NovelToon NovelToon
Di Atas Sajadah Merah

Di Atas Sajadah Merah

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: Maya Melinda Damayanty

Arunika adalah seorang wanita yang memendam cinta dalam diam, membangun istana harapan di atas sajadah merah yang pernah diberikan oleh Raka, pria yang diam-diam memikat hatinya. Setiap sujud dan lantunan doa Arunika selalu tertuju pada Raka, berharap sebuah takdir indah akan menyatukan mereka. Namun, kenyataan menghantamnya bagai palu godam ketika ia mengetahui bahwa Raka telah bertunangan, dan tak lama kemudian, resmi menikah dengan wanita lain, Sandria. Arunika pun dipaksa mengubah 90 derajat arah doa dan harapannya, berusaha keras mengubur perasaan demi menjaga sebuah ikatan suci yang bukan miliknya.
Ketika Arunika tengah berjuang menyembuhkan hatinya, Raka justru muncul kembali. Pria itu terang-terangan mengakui ketidakbahagiaannya dalam pernikahan dan tak henti-hentinya menguntit Arunika, seolah meyakini bahwa sajadah merah yang masih disimpan Arunika adalah bukti perasaannya tak pernah berubah. Arunika dihadapkan pada dilema moral yang hebat: apakah ia akan menyerah pada godaan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 25. Sebuah Kisah

Pagi itu cuaca sedikit mendung. Kendaraan Purnomo meluncur cepat di jalur protokol yang mendadak padat. Klakson-klakson bersahutan, menusuk telinga.

"Hati-hati, Yah!" pinta Arunika tegang, tangannya refleks mencengkeram tas di pangkuan.

"Iya, Nak," sahut Purnomo tenang, memutar kemudi, menyalip beberapa kendaraan. Ia tahu, akhir pekan selalu membuat jalanan lebih ramai.

Sesampainya di gerbang kampus, Purnomo menepikan mobil. "Kamu selesai sebelum dhuhur, kan?"

Arunika mengangguk, turun, lalu melambaikan tangan. Mobil ayahnya berlalu, meninggalkan jejak aroma bensin yang samar.

Ia menarik napas panjang. Koridor kampus lengang. Lapangan parkir masih banyak ruang kosong. Di dada Arunika juga terasa ada ruang kosong—sesak, dingin.

"Kamu di mana, Raka?" bisiknya lirih.

Langkahnya mengarah ke kelas. Hanya beberapa mahasiswa yang sudah datang. Ia memilih duduk di bangku barisan depan, tempat biasanya. Pandangannya kosong ke papan putih yang masih bersih.

Satu demi satu teman-teman masuk, termasuk Medi. Gadis itu terlihat berbeda. Mata sembab, hidung memerah, rambut sedikit kusut. Tidak seperti biasanya yang selalu rapi dan ceria.

Arunika ingin bertanya, tapi lidahnya kelu. Keengganan lebih mendominasi. Ia memilih menunggu Medi yang membuka diri.

Tak lama, dosen masuk. Ia langsung menulis di papan:

“Baca buku halaman 4–8. Rangkumnya. Kumpulkan setelah selesai!”

Lalu menambahkan dengan huruf besar:

“JANGAN BERISIK! YANG BERISIK SAYA KELUARKAN DAN SAYA ABSEN ALPA!”

Ruangan mendadak senyap. Hanya terdengar suara kertas yang dibalik. Mata dosen nyalang, mengawasi seperti elang.

Kesunyian ini sangat disenangi Arunika. Ia dengan cepat menyelesaikan rangkuman itu. Tetapi matanya menangkap kertas Medi yang baru setengahnya.

Ada helaan nafas berat yang dikeluarkan gadis yang mestinya ceria itu. Tangan Arunika menjulur, . menggenggam tangan sahabatnya pelan,.biar tak mencurigakan. Media menoleh, usapan kecil ibu jari Arunika pada tangannya, membuat Medi tersenyum.

Lalu ia pun kembali fokus setelah membuang nafas dari mulut. Kertas itu terisi, rangkumannya selesai setelah dosen berdiri.

"Kumpulkan, selesai atau belum selesai!" serunya keras.

Ada beberapa keluhan protes dan ada juga kelegaan karena sudah selesai tepat pada waktunya. Kertas-kertas dikumpulkan. Dosen pergi, banyak mahasiswa yang kesal memukul.meja.keras-keras.

"Kenapa pula harus kuliah sih!" dumalnya.

'Padahal banyak sarjana nganggur!' lanjutnya menggerutu.

"Huh, Gue tadinya mau uang buat kulit ah bikin modal.usaha. Tapi ditentang sama keluarga!' sahut lainnya juga sama kesal.

Semua keluar kelas, kecuali Media dan Arunika. Jika kemarin-kemarin Medi yang selalu menenangkan Arunika. Kini kebalikan, hanya saja, Arunika memilih diam sambil mengelus punggung sahabatnya itu.

"Ih ... Kok kamu diem aja sih!' sungut Medi kesal.

"Eh .. Aku harus apa?" tanya Arunika bingung.

"Ah ... Arunika!" rengek Medi lalu ia memeluk.sahabatnya. Tangisannya pecah seketika.

"Eh .. Med?" Arunika malah kebingungan.

"Hari ini adalah hari kematian kakak pertamaku. Bang Robert ... Hiks!" jawab Medi sambil terisak.

"Apa kamu bisa bayangkan, dalan kurun satu tahun. Empat kakakku pergi satu persatu ... Huuu ... Uuui ... Hiks ... Hiks!" mata Arunika seketika menggenang.

"Tapi saat tadi aku berdoa di meja makan untuk mendiang Kak Robert. Papi marah ke Mami, mereka bertengkar hebat lalu pergi begitu saja ... Ninggalin aku ... Nik ... huuuu ... Uuu ... Hiks ... Hiks!" lanjut Medi bercerita.

Arunika terdiam. Suara isakan Medi mengguncang dadanya. Perlahan tangannya terangkat, merangkul bahu sahabatnya.

“Med…” bisiknya lirih, matanya ikut basah. “Aku mungkin nggak bisa bayangin rasanya. Tapi… aku di sini. Aku dengerin kamu.”

Pelukan mereka makin erat. Medi menangis tanpa henti, suara teredam di bahu Arunika.

“Kenapa harus aku yang terus kehilangan, Nik? Kenapa Papi dan Mami nggak pernah ngerti aku?” tangisnya pecah lagi.

Arunika menahan napas, mencoba tidak terbawa arus. Dalam hati ia berdoa, Ya Allah, beri Medi kekuatan…

Beberapa mahasiswa yang masih lewat menoleh, tapi tak ada yang mendekat. Ruang kelas itu kini hanya menyisakan dua gadis—satu menangis keras, satu lagi belajar menjadi sandaran.

Arunika mengusap punggung Medi, pelan-pelan. “Med, kamu kuat. Kamu jauh lebih kuat dari yang kamu kira. Jangan simpan sendirian, ya. Kalau Papi-Mami sibuk, kamu punya aku.”

Medi tersenyum tipis di sela tangisnya, meski matanya masih merah. Arunika mengusap jejak basah di pipi sahabatnya.

"Keluar kelas yuk, dua jam lagi kita ada kelas!' ajak Arunika.

Medi mengangguk, walau sesekali masih terdengar isakannya. Arunika kembali memeluk Medi agar lebih tenang.

'Aaa .. Arunika!' rengek Medi lalu ia pun tenang.

"Mungkin Papi dan Mami bertengkar untuk menutupi salah mereka!' sahut Arunika dan Medi menatapnya.

"Begitukah?" tanyanya.

'Iya, coba kamu bicara perlahan. Kamu bisa jadi pilar kokoh buat aku. Coba sekarang kamu jadi pilar mereka. Mungkin Mami dan Papi juga sama terluka walau mereka lupa ada kamu di sana!' jawab Arunika panjang lebar.

Medi menatap takjub sahabatnya,. Arunika sendiri tak percaya jika ia bicara sangat banyak dan lancar.

"Aku suka ...."

"Run!" keduanya menoleh, Raka berdiri di depan pintu kelas.

Arunika hanya diam, ia masih kesal pada Raka karena tak beri kabar sama sekali. Raka mendekat, mengambil kursi dan duduk di hadapan Arunika.

'Kamu ... Eum .... Kalian apa kabar?" tanyanya canggung.

'Kamu kenal Nik?" sindir Medi sinis.

Arunika diam, ia hanya menatap kecewa pada Raka.

'Oke sorry!" sahut Raka pada akhirnya.

Raka menunduk, menatap tangannya yang lecet. “Kemarin aku jatuh dari motor, Run. Ban selip pas hujan.”

“Astaghfirullah, Innalillahi!” seru Arunika refleks, tubuhnya langsung menegang.

“Demi Yesus dan Bunda Maria!” sahut Medi hampir bersamaan, sama kagetnya.

Mereka bertiga saling berpandangan. Sunyi sesaat, hanya suara langkah mahasiswa di luar kelas yang terdengar.

Arunika menggenggam erat buku di pangkuannya. Ada rasa lega bercampur marah—lega karena Raka ternyata baik-baik saja, marah karena ia sama sekali tak memberi kabar.

.“Aku tinggal dulu ya, Run. Aku ke toilet!" ujar Medi lalu berdiri. Ia sengaja memberi ruang, meski dalam hati masih kesal pada Raka.

Kini hanya Arunika dan Raka.

“Kenapa kamu nggak kasih kabar?” suara Arunika nyaris berbisik, tapi cukup menusuk hati Raka.

"Aku nggak mau kamu khawatir," jawab Raka.

"Lagi pula, aku takut kasih kabar ...," lanjutnya terpotong, Arunika. tau apa lanjutannya.

"Iya, tapi setidaknya kamu kasih pesan singkat. Aku pasti baca kok, walau aku nggak balas. Tapi itu buat aku sedikit lega ...," ujar Arunika sedikit panjang berbicara.

Raka tersenyum hangat, Arunika berdiri diikuti Raka. Keduanya berjalan beriringan, hanya diam yang menyelimuti keduanya.

"Run ... Kamu masih marah?" tanya Raka lagi.

"Nggak!' jawab Arunika singkat.

"Tunggu!" ujar Raka lalu ia berlari ke sebuah tanaman bunga liar dan memetik beberapa kuntumnya.

Tak lama ia kembali dan menyelipkan di rambut Arunika.

"Sebagai permintaan maaf dariku!" ujar Raka yang membuat luluh hati Arunika.

Ketika dijemput, Purnomo menatap anak gadisnya. Bunga itu masih terselip di sana. Perjalanan sedikit padat karena banyak kendaraan yang keluar untuk pergi liburan.

Ketika mobil itu berhenti tepat di depan rumah. Purnomo membuka sabuk pengamannya.

"Kamu cantik pakai bunga di situ!" puji Purnomo dan tiba-tiba Arunika gegas merenggut bunga dan meremasnya pelan.

Purnomo bingung menatap putrinya.

"Nak?"

bersambung.

Ah ... Arunika cari perkara. .. padahal nggak usah lebay gitu reaksinya ...

Next?

1
Cindy
lanjut kak
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
raka pintar meratukan arunika
Deyuni12
akh
Arunika
jatuh cinta
Deyuni12
what happen Aya naon nh sama Raka,,hm
jangan bikin Aru khawatir y Raka
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
raka kenapa ya?
nurry
💪💪💪💪💪
nurry
maju terus Raka terjang rintangannya, kamu pasti bisa 💪
nurry
kaya manggul beras sekarung kali ya kak othor 🤭🤭🤭
Deyuni12
Raka
kamu bisa datang d saat kamu sudah siap dalam hal apapun,buat ayah Purnomo terkesan dengan perjuangan mu
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
datanglah saat kau siap raka.
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
ayah.. 🥹🥹🥹... pasti sulit mengajarkan mandiri pada putri yang selalu ingin kau lindungi seperti dalam bola kristal, ya kan?setidaknya dirimu sudah mencoba ayah
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
memang berat, raka. tapi kalau cinta ya berjuang donk.
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
ayah, jangan rusak mental arunika dengan ke posesif an muuuu
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
kalau perhatian di rumah cukup. tak perlu cari perhatian di luar lagi
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
arunika & media cocok
Deyuni12
keren
Deyuni12
butuh perjuangan,cinta tak segampang itu,,hn
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
sedikit lagi, raka. arunika di fakultas ekonomi.
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
arunika begitu banyak mendapatkan limpahan kasih orang tuanya. sementara raka?
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
kalian pasti akan dipertemukan oleh author. sabar ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!