Xeena Restitalya, hidupnya selalu tidak menyenangkan setelah ibunya meningal. Ayahnya tak pernah peduli dengannya setelah memiliki istri dan juga anak lelaki.
Xeena harus berjuang sendiri untuk hidupnya. Diusianya yang sudah 25 tahun, dia bersyukur masih diberi kesempatan bekerja di tengah sulitnya mencari pekerjaan.
Tapi siapa sangka, bos di tempat kerjanya yang baru itu begitu terobsesi kepadanya.
"Tetaplah di sisiku, kemanapun kau pergi, aku tetap akan bisa menemukanmu, Xeena."
Jeremy Suryoprojo atau Jeremy Wang, dia merupakan bos Xeena.
Pria yang selalu acuh terhadap orang lain itu tiba-tiba tertarik kepada Xeena.
Xeena yang hanya ingin hidup dengan tenang kini malah berurusan dengan bos obsesif sekaligus ketua Geng Wang.
Lalu bagaimana kehidupan Xeena setelah bertemu dengan Jeremy?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawanan Cinta 32
Drap drap drap
Aldo bangkit dari duduknya dan menuju ke tempat dimana kedua orang tuanya berada.
Sebenarnya ini sudah siang, tapi Sangaji masih di rumah. Itu cukup menimbulkan pertanyaan.
Ya, Aldo sama sekali tidak tahu apa yang terjadi sekarang ini. Dia sudah keluar pagi-pagi sekali dan baru pulang ketika bapak dan ibunya membawa Xeena pulang lalu memasukkannya ke dalam kamar.
Aldo sangat terkejut melihat Sangaji mengurung Xeena. Ini belum pernah terjadi sebelumnya.
"Buka pintunya! Buka pintu kamar Xeena. Bapak sama Ibu ini apa-apaan sih, masa anak sendiri di kurung. Buk, aku tahu Ibu ndak suka sama Xeena. Tapi juga ndak segininya. Sebenarnya kalian ini mau apa sih sampai ngelakuin ini sama Xeena."
Wita terkejut dengan perkataan Aldo. Selama ini putranya itu sama sekali tidak peduli dengan Xeena. Tapi sekarang Aldo nampak peduli dan bahkan berani bicara dengan nada tinggi kepada dirinya dan juga Sangaji.
"Aldo, mbok yang sopan bicara sama orang tua,"sahut Wita. Dia takut Sangaji marah kepada Aldo.
"Kalian minta anak berbuat sopan, tapi kalian sendiri ndak ada sopan-sopannya sama anak. Jadi orang tua itu ndak selalu harus menang. Ndak selalu harus dijunjung sama anak. Kalau kalian ingin anak bersikap sopan, maka dengan anak pun kalian juga harus sopan."
DIAM!
Wita sangat terkejut mendengar Sangaji berteriak. Dia sungguh sangat takut kalau suaminya itu marah kepada Aldo. Ini tidak boleh terjadi. Aldo tidak boleh sampai dibenci oleh Sangaji.
"Aldo, jangan bicara kayak gitu. Sebaiknya kamu diam. Urusan mbakmu, itu urusan bapak sama ibu. Kamu ndak perlu ikut campur."
Ck!
Aldo berdecak kesal. Dia sangat tidak suka ketidaktahuannya ini. Aldo sama sekali tidak suka dirinya yang tidak mengerti tentang apapun terkait kakak perempuannya.
"Mas, jadi apa kalau Deny ke sini nglamar Xeena, kita bakal ngeluarin Xeena dari kamar? Kalau dia nggawe (membuat) rusuh gimana?"
Degh!
Aldo yang masih belum jauh pergi dari hadapan kedua orang tuanya tentu sangat terkejut mendengar apa yang diucapkan sang ibu. Awalnya Aldo ingin kembali bertanya. Tapi dia memilih diam dan mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh Sangaji.
"Ndak usah, kita ndak akan ngeluarin Xeena dari kamar. Bilang aja Xeena lagi sakit. Kan kenyataannya dia emang lagi sakit kan?"
Degh
Perkataan Sangaji membuat Aldo terkejut. Ternyata Xeena sedang sakit dan mereka sungguh tega mengurung Xeena di kamar.
Bagaimana jika terjadi sesuatu kepada Xeena?
Bagaimana jika Xeena kenapa-napa?Aldo sungguh merasa sangat khawatir kepada kakak perempuannya itu.
"Aku beneran kudu cepet ngetokke (negluarin) Xeena. Rabi karo Deny, edan pancenan Bapak karo Ibu (Nikah sama Deny, sungguh gila bapak dan ibu)."
Aldo mencari cara, kunci cadangan jelas dia tidak memiliknya. Tapi dia masih bisa mencari benda lain yang bias digunakan untuk menjebol pintu kamat Xeena.
"Linggis, kui mesti isoh (itu pasti bisa) dipakai."
Aldo berjalan keluar rumah. Seingatnya perabotan semacam itu diletakkan di samping rumah. Aldo agaknya tidak peduli jika dia akan mendapat masalah. Padahal tadi Xeena sudah memeringatinya.
Ckiiit
degh!
Aldo terkejut ketika melihat sebuah mobil berhenti tepat di depan rumahnya. Ia mengerutkan alisnya ketika melihatnya.
Aldo sedikit khawatir jika itu adalah Deny dan keluarganya. Dia mendengar bahwa Deny akan datang melamar. Aldo jelas tidak ingin itu terjadi.
Namun, orang yang keluar dari mobil itu jelas bukan Deny. Aldo sedikit lega, tapi dia juga bertanya-tanya.
"Dari look, jelas lebih bagus ini orang kemana-kemana ketimbang Deny. Tapi siapa dia?" gumam Aldo lirih.
Sembari membawa linggis yang sudah dia temukan, Aldo menghampiri orang itu.
"Maaf, mencari siapa ya?"
"Kamu adiknya Xeena ya? dimana kakakmu, dan bapak ibu mu. Aah lupa, aku Jeremy. Aku adalah pacar Xeena."
He?
Aldo membulatkan matanya. Dia bahkan hampir saja menjatuhkan linggis yang dibawanya.
"Pacar Xeena? Beneran? Aku Aldo adiknya Xeena."
"Iya, aku pacar Xeena. Aku dapat laporan dari Melky kalau Xeena ditarik paksa pas dari rumah sakit. Bapakmu bahkan sampai nyabut jarum infus Xeena."
Apa?
Aldo lagi-lagi terkejut. Bagaimana bisa Sangaji tega melakukan itu. Kata sakit yang masuk ke dalam pikiran Aldo adalah sakit semacam masuk angin biasa atau asam lambung Xeena yang kumat.
Namun yang terjadi lebih dari itu. Xeena bangkan sampai dirawat dan Sangaji membawa pulang paksa.
Jeremy memicingkan matanya ketika melihat rekasi Aldo. Dari laporan yang didapatnya, Aldo tidak akur dengan Xeena. Tapi ini apa, Aldo nampak syok sekali mendengar semuanya.
Bukan hanya itu, Jeremy juga penasaran dengan linggis yang saat ini digenggam oleh Aldo.
"Baiklah Aldo, dimana Xeena,"tanya Jeremy lagi.
"Aah itu. Xeena di kurung sama Bapak. Katanya Deny mau ngelamar hari ini. Oh iya, Mas kan katanya pacarnya Xeena. Apa Mas bisa nolong Xeena keluar dari kamar. Aku ndak sudi punya kakak ipar kayak Deny."
"Jadi, apa linggis yang kamu bawa itu buat bantu mbak mu keluar dari kamar?"
Aldo menganggukkan kepalanya dengan cepat. Dia tidak pernah rela Xeena menikah dengan Deny.
"Bagus, tinggalkan itu Aldo. Aku bakalan ngeluarin Xeena dengan cara yang lebih baik. Percayakan saja padaku."
Aldo hanya mengangguk. Entah mengapa kata-kata Jeremy cukup membuatnya yakin dan percaya. Padahal baru sekali ini dia bertemu dengan Jeremy.
"Pak Buk, ada yang nyari Xeena. Katanya pacar Xeena."
Degh!
Sangaji dan Wita terkejut. Lebih tepatnya Wita yang sangat terkejut. Pacar? Itu adalah sesuatu hal yang tidak mungkin.
Wita cukup banyak tahu tentang Xeena yang memilih sendiri setelah putus dengan Deny.
"Jangan ngarang kamu, Do. Ndak mungkin Xeena punya pacar," elak Wita. Dia jelas tidak percaya dengan ucapan Aldo.
"Laah, dia yang ngomong sendiri kok. Kalau ndak percaya tinggal ditemui aja, gitu aja kok repot."
Aldo melenggang pergi. Dia tidak peduli dengan tanggapan ibunya dan juga tatapan tanya bapaknya.
Tap tap tap
"Saudara Sangaji dan juga Wita Istanti. Berapa harga yang harus ku bayar buat nglepasin Xeena. Bukan hanya dari rumah ini, tapi juga dari keluarga ini. 100 juta? 500 juta? Berapa? Katakan saja."
Jeeeeeng
TBC