud sen, bapak takut anak anak di lingkungan kita nantinya tidak mengenal agama!" Kata pak yahya.
"Insya Allah tidak akan terjadi pak, selama kita masih mengajarkan adab dan sopan santun pada anak anak, masalah ilmu baca tulis Alquran atau tafsirnya sekarang bisa belajar dimana saja, bahkan bisa lewat internet, cuma kata orang tua dulu afdolnya ngaji ya harus punya guru, hehehe....!" Ucap sena kemudian.
"Memang benar itu nak sena, adab lebih utama daripada ilmu!" Sambung pak sapto lagi.
"Iya pak sapto, sekarang sopan santun itu sudah terkikis oleh budaya dari luar!" Jawab sena lagi.
"Ya wis, sekarang kita isya dulu!" Kata pak yahya bangkit dari duduknya dan masuk ke dalam di ikuti jamaah lainnya.
"Adzan lagi yar!" Kata sena pada tiar yang sedang main dengan galih.
"Siap mas!" Jawab tiar, lalu dengan begitu semangat ia maju menuju tempat pengeras suara untuk segera mengumandangkan adzan.
Setelah sholat isya berjamaah sebelum pulang sena berkata pada pak yahya bahwa nanti malam ia akan main ke rumah pak yahya untuk membahas soal pembangunan TPA/TPQ di samping mushola, pak yahya pun mengiyakan dan akan menunggu sena di rumah.
Kini sena sedang makan malam bersama bapak, mamak dan adik adiknya, menunya sederhana, nasi goreng plus telor ceplok bikinan mamaknya.
Setelah makan sena seperti biasa duduk di teras rumahnya menikmati rokok dan kopi bikinan tari adik perempuan satu satunya.
"Mau kemana pak?" Tanya sena saat melihat bapak keluar dengan pakaian rapih.
"Pertemuan RT di rumah pak sabar, rumahnya yang paling ujung itu!" Jawab bapak sambil memakai sendalnya.
"Berarti pak yahya juga ikut dong pak?" Tanya sena lagi.
"Ya ikut, kan masih satu RT," jawab bapak.
"Selesainya jam berapa pak?"
"Jam setengah sepuluh biasanya sudah selesai, wis bapak mau berangkat dulu, kamu nanya nanya terus!" Kata bapak lalu pergi.
Sena hanya nyengir mendengar perkataan bapaknya, dan melanjutkan ngopinya sambil bermain ponsel.
Jam sepuluh lebih sena pergi ke rumah pak yahya, setelah tadi bapaknya dapat pesanan dari pak yahya kalau sena sudah ditunggu di rumah, sena pergi dengan jalan kaki, karena jarak rumah pak yahya hanya beberapa ratus meter saja dari rumahnya.
"Gimana sen, kita mau membahas bagian yang mana soal pembangunan gedung untuk TPA/TPQ itu?" Tanya pak yahya setelah sena datang.
"Semuanya pak, kalau boleh tahu tanah yang pak yahya usulkan untuk di bangun TPA punya siapa pak?" Jawab sena dan bertanya soal status tanah.
"Tanah samping kanan kiri mushola sudah termasuk tanah wakaf sen, dulunya itu milik bapak, tapi melihat warga sini kalau mau sholat jamaah harus jalan lumayan jauh ke masjid akhirnya bapak memutuskan membangun mushola di situ, dan untuk tanah samping kanan kiri sengaja bapak wakafkan juga biar nantinya bermanfaat untuk masyarakat!" Jawab pak yahya.
"Alhamdulillah kalau begitu pak, sekarang saya sudah tidak ragu lagi soal pembangunan gedung buat TPA sebab tanah itu sudah milik mushola, rencana saya yang tanah sebelah kiri kita bangun untuk ruang kelasnya dan yang sebelah kanan kita bangun untuk rumah ustadznya, nanti saya ambil yang sudah suami istri, dan kalau sedang tidak mengajar ngaji bisa kerja di kandang bebek saya!" Kata sena menjelaskan rencananya.
"Bagus itu sen, bapak sangat setuju, kapan kita akan mulai membentuk panitia dan menyusun anggarannya?" Tanya pak yahya begitu bersemangat.
"Malam ini pak, jam dua belas kita ke mushola!" Jawab sena.
"Ke mushola!?" Beo pak yahya bingung atas jawaban dari sena.
"Hehehe..... ga usah bingung pak yahya, kita ke mushola saja nanti, sambil nunggu waktu sambil ngopi kayaknya enak pak!" Ucap sena cengengesan.
"Ah iya, sebentar bapak bikin kopi dulu sen!" Jawab pak yahya masuk rumah masih dengan tanda tanya dan bingung atas ucapan sena.
Setelah ngobrol dan ngopi berdua, waktu yang di tunggu tiba, jam dua belas sena dan pak yahya pergi ke mushola.
"Kita sholat hajat dulu pak!" Ucap sena.
Pak yahya pun mengiyakan dan mereka berdua segera melaksanakan sholat hajat, setelah sholat selesai sena menyuruh pak yahya untuk mengucap takbir berulang tanpa henti, dan alangkah kagetnya pak yahya saat di hadapan sena dan dirinya muncul dua sosok berpakaian serba putih.
"Assalamualaikum anak muda, assalamualaikum kiai yahya!" Ucap sosok yang ternyata qorin kiai nur rohim dan nur rohman.
"Waalaikumsalam!" Jawab sena dan pak yahya hampir bersamaan.
"Wahai qorin, aku akan menjalankan amanat dari kiai mu, untuk mengajarkan agama pada anak anak muda di desa ini, lahan dan tenaganya sudah siap, kini tinggal biaya yang belum ada, aku sedang tidak meminta pada kalian, jika kalian ingin membantu ya bantulah, tapi jika kalian tidak ingin membantu itu bukan urusanku, tapi urusan kalian dengan janji kalian sendiri!" Ucap sena pada dua sosok qorin itu.
Pak yahya sebenarnya kaget dan heran dengan ucapan sena pada sosok di depan mereka yang terlihat sudah sangat sepuh, tapi sena berbicara pada mereka dengan gaya seperti bicara pada orang yang sebaya dengannya.
"Baiklah anak muda, kami akan selalu berusaha menepati janji kami, lalu apa yang harus kami lakukan?" Kata qorin nur rohim.
"Sediakan biaya untuk membangun TPA dan rumah untik ustadz, setiap subuh penuhi lah kotak amal itu dengan uang!" Ucap sena menunjuk pada kotak amal mushola.
"Baik, mulai subuh nanti akan kami penuhi kotak amal itu dengan uang, dan perkenankan lah sekarang kami undur diri, assalamualaikum!" Ucap qorin itu dan langsung menghilang dari pandangan pak yahya dan sena.
"Waalaikumsalam!" Jawab pak yahya dan sena.