Jangan pikir cuma orang tua saja yang bisa menjual anak nya. Karena anak pun bisa melakukan hal yang sama.
"Akak cantil! Akak cantil! Mau ndak jadi Mommy kita! Daddy kita duda loh, cekalian dapat anak comel cepelti kami ini."
"Iya! Iya! Nanti daddy akan bayal utang na Mommy! gelatis catu dapat catu. Nikah cama duda dapat anak.. Hehehehe!"
Berharap bertemu jodoh pangeran kuda putih, Larasati Aqela justru bertemu dengan dua anak kembar lucu yang menawarkan Daddy mereka.
Larasati seorang mahasiwi semester akhir yang harus bekerja di sebuah restoran untuk mencukupi kebutuhan nya harus terjebak dengan anak kembar pengusaha paling kaya. Angkara Brawijaya, dia memiliki sikap dan sifat yang sangat aneh bagi Laras.
"20 juta sebulan! Jadi Ibu dari anak saya!"
" Hapaaa???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hachichan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MPAD. Pengakuan Rafael
"ABANGG! MINTA UANG!" Raja melongo, kembaran nya tidak tau tempat, membuat nya sangat malu.
"Ndak ada, minta cama Daddy lah, dompet ku tipic cetipic hati ini yang telkoyak. Cakit na cakit!"
"Cakit nya tuh di cini..."
"Ndi dalam hatikuuu.."
"Cakit na tuh di cini???"
"Di dalam dadakuuuuu."
"Cakit na tuh dicini???"
"Di dalam hidungkuuuuu..."
"Cakit na tuh dicini..."
"Ini kenapa jadi karaokean sih??" Zahira menatap sambil menganga. Bisa juga Kakak Adek ini menghibur nya.
"KOK JADI KALAOKEAN! BUNA INI MINTA UANG BUAT BELI EC KLIM. BUKAN BUAT ULUCIN ATI NA ABANGGG.."
" Tegana tegana tegana... Gegana! Gelicah, galau melana."
"ACEEKKKK...LANJUT BANG!!"
Zahira sangat ingin tertawa melihat kelakuan mereka.
"Raja! Bunga! Ayo! Katanya mau beli es krim??" Teriak Laras mendekat.
"Abang ndak mau kacih uang nya, mau nya ajak Buna kalaokean..." Adu Bunga menatap sinis Raja.
"Ndak ada yang ngajak, citu caja yang acal cambung. Lah calah nya Laja di mana loh?" Seru Raja tak mau di salahkan.
Laras menghela nafas, selalu saja kedua anak sambung nya itu punya sesuatu yang di perdebatkan."Ya udah, nih Mommy udah minta uang ke Daddy! Yuk beli!"
"HAYOOOO!!" Raja dan Bunga berlari.
"Zahira! Ayo, semua anak - anak lagi beli es krim! Yuk!" Zahira memasukkan liontin nya hingga tertutup baju. Dia berjalan bergandengan tangan dengan Laras.
"SIAPA YANG MAU RASA VANILA??" Tanya Santi antusias.
"AKUUU!!" Seru anak -anak girang.
"Oke! Baris! Nggak boleh dorong - dorong! Semuanya pasti kebagian kok."
"Aunty Canti! Laja mau laca cetlobeli campul macca!"
"Mana ada! Nggak ada rasa matcha di sini!" Sahut Santi seraya memberikan es krim yang di ambil dari tangan penjual ke anak - anak.
"Pokok nya Laja mau laca itu.."
"Cerewet nggak usah beli!!" Raja mencebikkan bibirnya.
"Kau celewet cekali, dali pada ndak di kacih, cudahlah, makan caja yang ada..AUNTY! BUNA MAU LACA CIS. YANG ADA KEJU NYA.."
Mata Raja membulat."NDAK ADA LACA ITU! KAU PIKIL INI KAPE MAHAL.. DI GELOBAK MULAHAN CEPELTI INI MANA ADA YANG JUAL!"
Santi yang sambil memakan es krim dan memberikan pada anak - anak terbatuk - batuk mendengar kejujuran Raja. Mana suaranya kenceng banget lagi.
Santi melirik ke arah penjual yang menatap Raja."Jujur amat sih, Cil! Mana bikin orang sakit hati lagi."
"APA CALAH LAJA! OLANG LAJA NDAK ADA NOLAK CITU KOK PAKEK CAKIT ATI CEGALA. KALO CAKIT YA DI PELIKCA.."
Santi tertawa kikuk."Saya nggak kenal, Mas! Yang pasti bukan anak saya! Anak tetangga saya bawa, emang kaya gini kelakuan nya, rada - rada minus."
Tak lama Laras datang bersama Zahira."Gimana semua anak udah dapet es krim nya?"
"Udah.. Cuma tinggal anak lo aja tuh yang ribet. Mana malu banget lagi gue."
"Kenapa?" Tanya Laras dengan bingung.
"Kelakuan anak lo bikin gue malu. Suara nya.. Astaghfirullah, pengen gue sumpel." Laras terkekeh, dia hanya menepuk bahu sahabat nya.
"Sabar!!!"
"Zahira mau es krim rasa apa?"Tanya Laras.
"CAYANG NA LAJAAAA!" Laras, Santi dan Bunga melongo melihat Raja yang berlari dan langsung memeluk Zahira, bahkan mencium pipi nya.
"Laja cudah pecankan buat cayang na Laja! Abang, pecenan Laja mana?"
"Rasa apa?"
"Laca cinta ada ndak! Cinta ku padamuuuu!!" Seru Raja sembari memonyongkan bibirnya ke arah Zahira. Semua kembali melongo.
Santi menarik tangan Laras lebih dekat."Anak lo kudu di periksa deh kayanya. Gue curiga otak nya ketinggalan di dalam perut."
Laras hanya menggelengkan kepala."Rasa vanila campur coklat aja, Bang!" Penjual hanya mengangguk. Sementara Bunga masih mematung.
Bunga mendekat kepada Laras dan menarik ujung bajunya. Laras berjongkok, Bunga membisikkan sesuatu."Buna bica ganti Abang ndak.. Maluuuu!!"Laras menipiskan bibirnya, menahan tawa.
Tanpa mereka sadari, sejak tadi ada tiga mobil besar yang sejak tadi mengikuti mereka dari kota J. Beberapa pria ada di dalam mobil itu.
📞 { Bagaimana? Apa wanita itu sudah kalian tangkap? } Telfon di sebrang sana.
📞 [ Kami sedang menunggu waktu yang tepat bos! Tenang aja, kami pasti akan membawa wanita itu ke bos]
📞 { Cepat tangkap dan bawa dia! Jangan sampai kalian gagal}
📞 [ Oke bos!! ]
"Kita bersiap - siap untuk membawa wanita itu!!"
"Siappp!!"
🩵🩵🩵🩵
"Ada yang mau lo omongin sama gue?" Tanya Angkara. Sementara Angkara dan Rafael berada di halaman panti. Sudah sejak tadi Angkara perhatikan ada yang tidak beres pada sahabat nya itu.
"Kita sahabatan udah lama! Gue ngerasa ada yang aneh sama lo. Terakhir kalinya gue ngerasa ini saat di BAR. Gue tau itu cuma alasan lo aja, dari tatapan mata lo ada perasaan yang beda buat Laras. Di sepanjang perjalanan kesini, Gue lihat mata lo dari spion tengah yang terus perhatiin Laras. Mending lo jujur sama gue, Lo ada perasaan apa sama calon istri gue?"
Rafael mengangguk."Gue sayang sama dia! Kalo gue minta dia dari lo. Lo kasih nggak?"
Tentu saja Angkara jadi naik pitam. Dia menarik kera baju Rafael dengan tatapan marah."LO TAU DIA CALON ISTRI GUE! APA HAK LO BUAT SAYANG SAMA DIA? LARAS PUNYA GUE, DIA CALON ISTRI GUE, DIA IBU DARI ANAK - ANAK GUE. JADI APA HAK LO PUNYA PERASAAN INI. LO MAU NGANCURIN HUBUNGAN PERSAHABATAN KITA. IYA? LO MAU AMBIL LARAS DARI GUE, IYA?"Hardik Angkara, nafasnya memburu.
Tidak menjawab, Rafael malah tersenyum dan semakin memancing kemarahan Angkara.
BUGHH....
BUGHH...
BUGHH...
Rafael jatuh tersungkur, tiga pukulan mendarat sempurna di wajah tampan Rafael. Darah keluar dari hidung dan sudut bibirnya. "Kenapa lo senyum? Lo ngeledek gue?" Hardik nya sekali lagi.
Rafael berdiri dan membenarkan pakaian nya yang berantakan. Dia menatap Angkara dengan santai. "Gue rasa, gue lebih berhak atas Laras dari pada lo! Gimana kalo lo putusin Laras, dia pantas mendapatkan laki - laki lain yang lebih baik dan lebih segalanya."
Tangan Angkara kembali terkepal... BUGH.. BUGH.. BUGH..
"Masih belum sadar juga?" Rafael kembali tertawa... BUGH...
Angkara semakin geram saat Rafael tertawa di balik pukulan dan rasa sakit yang di berikan Angkara. "BRENGSEK! GUE NGGAK AKAN BIARIN LO NGAMBIL LARAS DARI GUE."
Rafael menahan kepalan tangan Angkara di dalam kepalan nya saat tangan Angkara kembali ingin menghajar nya.
"Sejak awal Laras milik gue! Gue laki - laki pertama yang menggendong nya, menidurkan nya bahkan mencium nya." Mata Angkara melotot, dia terkejut dengan pendengaran nya sendiri. Amarah nya sudah di ujung tanduk, Angkara pikir itu adalah salah satu pelecehan yang Rafael lakukan. Apakah kejadian nya di toilet? Saat itu?
Tapi perkataan Rafael selanjutnya membuat Angkara tak berkutik.
"Saat dia menangis, gue selalu bernyanyi untuk nya. Saat dia lapar, tangan gue yang selalu menyuapi nya. Dia lebih nyaman di pangkuan gue dari pada di pangkuan Papa dan Mama. Saat dia menangis, dia cuma bisa berhenti saat gue memeluk nya. Saat gue pergi, dia selalu merengek dan memeluk kaki gue. Dan saat gue kembali, kaki kecilnya merangkak dan berlari ke arah gue, tangan kecilnya yang selalu memeluk gue."
Rafael tiba - tiba menangis, suaranya berat, matanya bahkan memerah."Dia wanita kedua yang gue sayangi setelah Mama. Saat dia hilang, perasaan gue hancur, gue menyalahkan diri gue sendiri karena nggak ada saat itu. Kalo gue tau itu pertemuan terakhir gue sama Kirana. Gue nggak akan pergi ke rumah Oma. Gue nyesel karena udah ninggalin dia.."
"K-kirana???"
Rafael mengangguk."Sejak kecil Lo dan Kirana ingin di jodohkan dengan orang tua kita. Tapi saat Kirana menghilang perjodohan itu resmi batal. Bahkan meskipun Sheila menggantikan posisi Nona muda. Ternyata takdir punya cara lain untuk menyatukan kalian berdua. Akhirnya, Lo dan Kirana emang berjodoh karena takdir."
"Tunggu dulu!" Angkara benar - benar bingung saat ini."Maksud lo apa sih? Apa hubungan Kirana sama Laras?"
Rafael tersenyum di balik air matanya. Dia menghapus dengan kasar."Karena Laras adalah Kirana.. Kirana Admaja! Putri kandung dari keluarga Admaja yang hilang 19 tahun yang lalu.." Mata Angkara membelalak, mulut nya menganga. Dia tidak percaya ternyata Laras adalah orang yang mau di jodohkan dengan nya sejak kecil.
"DADDYYYYYYYY!"
Spontan Angkara dan Rafael menoleh.
Raja dan Bunga berlari menghampiri Angkara sambil menangis. "MOMMY.. HIKS HIKS HIKS.. MOMMY DI CULIK!!!"
pak angkara mungkin untuk melindungimu dari anabel
kopi & vote untuk mu