Raka Dirgantara, Pewaris tunggal Dirgantara Group. Tinggi 185 cm, wajah tampan, karismatik, otak cemerlang. Sejak muda disiapkan jadi CEO.
Hidupnya serba mewah, pacar cantik, mobil sport, jam tangan puluhan juta. Tapi di balik itu, Raka rapuh karena terus dimanfaatkan orang-orang terdekat.
Titik balik: diselingkuhi pacar yang ia biayai. Ia muak jadi ATM berjalan. Demi membuktikan cinta sejati itu ada,
ia memutuskan hidup Miskin dan bekerja di toko klontong biasa. Raka bertemu dengan salah satu gadis di toko tersebut. Cantik, cerewet dan berbadan mungil.
Langsung saja kepoin setiap episodenya😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizky_Gonibala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pacaran Sembunyi-sembunyi
...Chapter 3...
..."Perselisihan"...
Pagi di Toko Kita Jaya diawali dengan bunyi pintu geser otomatis dan aroma roti tawar baru datang dari distributor. Intan sudah berdiri di depan rak produk kebersihan, mencatat stok sabun cuci sambil menyisipkan pensil di telinga. Raka datang lima menit kemudian, menyapa semua karyawan seperti biasa, tapi begitu matanya bertemu Intan, senyumnya berubah lebih lebar.
"Pagi, Bu Supervisor! Lagi mencatat dosa-dosa deterjen, ya?" bisiknya sambil lewat di belakangnya.
"Jaga jarak, Mas. Di sini banyak CCTV. Ntar dikira kita pacaran," balas Intan setengah berbisik, tapi pipinya merah.
"Tapi kenyataannya kita pacaran, kan?" Raka menyengir, menggoda.
"Ssstt! Jangan keras-keras!" Intan mencubit lengan Raka diam-diam. Mereka berdua tersenyum malu.
Sejak malam itu di gudang kardus, status hubungan mereka berubah. Tapi dunia di sekitar mereka belum tahu. Toko tetap sibuk seperti biasa. Shift kerja, laporan stok, pelanggan cerewet, semua berjalan seperti tak ada yang berubah. Hanya ada satu hal yang berbeda, tatapan mata mereka.
Mereka sepakat untuk menyimpan hubungan ini sebagai rahasia. Bukan karena malu, tapi karena mereka ingin menjaga profesionalitas. Lagipula, Pak Hendra pernah bilang, "Jangan bawa-bawa urusan hati ke tempat kerja." Dan mereka berusaha menghormati itu.
Tapi merahasiakan hubungan ternyata jauh lebih sulit daripada yang mereka kira.
Hari itu, Raka dan Intan dapat shift siang bareng. Saat makan siang, mereka biasa bergantian ke gudang buat makan. Tapi kali ini, Intan memanggil Raka ke lorong belakang tempat rak air galon.
"Mas, sini bentar," Panggilnya sedikit bisiknya.
Raka datang, berpura-pura sedang mengecek tutup galon bocor.
"Kenapa, sayang?"
Intan menyodorkan kotak makan kecil. "Ini ayam goreng semalam. Aku simpan dua potong buat kamu. Aku tahu kamu belum sempat sarapan."
Raka nyengir lebar. "Wah, pacaran rahasia tapi tetap dapet subsidi ayam goreng, mantap."
Intan melotot kecil. "Udah makan aja. Jangan sok romantis. Aku nggak mau pacar aku kurus kerempeng gara-gara nggak aku urusin makannya."
Tiba-tiba, suara langkah kaki mendekat.
"Eh, Mas Raka! Lagi ngapain di lorong galon?"
Itu Meri, salah satu karyawan baru. Matanya menyipit curiga.
"Ini... eh, ngecek galon bocor. Sama Mbak Intan juga sekalian," jawab Raka gugup.
Intan menimpali cepat, "Tadi ada pelanggan ngeluh galonnya netes. Jadi kita harus periksa dan pastikan semuanya aman terkendali."
Meri mengangguk pelan, tapi matanya menatap lama kotak makan di tangan Raka. Untung saja dia nggak komentar lebih lanjut.
Begitulah hari-hari mereka selanjutnya. Penuh penyamaran.
Suatu sore, hujan turun deras. Listrik sempat mati sebentar dan membuat semua karyawan panik. Intan dan Raka, yang sedang menghitung stok di gudang, bersembunyi di balik rak detergen agar tidak kelihatan terlalu dekat. Di antara bunyi tetesan air dari atap seng, Raka berbisik, "Tan, kadang aku pengen kita bisa pacaran kayak orang normal. Pegangan tangan, duduk bareng di taman, nonton film sambil rebutan popcorn, terus....." Ucapan Raka terhenti dengan wajah memerah.
"Terus apa Mas?" Tanga Intan sambil menatap polos ke arah Raka.
"Eh, Anu...Itu...Maksudnya, Anu" Jawab Raka belebetan.
"Anu, apa Mas?" Tanya Intan Lagi.
"Nggak jadi!, Hehehe" Jawab Raka sambil tertawa kecil.
Intan menatapnya. "Mas mau ciuman gitu kayak drama-drama korea?, Aku juga pengen, Mas. Tapi... jangan dulu yah?. Lagian Aku juga belum siap orang-orang tahu aku pacaran sama kamu. Aku takut omongan orang." Ucap Intan.
"Aku ngerti. Aku nggak maksa. Tapi janji, ya. Begitu kamu siap, kita nggak perlu sembunyi lagi."
"Janji, Nanti kita ciuman juga yah. Ajarin aku cara cipokan yang benar dan baik." ucap Intan, menggenggam tangan Raka sebentar sebelum buru-buru melepasnya saat terdengar suara langkah kaki mendekat.
Malam harinya, saat toko sudah tutup, Raka pulang naik motornya sendirian. Tapi sesampainya di kos, dia menemukan sesuatu di dalam helmnya, sebuah surat kecil dilipat rapi. Tulisan tangan Intan.
"Mas Raka, maaf aku nggak bisa bilang ini langsung. Tapi setiap hari aku lihat kamu kerja keras, senyum di balik capek, dan tetap baik ke semua orang... aku jadi makin suka. Jangan lelah, ya sayangku. Aku cinta bangat sama kamu. Kapan-kapan nanti aku kasih pelukan special".
Raka membaca surat itu tiga kali. Senyumnya tak hilang sepanjang malam. Membayangkan badan mungil Intan memeluk tubuhnya saja sudah membuat Raka seperti cacing kepanasan di atas kasur tempat tidurnya.
Di toko, hubungan mereka semakin sulit disembunyikan. Beberapa rekan kerja mulai curiga. Kadang Raka terlalu cepat menjawab panggilan Intan. Kadang Intan tersipu saat Raka menatapnya terlalu lama. Bahkan Pak Hendra sempat nyeletuk, "Kalau kalian berdua pacaran, bilang aja, nggak usah sembunyi-sembunyi kayak anak kecil aja. Saya juga perna melewati usia puber-puber kayak kalian.Asal kerjaan nggak berantakan."
Mereka hanya tertawa, tapi dalam hati makin was-was.
Suatu hari, Raka membawa Intan makan malam ke warung tenda di gang belakang toko. Mereka duduk bersebelahan di bangku kayu. Tidak pegangan tangan, tidak saling suap, hanya makan sambil ngobrol biasa. Tapi mata mereka bicara lebih banyak dari kata-kata.
"Mas, kamu pernah ngebayangin kita lima tahun lagi gimana?" tanya Intan tiba-tiba.
"Pernah. baru semalam aku ngebayanginnya." Jawab Raka.
"Mas, Ngebayangin apa?" Tanya Intan antusias.
"Aku ngebayangin kita punya warung sendiri. Bukan toko gede, cuma warung kecil tapi isinya rame. Aku masak mie, kamu yang jagain kasir sama dua anak. Anak pertama Cowok anak kedua Cewek. terus kita hidup bahagia sampai nanti Izrail datang menjemput".
Intan tersenyum. "Kalau itu beneran kejadian, aku mau kamu tetap nyetir motor tua ini. Biar nggak lupa rasanya susah." Ucap Intan sambil mengelap sambel di pinggiran bibir Raka dengan tangannya.
Raka mengangguk. "Biar nggak lupa rasanya jatuh cinta diam-diam, sama Pacaran sembunyi-sembunyi."
Malam itu, Raka dan Intan pulang bareng. Di depan kos, mereka hanya saling pandang. Tidak ada pelukan, tidak ada cium tangan. Tapi ketika Intan akan masuk gerbang, dia berbalik dan berkata, "Mas, makasih udah suka sama aku yah."
Raka menjawab, "Makasih juga udah mau bareng aku, bahkan kalau harus sembunyi-sembunyi." Jawab Raka sambil memarkirkan motor bututnya
Hubungan mereka mungkin belum bisa diumumkan ke Orang-orang. Tapi mereka tahu, mereka sedang membangun sesuatu yang pelan-pelan tapi kuat. Seperti fondasi rumah yang belum tampak dari luar, tapi sudah mengakar dalam dengan tumpukan batu yang di semen sebagai pendasi yang koko.
Dan untuk saat ini, itu cukup.
Bersambung.