Alea, seorang wanita muda dan cantik, terpaksa menikahi Rian melalui perjodohan. Namun, kebahagiaan yang diharapkan pupus ketika Rian mengkhianatinya dengan berselingkuh dengan Gina. Patah hati, Alea memutuskan untuk bercerai dan meninggalkan Rian. Takdir berkata lain, bis yang ditumpangi Alea mengalami kecelakaan tragis. Di tengah kekacauan, Alea diselamatkan oleh Ben, seorang pria berkarisma dan berstatus sebagai bos besar yang dikenal dingin dan misterius. Setelah sadar, Alea mendapati dirinya berada di rumah mewah Ben. Ia memutuskan untuk berpura-pura hilang ingatan, sebuah kesempatan untuk memulai hidup baru. Ben, yang ternyata diam-diam mencintai Alea sejak lama, memanfaatkan situasi ini. Ia memanipulasi keadaan, meyakinkan Alea bahwa ia adalah kekasihnya. Alea, yang berpura-pura hilang ingatan tentang masa lalunya, mengikuti alur permainan Ben. Ia berusaha menjadi wanita yang diinginkan Ben, tanpa menyadari bahwa ia sedang terperangkap dalam jaring-jaring cinta dan kebohongan. Lalu, apa yang akan terjadi ketika ingatan Alea kembali? Apakah ia akan menerima cinta Ben, atau justru membenci pria yang telah memanipulasinya? Dan bagaimana dengan Rian, apakah ia akan menyesali perbuatannya dan berusaha merebut Alea kembali?
RONDE KE DUA
Sinar mentari pagi menyelinap masuk melalui celah gorden, menerangi wajah Alea yang tampak begitu damai dalam tidurnya. Ben terpaku menatapnya, mengagumi setiap lekuk tubuhnya yang tanpa sehelai kainpun. Ia merasa beruntung bisa memiliki wanita ini dalam hidupnya.
Dengan gerakan lembut, Ben mencium kening Alea, merasakan kehalusan kulitnya yang lembut. Ia mengelus punggungnya dengan sayang, menikmati setiap sentuhan yang diberikan. Rasanya ia tidak ingin menyia-nyiakan momen ini, ingin terus berada di dekat Alea selamanya.
Namun, Ben tahu bahwa ia tidak bisa terus-menerus berada di sini. Ia memiliki pekerjaan yang harus diselesaikan, tanggung jawab yang harus dipenuhi. Ia harus segera bangkit dan memulai harinya.
Tapi sebelum benar-benar beranjak, hasrat Ben kembali bergejolak. Ia tak bisa menahan diri untuk tidak menikmati keindahan Alea lebih lama lagi. Dengan perlahan, ia kembali mendekat ke arah Alea yang masih terlelap.
Ben berlutut di sisi ranjang, menatap wajah damai Alea. Ia mengulurkan tangannya, menyibak rambut yang menutupi sebagian wajah Alea, lalu mengecup keningnya dengan lembut. Sentuhan itu seolah membangunkan kembali bara api yang semalam menyala begitu membara.
Perlahan, Ben turun ke arah dada Alea. Ia menatapnya dengan penuh kekaguman, seolah melihat sebuah karya seni yang sempurna. Dengan lembut, ia mulai membelai kulit mulus Alea, merasakan setiap lekuk dan teksturnya yang menggoda.
Jantung Ben berdegup semakin kencang saat ia mendekatkan wajahnya ke dada Alea. Ia menciumnya dengan lembut, memberikan perhatian khusus pada kedua put-ingnya yang mulai menegang. Ia menjilat, menggigit, dan menghisapnya dengan penuh gairah, membangkitkan kembali gairah semalam yang sempat mereda.
Alea menggeliat dalam tidurnya, merasakan sentuhan lembut dan menggoda dari Ben. Ia membuka matanya perlahan, melihat Ben yang sedang asyik bermain-main dengan dadanya. Alea malu dan tekejut tapi tidak menghentikan apa yang sedang Ben lakukan.
"Ben..." bisik Alea dengan suara serak khas bangun tidur.
Ben mengangkat wajahnya, menatap Alea dengan tatapan penuh cinta dan hasrat. "Selamat pagi, sayang," sapanya dengan suara lembut. "Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak menikmati keindahanmu."
Wajah Alea memerah tandamerasa geli dengan sentuhan Ben dan ada rasa malu.
Ben tersenyum dan kembali melanjutkan aksinya. Ia semakin bersemangat untuk memanjakan Alea, ingin membuatnya merasa bahagia dan diinginkan.
Tanpa menunggu persetujuan lebih lanjut, tangannya menyelusup masuk ke dalam selimut, mencari kehangatan tubuh Alea yang menggoda. Jantungnya berdebar kencang saat merasakan kelembutan kulit Alea yang begitu halus.
Jari-jari Ben menari-nari di atas perut rata Alea, perlahan namun pasti menuju area bawahnya yang tersembunyi. Ia merasakan kelembapan yang sudah tercipta di sana, pertanda bahwa Alea juga menginginkan sentuhannya. Hati Ben merasa menang, seolah berhasil menaklukkan benteng pertahanan yang selama ini dibangun Alea.
Dengan lembut, Ben membelai area kewanitaan Alea, memberikan sentuhan-sentuhan ringan yang membangkitkan hasrat. Ia merasakan Alea menggeliat kecil, menikmati setiap sentuhan yang diberikan. Ben tahu bahwa tidak ada penolakan lagi saat ini, Alea telah sepenuhnya menyerahkan diri padanya.
"Kau sudah siap rupanya," bisik Ben menggoda, membuat Alea tersipu malu.
Alea hanya tersipu malu dan memalingkan wajahnya. Ia membiarkan Ben melanjutkan aksinya, membiarkan dirinya terhanyut dalam gelombang kenikmatan yang semakin memuncak.
Ben semakin berani dalam sentuhannya, memberikan tekanan yang lebih kuat dan ritme yang lebih cepat. Ia merasakan Alea semakin menggeliat dan mendesah, pertanda bahwa ia semakin dekat dengan puncak kenikmatan.
Ben terus memanjakan Alea dengan sentuhan-sentuhan yang memabukkan, hingga akhirnya Alea mencapai klimaksnya. Tubuhnya bergetar hebat, melepaskan semua ketegangan dan hasrat yang selama ini ia tahan.
Ben tersenyum puas melihat Alea yang begitu menikmati sentuhannya. Ia tahu bahwa ia telah berhasil membangkitkan kembali gairah semalam, dan membuat Alea merasa bahagia dan diinginkan.
Nafsu Ben yang membara seolah tak memberinya ruang untuk berhenti. Ia merasakan Alea begitu dekat, begitu menginginkannya, dan ia tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Tanpa memberi Alea waktu untuk beristirahat, Ben semakin dalam membenamkan dirinya dalam ciuman mesra, melumat bibir Alea dengan penuh gairah.
Dengan gerakan cepat namun lembut, Ben menindih tubuh Alea, menempatkan dirinya di atas wanita yang kini telah sepenuhnya menjadi miliknya. Ia menatap mata Alea yang sayu, penuh dengan gairah dan hasrat yang sama besarnya.
"Aku tidak bisa menahan diri, sayang," bisik Ben dengan suara serak. "Aku sangat menginginkanmu."
Alea mengangguk pelan, seolah memberikan izin pada Ben untuk melanjutkan aksinya. Ia merentangkan kedua kakinya, mempersilakan Ben untuk memasukinya.
Dengan satu gerakan pasti, Ben memasukkan kejantanannya ke dalam lubang kenikmatan Alea yang sudah basah dan siap menerimanya. Alea mendesah pelan, merasakan sensasi penuh dan nikmat yang menjalar ke seluruh tubuhnya.
Ben mulai bergerak dengan ritme yang teratur, membawa Alea bersamanya dalam tarian kenikmatan yang tak berujung. Setiap gerakan terasa dalam dan penuh gairah, membangkitkan sensasi yang luar biasa dalam diri Alea.
Alea membalas setiap gerakan Ben dengan desahan dan erangan pelan, menikmati setiap sentuhan dan ciuman yang diberikan. Ia melingkarkan kakinya di pinggang Ben, menariknya lebih dekat, bahkan Alea meremas remas rambut Ben.
Ritme yang Ben berikan semakin intens dan penuh gairah kembali membangkitkan gelombang kenikmatan dalam diri Alea. Ia merasakan tubuhnya bergetar hebat, seluruh tubuhnya terasa dipenuhi dengan aliran listrik.
Tanpa bisa ditahan, Alea kembali mencapai klimaksnya yang kedua. Ia berteriak pelan. Tubuhnya bergetar hebat, otot-ototnya menegang dan kemudian melemas.
Ben tersenyum puas melihat Alea yang begitu menikmati sentuhannya. Ia merasakan kontraksi hebat di dalam dirinya, pertanda bahwa Alea telah mencapai puncak kenikmatannya. Ia membiarkan Alea menikmati pelepasannya, memeluknya erat dan menciuminya dengan lembut.
Alea merasakan kedutan-kedutan nikmat di area kewanitaannya, sensasi yang membuatnya merasa begitu hidup. Ia memejamkan matanya, menikmati setiap detik dari momen nya.
Ben terus memberikan perhatian pada Alea, menciuminya dan membelai tubuhnya dengan lembut. Ia ingin memastikan bahwa Alea merasa nyaman dan puas setelah mencapai klimaksnya.
Setelah Alea mulai tenang dan napasnya kembali teratur, Ben merasakan hasratnya kembali membara. Ia belum mencapai klimaksnya, dan ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini.
"Aku belum selesai, sayang," bisik Ben dengan suara serak. "Aku ingin merasakanmu lebih lama lagi."
Ben mulai bergerak kembali, namun kali ini gerakannya tidak beraturan dan sedikit ganas. Ia ingin merasakan Alea sepenuhnya, ingin menyatukan diri dengannya dalam tarian kenikmatan yang liar dan tak terkendali.
Alea kewalahan dengan gerakan Ben yang begitu intens. Desahan-desahan terus keluar dari bibir mungilnya, tak mampu menahan gelombang kenikmatan yang menyerbu tubuhnya. Ia mencengkeram punggung Ben erat-erat, mencoba mengimbangi setiap gerakannya.
Ben semakin bersemangat dengan respons Alea yang begitu menggairahkan. Ia terus bergerak dengan semakin cepat dan kuat, membangkitkan sensasi yang luar biasa dalam diri Alea.
Alea merasakan tubuhnya bergetar hebat, seolah seluruh syarafnya dialiri dengan listrik yang membuatnya menggigil hebat kembali. Ia memejamkan matanya, membiarkan dirinya terhanyut dalam gelombang kenikmatan yang semakin memuncak.
Ben merasakan Alea semakin dekat dengan klimaksnya. Ia terus memompa dengan lebih kuat dan dalam, memberikan sentuhan-sentuhan yang memabukkan dan tak terlupakan.
Akhirnya, Alea kembali mencapai klimaksnya. Ia berteriak keras. Tubuhnya menegang dan berdenyut kuat.
Ben merasakan Alea mencapai klimaksnya, dan ia pun ikut terbawa dalam gelombang kenikmatan yang sama. Ia memeluk Alea erat-erat, merasakan tubuhnya bergetar hebat saat mencapai puncaknya.
Setelah mencapai klimaks, mereka berdua terbaring lemas kembali di tempat tidur, terengah-engah dan berkeringat. Ben memeluk Alea sambil mencium keningnya.
Setelah badai gairah mereda, baik Ben maupun Alea merasa terlalu lelah untuk beranjak dari tempat tidur. Tubuh mereka terasa lemas dan rileks.
Dengan enggan, mereka melepaskan pelukan masing-masing. Ben meraih selimut dan menutupi tubuh mereka yang telanjang. Ia kemudian memeluk Alea dari samping, mendekapnya erat seolah tak ingin melepaskannya.