Aksa bertemu dengan gadis pemilik toko kue yang memikat hatinya, namun ia terpikat bukan karena gadis itu sendiri, melainkan terpikat karena gadis itu sangat mirip mendiang istrinya.
Aksa berusaha mendekati Si Gadis untuk bisa mendapatkannya, bagaiman pun caranya ia lakukan bahkan dengan cara licik sekalipun, asalkan ia bisa memiliki gadis yang sangat mirip dengan mendiang istrinya
Akibat obesesi Aksa yang melampaui batas, gadis itu pun terjerumus dalam lembah penuh hasrat Si Pria yang dominan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LebahMaduManis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Erina terbelalak, matanya membulat, seakan dia melihat sosok yang menyeramkan, namun tentunya tampang Aksa tak bisa disebut menyeramkan, terbukti dimana ia melangkah disitu semua mata tertuju padanya, auranya memancarkan sinar yang seakan meredupkan aura orang-orang yang berada di sekitarnya.
"Hallo.." aksa melambaikan setengah tangannya pada Erina.
"Ada perlu apa bapak kesini?" Jawab Erina
Terdengan suara obrolan membuat tante Tali sedikit terperanjat dari tempat duduknya dan mendekati Erina "ada siapa Er?"
"Hallo tante" Aksa menyapa Tante talia dengan sedikit anggukan kemudian mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
Tante talia menelisik aksa sangat lekat, ia mengingat-ngingat bahwa tampang pria ini tidak asing baginya.
"Oh ya ... yang waktu itu duduk di toko saya ya?" Tanya tante Talia
Aksa terkekeh "iya tante"
"Silahkan duduk dulu" tante Talia mepersilahkan Aksa duduk di bangku teras rumahnya.
"Maaf tante, jika saya datang secara tiba-tiba, pasti membuat tante heran" tutur Aksa, sesekali ia pun mencuri pandang kepada Erina yang sedari tadi hanya berdiri di ambang pintu.
"Erina ... kenapa diam saja, ambilkan minum buat tamunya" timpal tante Talia.
Erina terperanjat dari lamunannya setelah tante Talia memintanya ambilkan minum untuk si tamu, tanpa bertanya dulu si tamu ini mau minum apa. Sampai di dapur, Erina menggelengkan kepala aahh ... kenapa gak aku tanya dulu dia mau minum apa?. Gumam Erina dalam batinnya apa aku balik lagi ke depan?
"Maaf pak, bapak mau minum apa? Teh kopi atau—?"
Aksa memotong ucapan Erina, "Tidak usah repot-repot, Ayo berangkat? Jawab Aksa
"Jadi kedatangan anda kesini mau jemput keponakan saya?" Timpal tante Talia
"Betul tante, semalam Erina yang bilang untuk di jemput lebih pagi, saya juga sekalian minta izin tante untuk jemput Erina, " jawab Aksa, matanya memandang lekat pada Erina dengan sedikit senyum mengejek.
Erina yang mendengar pernyataan Aksa ia benar-benar shock!!, matanya membulat, ia menyampul mulut dengan kedua tangannya, melirik Aksa dengan ekor mata, tak berani beradu pandang. Ia shock benar-benar shock, sepertinya jika bisa, Erina lebih baik menghilang sesegera mungkin dari tempat itu, karena rasa malu yang tak bisa di kordinasikan lagi, efek ia tak melihat dengan seksama siapa pria yang menelponnya semalam. Jadi yang nelpon semalam itu Pak Aksa? Bukan Raditya?. Batinnya berisik penuh dengan pertanyaan. Erina menarik nafas dan mengelurakannya secara perlahan, ia memainkan jari-jarinya berusaha untuk tidak gugup karena malu.
"Saya datang kesini tidak banyak persiapan, namun rasanya tidak etis jika saya bertandang untuk pertama kali ke sini tanpa membawa buah tangan yang pantas" ucap Aksa, sambil menyimpan paper bag di meja kecil yang berada di tengah-tengah antara Aksa dan tante Talia, paper bag itu bertuliskan salah satu brand ternama, di dalamnya sebuah scarft dari brand Channel.
Tentunya tante Talia sangat tertarik pada buah tangan yang di berikan Aksa, ia sudah tak asing dengan brand itu, karena tante Talia sendiri tipe ibu-ibu yang senang mengoleksi barang-barak bermerk "Wah ... terimakasih, saya senang sekali tentunya, pagi-pagi begini sudah dapat hadiah " tante talia meraih tota bag nya
Aksa berdiri dari kursi dan mengulurkan tangan kepada tante Talia, "kalau begitu saya pamit"
"Erina ... kenapa diam saja? Itu yang jemput kamu sudah duluan"
Dalam langkahnya Aksa terhenti dan berbalik badan memandang Erina "Ayo Erina"
Erina yang sejak tadi pikirannya tak karuan, mengingat apa yang ia lakukan semalam, membuatnya terus melamun, dan baru tersadar saat tante Talia memanggilnya "tapi tante—" ia mendecih dan memutar bola matanya malas.
"Erina ... ayo dong, yang jemput sudah siap itu lho" ucap tante Talia
Aksa membukakan pintu mobil bagian depan untuk Erina "silahkan Nona Erina" ia menutup pintu mobilnya dan berjalan memutar membuka kembali pintu mobil bagian kemudi untuknya, mereka duduk bersebelahan
Erina memiringkan posisi duduknya ke arah Aksa "pak ... jadi yang semalem nelpon itu bapak?" Tanyanya.
"Iya" jawab Aksa, ia mengangkat ujung bibirnya, karena dia yakin Erina tak akan menyangka hal ini. Tapi kejadian telpon semalam membuat Aksa lebih bersemangat untuk menjalankan aktifitas hari ini.
"Ish ... Bapak salah faham, saya pikir yang nelpon semalem pacar saya, mangkanya saya minta jemput" Erina memukul pelan kursi mobil, ia kesal karena malu akibat kesalahan dirinya sendiri
"Saya sudah mengiyakan permintaan kamu, tidak mungkin saya ingkar"
"Pak dari pada salah faham ini berkelanjutan lebih baik bapak turu kan saya di sini" ucap Erina, nada bicaranya sedikit meninggi, seakan mengisyaratkan untuk Aksa menuruti kemauannya
Aksa tidak mengindahkan permintaan Erina, dia tetap melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Terdengar suara handphone yang beberapa kali berdering. Erina memeriksa handphone nya dan di dapati pesan whatapp dari tantenya "Erina kamu harus jelaskan sama tante siapa dia sebenarnya, ada hubungan apa kamu sama pria itu?"
Setelah membaca pesan dari tante Talia, Erina menarik nafasnya, tangannya yang memegang handphone seakan terkulai lemas, pandangannya kosong.
Aksa melihat Ekspresi wajah tak senang Erina, namun ia juga tak mungkin mengiyakan ke inginan si gadis untuk turun di pertengahan jalan.
Aksa mendobrak susana hening antara dirinya dan Erina "kamu sudah sarapan?" Tanya Aksa
Erina hanya menggelengkan kepala tanpa keluar satu patah katapun dari mulutnya.
Aksa yang sedang menyetir, matanya tak hanya fokus pada jalanan, matanya mulai menelisik mencari cafe yang membuka menu untuk sarapan. Apa kamu punya tempat rekomendasi buat sarapan?"
"Saya gak tahu pak, semenjak saya datang ke sini saya ga pernah makan di luar, kalo bapak mau nyari sarapan dulu silahkan, biar saya tunggu di mobil" jawab Erina
"Bagaimana saya mau sarapan, orang yang biasa membuat sarapan untuk saya ada disini"
Refleks Erina memalingkan wajahnya pada si Pria berbadan tinggi tegap tersebut, ia tahu hanya ada dia saat ini di dalam mobil tak ada lagi orang lain.
"Saya?" Tanya Erina, ia membulatkan mata dan menunjuk dadanya.
Aksa hanya mengangguk, tanpa melihat si lawan bicara.
"Ternyata benar ya apa yang dibilang orang-orang di sosmed, kalo becandaannya bapak-bapak itu ga lucu buat orang seusiaku" tutur Erina,
"Saya tidak bercanda nona, saya setiap hari sarapan dengan croissant dari toko kamu untuk teman minum kopo di kantor" jawab Aksa ia tetap fokus mengemudi dengan sesekali mencuri pandang pada Erina.
"Lho ... istri bapak ga masak sarapan buat bapak emang?
Mendengar pertanyaan Erina, tiba-tiba saja Aksa rem mendadak mobilnya, membuat Erina tersentak, untung saja ia mengenakan seat belt.
"Pak ..."
Aksa melihat ke arah Erina, "Iya nona, maaf tadi ada kucing tiba-tiba nyebrang" jawab Aksa dengan suara bariton nya yang sedikit serak
Kayanya tadi aku ga lihat ada kucing nyebrang. Batin si gadis
Untung saja jalanan belum padat oleh aktifitas kendaraan yang berlalu lalang, karena terlampau mereka berangkat masih sangat pagi.
"Saya sudah bawa bekel sarapan, pak. Jadi kalo bapak mau mampir untuk sarapan, silahkan, saya ngga" ujar Erina dengan mengangkat kotak bekal makan menunjukannya kepada Aksa "kaya anak TK ya?"
"Hmmm ..." Aksa melihat ke arah Erina ia mengernyitkan alisnya, matanya menyipit, dan menggaruk dagunya yang tak gatal, seakan ia sedang menelisik Erina dengan seksama "iya, karena kamu mungil kaya anak TK, nona" Aksa terkikih geli. Melihat perbedaan tinggi mereka yang lumayan kentara bahkan saat mereka duduk.
Erina memajukan bibir atas dan bawahnya, matanya menatap nyalang si Pria. Persis seperti anak TK yang sedang merajuk.
Kini suasananya sudah tak setegang awal mereka bertemu, karena pembawaan pribadi Erina yang ceria, membuat kakunya sikap si pria melunak.
Sampai di tempat tujuan, Aksa keluar terlebih dahuku dari mobil, berjalan mengitari bagian depan mobil membukakan pintu mobil untuk Erina "silahkan nona" ujar aksa dengan membungkukan badannya dengan senyum merekah, seperti pangeran yang menyambut putri raja turun dari kereta kudanya.
"Terimakasih" Erina membalas perlakuan si pria ia pun membungkukan badannya kepada si pria setelah keluar dari mobil.
Erina melangkahkan kakinya lebih cepat untuk segera mendekati toko yang masih tertutup oleh rolling dor.
Aksa memperhatikan gadis itu lekat-lekat, sepertinya terlihat si gadis sedikit kesusahan mendorong rolling dornya. Aksa berjalan mendekat untuk meringankan aktifitas si gadis mungil itu "sudah?" Tanya Aksa memandang Erina dan melemparkan senyum lebar pada si gadis, ia dengan sigap mendorong rolling dornya bahkan terlihat seperti hanya dengan sentuhan saja. Tapi mengapa Erina yang melakukannya terlihat sangat kesusahan?. Tentunya karena postur tubuh si pria berperawakan tinggi tegap itu, sangat mudah baginya jika hanya mendorong rolling dor yang rodanya sedikit berkarat, ia terbiasa melakukan aktifitas dengan beban berat di tempat gym.
"Terimakasih sudah banyak bantu saya pagi ini Bapak Aksa" Erina pun membalasnya dengan senyuman, pipi cabinya semakin membulat kala ia tersenyum merekah, hingga terlihat lesung pipit yang semakin membuat ia terlihat sangat cantik di mata Aksa.
...***...