NovelToon NovelToon
Sang Pianis Hujan

Sang Pianis Hujan

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Enemy to Lovers / Rebirth For Love / Idola sekolah / Tamat
Popularitas:556
Nilai: 5
Nama Author: Miss Anonimity

Namanya Freyanashifa Arunika, gadis SMA yang cerdas namun rapuh secara emosional. Ia sering duduk di dekat jendela kafe tua, mendengarkan seorang pianis jalanan bermain sambil hujan turun. Di setiap senja yang basah, Freya akan duduk sendirian di pojok kafe, menatap ke luar jendela. Di seberang jalan, seorang pianis tua bermain di bawah payung. Jemari hujan menari di kaca, menekan window seolah ikut bermain dalam melodi.

Freya jatuh cinta pada seorang pemuda bernama Shani-seseorang yang tampak dewasa, tenang, dan selalu penuh pengertian. Namun, perasaan itu tak berjalan mulus. Shani tiba-tiba ingin mengakhiri hubungan mereka.

Freya mengalami momen emosional saat kembali ke kafe itu. Hujan kembali turun, dan pianis tua memainkan lagu yang pelan, seperti Chopin-sebuah lagu perpisahan yang seolah menelanjangi luka hatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Anonimity, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 14 : Zheng Danni, Sahabat Masa Kecil

Freya masih memandangi pintu kelas bahkan setelah Shani menghilang dari pandangan. Perasaannya bercampur aduk. Ia bahagia, iya. Tapi juga gelisah, karena sesuatu dalam tatapan Shani masih terasa seperti menyimpan rahasia yang terlalu besar untuk dibagi. Dan ia tidak bisa berpura-pura bahwa semua baik-baik saja.

Azizi menyentuh pundaknya pelan. "Kamu pasti mikirin dia lagi, ya?" Freya mengangguk pelan, tak banyak kata.

Di lorong sekolah, Shani berjalan cepat. Bukan karena terburu-buru masuk kelas, tapi karena pesan dari seseorang baru saja masuk ke ponselnya. Isinya hanya satu baris,

"Aku hanya ingin bilang, kalau anakmu merindukan ayahnya."—Gracia.

Shani meremas ponselnya. Hatinya menolak, tapi otaknya tahu dia tidak bisa melakukan apapun. Gracia selalu punya cara membuat situasi jadi tidak terkendali.

Di tempat lain, Freya berdiri sendirian di atap sekolah. Ia sering ke tempat itu saat butuh berpikir. Langit terlihat jernih meski berawan, dan angin bertiup lembut. Tapi pikirannya tidak setenang langit.

...***...

Sore hari setelah sekolah, suasana di luar gerbang cukup ramai. Beberapa siswa sudah dijemput orang tua mereka, beberapa menunggu angkutan umum. Freya menunggu Shani seperti janji mereka sebelumnya. Tidak lama kemudian, Azizi menghampiri sambil memberikan botol minuman di tangannya. "Dia ke ruang guru dulu, aku bertemu dengannya di lorong tadi." Ucap Azizi. Freya mengangguk mengerti.

Tidak lama sebuah mobil mewah bergaya Tesla Roadster dengan tampilan matte black yang sangat elegan dan futuristik berwarna hitam berhenti di dekat Freya dan Zee.

Mobil itu memiliki Bodi yang rendah dan panjang, dengan lekukan aerodinamis yang mengalir mulus dari ujung kap depan hingga ke buritan. Warna matte black  pada seluruh permukaannya menyerap cahaya, menciptakan kesan senyap dan berkelas. Bagian depan mobil nyaris tanpa gril, khas desain mobil listrik. Permukaannya halus, bersih, dengan lampu depan yang tipis dan tajam. Tidak ada ornamen berlebih—hanya logo kecil Tesla di tengah kap.

Kedatangan mobil itu menjadi perhatian semua orang yang masih berada di gerbang sekolah. Termasuk Freya, tapi terkecuali dengan Azizi yang nampak santai. Gadis itu sepertinya tau siapa pemilik dari mobil kalangan konglomerat tersebut.

Pintu mobil terbuka, seorang pria tampan keluar dari dalam mobil dengan senyum yang hangat. Pesonanya mampu menyihir sebagian siswi yang masih ada di sana.

Pria ini memiliki aura karismatik yang sulit diabaikan. Rambutnya panjang sebahu, lurus dan rapi, dengan warna cokelat muda bercahaya yang membuatnya tampak berkelas tapi tetap rebel. Gaya rambutnya disisir rapi ke belakang, menyisakan sedikit poni yang jatuh alami ke samping—memberi kesan misterius sekaligus lembut.

Wajahnya simetris dengan rahang yang tegas, kulit putih bersih, dan sorot mata tajam yang memancarkan ketenangan. Alisnya tebal tapi teratur, memperkuat kesan maskulin. Bibirnya tipis, namun jelas terawat—senyumnya tidak sering muncul, tapi ketika muncul, bisa bikin orang terpaku. Ia mengenakan kemeja putih slim-fit yang dikancingkan rapi,

namun bagian atasnya sengaja dibiarkan terbuka sedikit, menampilkan rantai kalung perak berlapis yang bertumpuk elegan di lehernya. Di atas kemeja, ia memakai rompi taktis warna hitam dengan aksen metalik—membuat penampilannya seperti gabungan antara idol dan agen rahasia.

Lengan kemejanya digulung hingga siku, memperlihatkan gelang sederhana dan jam tangan kulit klasik di pergelangan tangan. Ia mengenakan celana bahan hitam dengan belt perak mencolok yang serasi dengan gaya urban edgy-nya.

Freya terdiam, ia tidak mengenali siapa pria di hadapannya. Namun tidak bagi Azizi, ia nampak santai atau memang sudah tau kalau pria itu akan datang.

"Maaf membuat kamu menunggu." Ucap pria itu. Suaranya lembut dan sedikit berat.

"Aku juga baru keluar. Kamu dari rumah langsung kesini?" Tanya Azizi.

"Tidak, aku dari kantor papah sebentar tadi." Balas pria itu. Azizi mengangguk mengerti.

"Hai, Frey." Ucap pria tersebut mengangkat sebelah tangan.

"H-hai?" Balas Freya sedikit gagap. Pria ini mengenalnya? Tapi dia siapa?

"Kok jawabnya gagap gitu, Frey. Dia Danni, teman masa kecil kita." Ucap Azizi.

"Eh?" Freya terkesiap. Danni? Teman masa kecil? Hanya satu nama orang dengan nama Danni yang Freya ketahui. Benar, teman masa kecilnya dengan Azizi. Tapi yang dia ketahui, Danni itu bertubuh gendut, buntal, berkacamata besar dan lembek. Sangat kontras dengan pria yang ada di hadapannya.

"Danni? Kau, Zheng Danni?" Tanya Freya memastikan.

"Apa perubahanku sedrastis itu?" Ucap Danni sedikit tertawa.

"Kau benar-benar Zheng Danni, pria gendut yang dulu sering dipukuli Azizi?" Freya masih terkesiap. Ia masih tidak mempercayai perubahan pada pria ini, sangat drastis jauh berbeda.

"Frey, aku sudah minta maaf padanya. Jangan mengungkit hal itu." Ucap Azizi.

"Ma-maaf, tapi kau benar-benar sudah berubah." Ucap Freya. "Jadi kau sudah melamar Azizi?" Lanjutnya.

"Iya, jujur saja sejak dulu aku sudah menyukainya. Meski sering memukuliku." Ucap Danni sambil tertawa.

"Terus aja ungkit, kamu mau aku pukul lagi?" Timpal Azizi sambil mengangkat satu tangannya.

"Maaf, maaf. Aku hanya menimpali Freya. Kita bertiga sudah sangat lama tidak bertemu setelah aku pergi ke China." Ujar Danni.

Freya tersenyum kecil. "Rasanya seperti melihat orang yang beda dunia. Tapi aku senang kamu balik dan masih inget sama kita."

Danni membalas dengan senyum lembut. "Tentu saja aku ingat. Kamu dan Azizi bagian dari masa kecilku. Meskipun… masa kecil yang agak menyakitkan," katanya sambil melirik geli ke arah Azizi.

Azizi pura-pura tak peduli. "Itu semua demi kebaikan. Lihat hasilnya sekarang."

"Kamu berhasil bikin dia glow up, Zee,” canda Freya, kali ini lebih rileks.

Danni hanya tertawa sambil memandang Freya dan Azizi bergantian. "Kalau boleh, aku mau ajak kalian makan malam. Aku reservasi tempat di restoran rooftop dekat jembatan kota. View-nya bagus. Dan... aku ingin ngobrol lebih banyak sebelum mulai sekolah di sini besok."

Azizi tampak tertarik. "Kamu bawa mobil sendiri. Jadi aku bisa pulang nanti pakai angkot?" godanya sambil menatap Danni.

Danni mengangkat alis. "Tenang, Princess. Kamu duduk di depan, Freya di belakang."

Freya tersenyum canggung. "Eh, aku... mungkin nggak bisa ikut malam ini. Ada tugas dan... beberapa hal pribadi yang harus kuselesaikan."

Azizi menatap Freya sejenak, "Gak mau tahu, kamu harus ikut. Ajak tuh si Shani, biar kita bisa Double date."

"Aku terkejut kau sudah punya pacar, Frey. Aku pikir gadis pencinta kesunyian sepertimu tidak akan berpacaran." Canda Danni.

"Makanya, jangan kelamaan di luar negeri. Lupa sama kabar temennya sendiri." Timpal Azizi.

Tidak lama Shani muncul menghampiri mereka semua. "Maaf, aku terlambat." Ucapnya.

Freya menoleh sambil tersenyum kecil. "Tidak papah. Azizi bilang kamu ke ruang guru dulu." Balas Freya.

"Iya, tadi ada sedikit tugas yang harus aku kumpulkan." Ujar Shani. Pandangannya kemudian menoleh pada Pria tampan di samping Zee. Shani menebak kalau pria tersebut adalah pacarnya Zee, terbukti pada tangan mereka yang saling membelit.

"Sayang, ini Shani, pacarnya Freya." Ucap Azizi.

Shani mengulurkan tangan ke arah pria itu. "Shani," ucapnya singkat.

"Zheng Danni," jawab Danni sambil menyambut jabatan tangan itu. Tapi tanpa seorangpun sadari, pandangan Danni menyipit pada Shani. Ia terkesan tidak menyukai Shani entah karena apa. Tatapan mereka bertemu sejenak—singkat, tapi cukup lama untuk menangkap sinyal tersembunyi di antara keduanya. Sebuah pengenalan yang tampak sopan di luar, namun sebenarnya menyimpan analisis diam-diam dari dua sosok yang sama-sama protektif.

Azizi menangkap suasana itu, tapi memilih diam. Ia tahu keduanya perlu waktu untuk saling membaca. Ia hanya berharap perkenalan ini tak menambah beban pikiran Freya yang akhir-akhir ini sudah terlalu banyak menanggung.

"Kita mau ke restoran rooftop, kamu ikut, kan?" tanya Azizi, beralih ke Freya.

Freya melirik ke arah Shani. Tatapan mereka bertemu. Tak ada kata, tapi dalam diam mereka saling mengukur batas yang belum selesai dibicarakan.

Shani menatap Freya sejenak, lalu mengangguk. "Kalau kamu mau, aku ikut."

Freya tersenyum tipis, lalu mengangguk. "Oke."

Kedua pasangan itu berpisah. Freya memutuskan pulang bersama Shani menaiki mobil Shani, sementara Azizi tentu saja dengan Danni. Di tengah perjalanan pulang, Azizi menangkap gelagat aneh dari Danni. Ia sontak bertanya, "Kamu kenapa? Aku lihat tadi kamu kayak gak suka gitu, sama Shani?"

"Dia dan Freya benar-benar berpacaran?" Tanya Danni, tanpa menjawab pertanyaan Freya. Nadanya terkesan serius.

"Iya, Freya sempat menyatakan perasaannya pada Shani. Tapi Shani menggantungnya selama beberapa bulan. Tapi akhirnya mereka berpacaran." Ujar Azizi.

"Dia bukan orang yang baik, Zee. Freya harus segera meninggalkannya, atau Freya yang akan tersakiti." Ucap Danni.

"Maksud kamu?" Tanya Azizi mengerti. "Aku tahu Shani orangnya seperti apa. Memang banyak yang suka sama dia, tapi aku tau kalau dia selalu menolak setiap gadis yang mengutarakan perasaan padanya. Mungkin, terkecuali dengan Freya." Lanjutnya.

"Akan aku jelaskan ketika kita sudah sampai di rumah kamu. Kita bertiga sudah berteman sejak kecil. Kita sudah seperti saudara kandung. Kamu pasti ngerti dengan itu."

"Iya, aku ngerti. Tapi aku nggak ngerti kenapa kamu ingin Freya dan Shani putus?" Ucap Azizi setengah menuntut.

"Ceritanya sedikit panjang. Kamu sabar dulu sampai kita sampai." Jawab Danni.

"Oke, tapi janji kamu harus ceritain sama aku." Pinta Azizi.

"Aku akan ceritakan semuanya, meskipun nanti kamu mungkin tidak akan percaya." Jawab Danni. Azizi terdiam. Mencoba memikirkan apa maksud dari perkataan Danni.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!