NovelToon NovelToon
Three Years

Three Years

Status: sedang berlangsung
Genre:JAEMIN NCT
Popularitas:350
Nilai: 5
Nama Author: yvni_9

"Nada-nada yang awalnya kurangkai dengan riang, kini menjebakku dalam labirin yang gelap. Namun, di ujung sana, lenteramu terlihat seperti melodi yang memanggilku untuk pulang."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yvni_9, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

menuruti

...Happy reading...

Lonceng sekolah berbunyi dengan nyaring, memekakkan telinga, menjadi pertanda kebebasan bagi para siswa-siswi yang telah seharian belajar. Anak-anak berlarian berhamburan keluar kelas, suara riuh rendah kegembiraan mereka menggema di sepanjang koridor sekolah.

Tas ransel di punggung mereka ikut bergoyang-goyang seiring langkah kaki yang tergesa-gesa, seolah tak sabar untuk segera meninggalkan lingkungan sekolah.

"Cel, ayo!" seru Azel dengan semangatnya.

Cely mengangguk pelan sebagai jawaban, lalu dengan gerakan malas beranjak dari kursinya. Ia menggendong tas ranselnya di bahu, langkahnya tidak segegas anak-anak lain, terlihat lebih tenang dan santai dalam menghadapi keramaian setelah bel pulang sekolah.

Di pertengahan jalan menuju area parkiran yang mulai dipenuhi sepeda motor dan mobil, mata Azel tiba-tiba menangkap sosok yang sangat familiar di antara kerumunan siswa. Wajahnya langsung berbinar, seolah melihat sesuatu yang sangat menarik perhatiannya. Tiba-tiba ia menghentikan langkahnya, menarik lengan Cely pelan.

"Cel, bisa tunggu sebentar?" tanya Azel, nada suaranya berubah sedikit memohon. "Aku ke sana dulu ya, sebentar aja kok," ujarnya, sambil menunjuk dengan dagunya ke arah kerumunan siswa yang agak jauh dari mereka.

Cely hanya mengangguk kecil sebagai jawaban, mengiyakan permintaan Azel untuk menunggu. Ia berhenti melangkah dan memperhatikan Azel yang kini berjalan menjauh darinya.

Setelah Cely memastikan ke mana arah kaki Azel melangkah, ia menyipitkan matanya, mencoba memperjelas pandangannya di tengah keramaian siswa yang lalu lalang.

Pandangannya tertuju pada Azel yang kini terlihat sedang tertawa riang dengan seorang siswi lain di dekat mading sekolah. Mereka terlihat akrab, saling bertukar senyum dan candaan, seolah dunia milik berdua.

"Dasar buaya!" Cely mendesis geram, bibirnya mengerucut menahan kekesalan. "Bisa-bisanya dia ninggalin gue demi nemuin pacarnya!" omel Cely.

Tanpa menunggu Azel kembali, Cely memutar tubuhnya dan melangkahkan kakinya dengan mantap menuju pintu gerbang sekolah. Niatan untuk pulang jalan kaki kini semakin bulat di benaknya, ia ingin segera menjauh dari Azel.

Saat Cely berjalan dengan langkah cepat menjauhi area sekolah, tiba-tiba handphone di sakunya bergetar dan berdering. Sebuah panggilan masuk dari nomor yang tidak dikenal muncul di layar handphone-nya. Namun, Cely sedang tidak ingin berurusan dengan siapapun saat ini.

Tanpa ragu, Cely menekan tombol power di handphone-nya, menonaktifkan perangkat tersebut, memutuskan semua koneksi dengan dunia luar, termasuk dengan orang yang mungkin saja menghubunginya saat ini.

...***...

Keesokan harinya, Cely memutuskan untuk datang agak terlambat ke sekolah. Ia sengaja mengulur-ulur waktu di kos, berharap dengan begitu ia tidak akan bertemu dengan Azel terlalu cepat di kelas.

Namun, perhitungan Cely ternyata meleset jauh. Ketika akhirnya ia tiba di kelas, suasana kelas sudah cukup ramai, namun bangku tempat Azel biasa duduk tampak kosong. Awalnya Cely merasa lega, namun kelegaan itu segera berubah menjadi kebingungan.

"Padahal gue udah sengaja masuk lima menit sebelum bel," gumam Cely dalam hati, alisnya bertaut bingung. "Ternyata dia lebih lama lagi," Cely menggelengkan kepalanya kecil, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia pikirkan.

Baru saja Cely mendudukkan dirinya di kursi, suara langkah kaki cepat terdengar dari arah pintu. Azel tiba-tiba muncul di ambang pintu kelas. Tanpa mempedulikan siswa-siswi lain yang mulai berdatangan, dengan langkah lebar, Azel berlari menghampiri Cely.

"Kamu kemarin kenapa pulang duluan, Cel?" tanya Azel dengan nada suara yang khawatir, matanya menatap Cely dengan intens. "Aku telepon juga nggak diangkat," lanjutnya dengan cepat, "Habis itu malah nggak bisa dihubungi sama sekali, aku kira kamu diculik!" ucap Azel panjang lebar, meluapkan kekhawatirannya yang tampaknya sudah dipendam sejak kemarin sore.

Cely sama sekali tidak menggubris omongan Azel. Ia pura-pura sibuk mengeluarkan buku dari tasnya dan meletakkannya di atas meja dengan kasar.

Kemudian, ia meraih handphone dari sakunya dan mulai memainkannya dengan fokus, sama sekali tidak melihat ke arah Azel yang berdiri di sampingnya. Ia sengaja bersikap dingin dan tidak peduli, berharap Azel akan segera menyerah dan menjauhinya.

"Kamu dengerin omongan aku nggak sih, Cel?" tanya Azel lagi, nada suaranya mulai terdengar sedikit frustrasi karena diabaikan.

Ia mengulurkan tangannya dan mencoba menyentuh lengan Cely, namun dengan cepat Cely menghindar.

"Hemm," jawab Cely singkat, bahkan tanpa mengalihkan pandangannya dari layar handphone.

Jawaban singkat dan tidak ramah itu jelas menunjukkan bahwa ia tidak tertarik untuk melanjutkan percakapan dengan Azel.

"Cel?" panggil Azel lagi.

Cely menghela napas panjang, akhirnya menghentikan aktivitasnya dengan handphone dan menolehkan wajahnya ke arah Azel. Tatapannya dingin dan menusuk.

"Lo bisa nggak sih, jangan deket-deket gue!" seru Cely dengan nada suara yang penuh penekanan. "Kan udah gue bilang sama lo, kalau gue punya pacar!"

Cely kembali menegaskan kebohongannya, berharap kali ini Azel akan benar-benar mempercayainya dan menjauh. "Pacar gue marah kalau gue deket-deket cowok lain!" jelas Cely dengan nada suara yang lebih keras, mencoba memberikan alasan yang kuat agar Azel tidak lagi mendekatinya.

Azel tampak terdiam sejenak, mencerna kata-kata Cely. Ekspresi wajahnya berubah, dari khawatir menjadi sedikit kecewa. Ia mengangguk pelan, tanda ia memahami permintaan Cely.

"Yaudah ..." ucap Azel lirih, "Maaf ya," sambungnya dengan suara pelan.

Lalu, ia sedikit menarik kursinya, menjauhkan diri dari Cely, menciptakan jarak yang lebih lebar di antara mereka. Dengan gerakan canggung, Azel mengeluarkan handphone dari sakunya dan mulai memainkannya, berusaha terlihat sibuk dan tidak lagi mendekati Cely, meskipun dalam hatinya mungkin masih ada rasa kecewa dan penasaran.

Cely diam-diam memperhatikan Azel dari sudut matanya. Ia melihat bagaimana laki-laki itu menuruti permintaannya untuk menjauh, bagaimana ia dengan canggung menggeser kursinya dan menunduk memainkan ponselnya.

Melihat perubahan sikap Azel yang begitu cepat dan patuh, tiba-tiba hati Cely terusik. Sebuah rasa bersalah yang tak terduga menyelinap masuk ke dalam dadanya. Ia merasa tidak enak hati karena telah membentak Azel dengan kata-kata yang cukup kasar.

Ia menyadari bahwa mungkin Azel hanya ingin berteman baik dengannya, dan tidak ada maksud buruk sama sekali. Kilasan kejadian kemarin sore saat Azel dengan tulus menawarkan ayam goreng dan susu kotak terlintas kembali di benaknya.

Sebuah dorongan kuat untuk meminta maaf dan menarik kembali kata-katanya tiba-tiba muncul dalam diri Cely. Ia ingin menegur Azel, mengatakan bahwa ia tidak sungguh-sungguh marah.

Jari-jarinya bahkan sudah bergerak sedikit untuk menyentuh bahu Azel, memulai percakapan dan mencairkan suasana yang tegang.

Namun, dalam seperkian detik, niat baik itu ia urungkan. Sebuah pertimbangan lain muncul di benaknya, mengingatkannya pada tujuan awalnya untuk menjauhi Azel. Ia berpikir, jika ia meminta maaf sekarang, Azel mungkin akan salah paham dan kembali mendekatinya dengan harapan lebih.

Cely tidak ingin memberi Azel harapan palsu, dan ia juga tidak ingin terjerat dalam situasi yang tidak diinginkannya. Ia kembali meyakinkan dirinya bahwa bersikap dingin dan menjaga jarak adalah cara terbaik untuk menghindari interaksi yang lebih jauh dengan Azel.

Dengan tarikan napas dalam, Cely menguatkan hatinya dan memadamkan rasa bersalah yang mulai menggerogoti perasaannya. Ia kembali mengalihkan perhatiannya sepenuhnya pada layar ponselnya, berpura-pura tidak peduli dengan keberadaan Azel di dekatnya. Meskipun di luar ia tampak tenang dan dingin, namun dalam hatinya, Cely masih sedikit terusik oleh rasa bersalah terhadap perlakuannya sendiri.

...__________...

1
MindlessKilling
Gak sabar nunggu lanjutannya, thor. Ceritanya keren banget!
yvni_9: terima kasih
total 1 replies
Zhunia Angel
❤️ Hanya bisa bilang satu kata: cinta! ❤️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!