NovelToon NovelToon
Skenario Cinta : Kisah Setelah Patah Hati

Skenario Cinta : Kisah Setelah Patah Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Vampir / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Persahabatan / Harem
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Katsumi

Mengisahkan kehidupan seorang siswa laki-laki yang telah mengalami patah hati setelah sekian lamanya mengejar cinta pertamanya. Namun, setelah dia berhenti ada begitu banyak kejadian yang membuatnya terlibat dengan gadis-gadis lain. Apakah dia akan kembali ke cinta pertamanya, atau akankah gadis lain berhasil merebut hatinya?

Ini adalah kisah yang dimulai setelah merasakan patah hati 💔

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Katsumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 2 : Tinggal Serumah

Mendengar ucapan Mika soal pil itu, Ferdi hanya bisa terdiam. Mulutnya terbuka, tapi tak ada kata yang keluar. Kepalanya berat, seolah pikiran dan logika bertabrakan di dalam sana.

Tapi dia gak bisa bohong. Soal ingatannya… itu memang benar.

"Hei..." ucapnya pelan, suaranya nyaris seperti bisikan. "Apa maksudmu... pil itu yang bikin aku kehilangan ingatan?"

Mika menunduk, lalu mengangguk pelan.

"Iya… pil itu punya efek samping. Setiap kali kamu minum satu, kamu kehilangan satu minggu ingatan. Perlahan… semuanya terhapus."

Ferdi menatapnya, tercengang.

"Kamu sudah mulai minum pil itu sejak SD, kan? Dan sekarang... ingatan tentang masa kecilmu, semuanya udah hilang, bukan?"

Ferdi mengerjap pelan. Lalu, menunduk.

"Kalau dipikir-pikir... aku bahkan mulai lupa gimana rasanya pertama kali masuk SMP…" gumamnya.

Kepalanya makin berat. Semua masuk akal, tapi rasanya tetap... gak bisa diterima begitu aja. Dia ingin menyangkal, tapi... tak ada dasar untuk itu.

Jadi... dia gak bohong? batinnya. Napasnya pelan. Tangannya mengepal di pangkuan.

"Darling..."

Suara lembut Mika memanggilnya. Ferdi menoleh pelan. Ada sesuatu di mata Mika... kesedihan, mungkin. Tapi juga harapan.

"Kumohon… berhenti konsumsi pil itu. Kalau cuma buat menahan dirimu... aku sendiri cukup," ucapnya dengan nada yang sangat tulus. Tak ada paksaan. Hanya... rasa sayang yang terpancar.

Menahan diriku? Ferdi mengulang dalam hati. Apa maksudnya? Ada sesuatu yang terdengar aneh. Seolah... dirinya menyimpan sesuatu yang bahkan dia sendiri gak tahu.

"Menahan…?" bibirnya bergerak tanpa sadar.

Mika mengangguk pelan. "Iya… kalau itu kamu… aku gak masalah."

Lalu, tanpa peringatan, dia perlahan menarik bagian atas gaunnya ke bawah, menunjukkan bahu dan lehernya yang putih. Ferdi langsung tersentak.

"A-apa yang kamu lakukan!?" teriaknya refleks, wajahnya langsung memerah saat ia buru-buru memalingkan pandangannya.

"Jangan ngeliatin itu sembarangan dong!"

Mika terdiam. Lalu tersenyum. Bukan senyum menggoda, bukan senyum penuh misteri. Tapi senyum lembut... yang lega.

"Ternyata kamu beneran belum pernah menyentuh gadis lain..." bisiknya pelan, lebih kepada dirinya sendiri.

Ia tahu. Ia yakin. Semua ini... karena pil itu.

Tapi saat ini... dia bersyukur. Karena itu berarti, Ferdi yang sekarang, meskipun lupa ia masih murni. Masih tulus. Dan masih... dia yang dulu, jauh di dalam sana.

Mika tiba-tiba mendekat, lalu duduk tepat di samping Ferdi. Tanpa banyak bicara, ia menyandarkan kepalanya ke bahu laki-laki itu. Hembusan napasnya terasa lembut di lengan Ferdi, menciptakan keheningan yang aneh namun menenangkan.

"Hei, Darling... walaupun ingatanmu hilang, aku akan membuatmu mengingatku kembali," ucapnya pelan dengan nada manja. "Dari pikiranmu… sampai ke hatimu, aku bakal bikin semuanya kembali, satu per satu~"

Ferdi menatap kosong ke depan, lalu akhirnya bersuara. Suaranya pelan, ragu.

"Apa kita... benar-benar sedekat itu...?"

Mika tersenyum kecil. "Ya... walaupun ada satu orang lagi..."

"Satu orang lagi?" Ferdi mengerutkan kening, lalu memegang kepalanya. Sebuah bayangan samar kembali muncul dalam pikirannya, ingatan tentang sebuah mimpi.

"Apa mungkin... dia punya rambut warna silver?"

Mika terkejut. Kepalanya langsung bangkit dari bahu Ferdi dan menatapnya penuh tanya.

"Apa Darling ingat dia?" suaranya pelan, namun matanya menatap tajam. "Tapi... kenapa nggak ingat aku?" tambahnya dengan wajah cemberut.

"Tidak-tidak! Bukan begitu," Ferdi buru-buru mengangkat kedua tangannya dan menggoyangkannya panik. "Semalam aku mimpi aneh... Aku ada di hutan, terus tiba-tiba nemu kastil. Tapi sebelum itu… aku lihat dua orang gadis kecil. Satu berambut silver, dan satu lagi..."

Ferdi menatap Mika. "...mirip banget sama kamu."

Mika terdiam beberapa detik, lalu tersenyum hangat.

"Itu bukan cuma mimpi, Darling... Kita emang pernah bermain bersama di taman waktu kecil. Dan dia juga ada di sana."

Ferdi melongo. "Jadi... itu ingatan lamaku?"

"Kurang lebih begitu. Obat itu emang ngilangin ingatanmu, tapi seiring waktu... kalau ada pemicu, bisa aja balik perlahan." Mika menempelkan jari telunjuk ke dagunya, mencoba menyimpulkan sendiri.

Ferdi terdiam. Dalam benaknya, semua mulai tersambung pelan-pelan. Pil itu, pemberian dari ayah temannya yang katanya dokter. Tapi kenapa dia selalu disuruh minum pil itu? Bahkan sampai sekarang?

Pertanyaan itu menggantung di kepalanya.

Tiba-tiba Mika berdiri. Suaranya ceria, ringan banget dibandingkan atmosfer tadi.

"BTW, kamar Darling yang mana?"

"Hah?" Ferdi tersentak, langsung terlempar keluar dari pikirannya barusan.

"Aku mau letakin barang-barangku," ucap Mika polos sambil mulai menarik koper pink miliknya.

"..."

"Tunggu… APA MAKSUDMU KAU MAU TINGGAL DI SINI!?" Ferdi langsung berdiri dan berteriak kaget.

Mika menatapnya dengan senyum lebar penuh kepastian.

"Iya dong~" ucapnya santai, seolah itu hal yang paling normal di dunia.

"Tunggu, tunggu, tunggu!" Ferdi menahan pintu kamarnya dengan kedua tangan terbuka lebar, menghadang Mika yang sudah berdiri sambil menarik koper pink-nya.

"Mika, nggak bisa gitu dong! Ini rumahku, kau nggak bisa tiba-tiba tinggal di sini seenaknya!"

Mika tersenyum manis sambil berkedip satu mata.

"Tapi kan aku tunanganmu, Darling~ wajar dong aku tinggal sama calon suamiku."

"Eh, sejak kapan itu jadi wajar!? Kita masih sekolah!" Ferdi mulai panik, tangannya makin erat menahan daun pintu.

Mika pun menarik kopernya maju. "Minggir dong, aku capek narik ini dari halte tadi..."

"Nggak! Ini aneh! Kita bahkan baru ketemu hari ini!"

"Tapi aku udah masak, udah bantu beresin rumah, dan aku juga sayang Darling~" ucap Mika sambil nyengir penuh strategi.

"Jangan main perasaan gitu dong!"

Keduanya saling tarik-menarik koper di depan pintu kamar. Ferdi mencoba menggeser Mika menjauh, sementara Mika tetap berpegang erat pada koper besarnya yang tampak berat itu.

"Serahin koper ini!"

"Nggak mau! Ini hartaku!"

"Justru itu! Jangan bawa harta orang lain ke rumahku!"

"Ini hartaku sendiri, dasar Darling pelit!"

Tarikan terakhir Ferdi terlalu keras. Gagang koper terlepas dari tangan Mika dan...

"BRUK!!"

Koper itu jatuh dan terbuka lebar. Isinya berhamburan ke seluruh lantai: pakaian, boneka kecil, buku catatan, dan... pakaian dalam.

Keduanya terdiam.

Ferdi, yang otomatis ikut jongkok untuk membantu, meraih salah satu barang yang paling dekat. Tapi saat melihat lebih jelas…

"Eh...?" jemarinya memegang sesuatu yang terasa lembut dan ringan.

Sebuah celana dalam warna pastel dengan renda dan pita kecil di tengahnya.

"..."

Mata Ferdi membulat. Wajahnya memucat. Otaknya nge-lag.

"I-ini... bukan maksudku!!" teriaknya sambil langsung menjatuhkannya ke lantai seperti megang benda panas.

Mika berdiri mematung beberapa detik, lalu wajahnya memerah seperti kepiting rebus.

"Kyaa!! Darling!!!"

Dengan secepat kilat dia menyambar pakaian dalam itu dan menutupinya di belakang tubuhnya, matanya berkaca-kaca tapi penuh amarah malu-malu.

"Darling~ dasar mesum..." ucapnya pelan, namun nada suaranya penuh ledakan emosional, pipinya merah padam sambil menatap Ferdi penuh rasa malu dan kesal.

Ferdi langsung membalik badan menghadap tembok. "AKU NGGAK SENGAJA!! SUMPAH AKU NGGAK ADA NIAT!!"

"Dasar cowok... liat dikit langsung panas, ya?!"

"AKU NGGAK PANAS!! AKU PENGEN MENDINGIN SAAT INI!!!"

"Tapi... Darling udah megang punya aku..." gumam Mika pelan, wajahnya makin merah.

"STOP NGOMONG GITU!! JANGAN BUAT SEMUANYA LEBIH PARAH!!"

Seketika suasana rumah itu berubah jadi teater komedi absurd, antara seorang cowok yang terlalu lurus dan cewek yang terlalu bebas, keduanya sekarang cuma bisa pasrah sambil sama-sama malu, satu menghadap tembok, satu lagi memeluk koper yang masih setengah terbuka.

.

.

.

Setelah kejadian koper malapetaka tadi, suasana rumah jadi… aneh. Ferdi duduk di sofa dengan wajah masih merah, sesekali mencuri pandang ke Mika yang sedang duduk di lantai sambil membereskan isi kopernya.

Sunyi.

Canggung.

Tegangnya bukan karena serem, tapi karena terlalu… absurd.

Tiba-tiba, Mika mendesah panjang. Ia menunduk, wajahnya terlihat sedikit murung.

"Yah, kalau memang Darling nggak mau aku tinggal di sini... ya udah..." ucapnya pelan, menghela napas dengan ekspresi seperti tokoh utama drama Korea yang dikhianati pacarnya.

Ferdi menoleh, alisnya mengernyit.

"Lho, emang kamu mau tinggal di mana?"

Mika langsung menjawab sambil dramatis berdiri, membentangkan tangannya ke arah jendela yang mulai mendung.

"Entahlah... mungkin... di bawah jembatan... atau di halte tempat aku turun tadi... bareng kodok-kodok kecil dan hujan deras..." ucapnya sambil memutar badan dan menatap langit.

"Hah!? Jangan ngaco, dong!"

"Hidup ini keras, Darling..." lanjut Mika sambil menggenggam dadanya sendiri, "Tapi cintaku padamu jauh lebih keras..."

Ferdi memijat pelipisnya. "Kenapa jadi puisi begini...?"

"Aku udah nggak punya siapa-siapa di kota ini... cuma kamu, Darling... cuma kamu yang aku punya..."

Wajah Mika kini tampak sendu, suara gemetar. Ia benar-benar seperti gadis yang terlantar. Matanya berkaca-kaca, pundaknya gemetar seperti habis menahan tangis.

"Kalau kamu juga nolak aku... aku... aku—"

"Oke-oke! Berhenti!" Ferdi mengangkat tangan tanda menyerah, lalu menarik napas panjang.

Dia menatap Mika, dan untuk sesaat, hatinya tergerak. Entah karena drama luar biasa itu, atau karena memang dalam hatinya ada sedikit rasa kasihan yang muncul… dan mungkin… sedikit khawatir.

"B-baiklah... Kau boleh tinggal di sini..." ucap Ferdi, nadanya pasrah tapi tulus.

Sesaat hening.

Mika yang tadinya setengah menangis langsung bersinar seperti lampu neon di malam hari.

"Yay~!!! DARLING TERBAIK!!"

Dia langsung melompat ke arah Ferdi dan memeluknya erat-erat.

"Eh, eh!? JANGAN PELUK AKU TIBA-TIBA!"

"Hehe~ aku janji bakal jadi istri rumah tangga yang baik~ Aku bisa masak, bersih-bersih, dan nemenin Darling tiap hari~"

Ferdi sudah nggak bisa ngomong apa-apa lagi. Dia mematung seperti korban pelukan mematikan.

"Kenapa hidupku jadi begini, sih..." gumamnya dalam hati, tapi di sela semua kekacauan ini, entah kenapa... ada sedikit hangat di dadanya.

Mungkin, hanya mungkin... rumah ini tidak akan terasa sepi lagi.

1
Saiful Anwar
jadi Ferdi itu vampir. tunggu, jika dia vampir, apa itu setengah vampir/vampir murni?? tapi kok Ferdi baik" ajah saat terkena sinar matahari.
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
asekk di ulti
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
ini ilusnya pake ai kan? gimana caranya biar kek gtu?
Katsumi: yah di ketik di prompt
total 1 replies
Saiful Anwar
kalau Yuka tau si Ferdi udh punya tunangan bisa marah+cemburu=patah hati
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
oh wow, akhirnya ada pov 1🗿
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
pake nanya🗿
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
jdi keinget yg di yumemiru🗿
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊: tpi bagus sih, bikin keinget jdi pen nonton ulang 🗿
total 1 replies
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
dari ferisu jadi ferdi🗿suka bet huruf 'f' keknya
Katsumi: Gak tau, pengen aja
total 1 replies
Saiful Anwar
darling??
kayaknya bertambah saingannya
Mizuki
Temen w yang namanya ferdi terakhir kali bilang gini ke cwek random hasilnya malah kena gampar
Katsumi: wkwkwkw
total 1 replies
Mizuki
scene ngompori temen dari dulu emang jadi template banget😑
Mizuki
Menyelam sedalam Palung Mariana demi Loli
Mizuki
masih menyelam
Mizuki
Langsung saja, yandere, loli, ama tsundere bab berapa?
Mizuki: btw, ini si Yuka gak ada di cover gak sih, w baca di awal-awal gak ada deskripsinya, kek npc banget daripada penggerak plot awal🗿
total 1 replies
bysatrio
jadi, mulai masuk fantasinya? vampir? mereka berlima? apa sama cewek²nya juga nanti?
Katsumi: iya masuk kayak siluman, iblis dan malaikat
total 1 replies
Saiful Anwar
lah ini baru prolog nya? gua kira udah mulai.
Katsumi: iya masih prolog itu v;
total 1 replies
Saiful Anwar
Hhmm saya mencium aroma misteri
bysatrio
apakah ada konflik lain yang sempat terlupa,
Saiful Anwar
dari alurnya hina dan Ferdi kayaknya teman masa kecil
ラマSkuy
nah kan udah kaya ibu ibu aje ngerumpi, akhirnya didatangin langsung sama yang dirumpiin kan🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!