Mafia adalah dunia nya, separuh hidupnya ia habiskan dalam kegelapan dan separuh lainnya dalam bayang-bayang kematian yang selalu mengintai nya. Hingga seorang wanita cantik yang membawa cahaya muncul dan mengubah arah hidup nya, membuatnya mempertanyakan hal-hal apa yang berharga dalam hidupnya.
Mampukah dia mengubah dirinya sendiri, ataukah bayang-bayang masa lalunya akan terus menghantuinya dan membuat wanita cantik itu memilih untuk menjauh darinya?
~ Klan Keluarga Morrigan S2~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna_Ama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 28
Sesampainya dimansion, anak buah Rakhes itu segera memberhentikan mobil nya tepat didepan pintu masuk mansion. Han bergegas turun dan dengan sigap langsung menurunkan kursi roda Rakhes dari bagasi belakang.
Kemudian, ia membuka pintu mobil disamping Rakhes lalu membantu tuannya itu keluar.
"Han, aku tidak butuh kursi roda itu. Carikan saja tongkat penyangga. Terus-terusan duduk dikursi roda itu membuat ku seperti orang lumpuh permanen". Tukas Rakhes
Mendengar itu, Han mengurungkan niatnya untuk membantu Rakhes turun dari dalam mobil. Ia lalu menganggukkan kepalanya paham dan segera memerintah anak buahnya yang lain untuk mencari tongkat penyangga yang diminta oleh Rakhes.
"Heii, kau kemari..." teriak Han memanggil Ludo anak buah yang tengah berkeliling jaga.
Ludo yang mendengar suara teriakan Han langsung menoleh menatap pria itu. "Saya tuan ?' ujarnya seraya menunjuk dirinya sendiri dengan jari telunjuknya.
Han berdehem."Hmm... Kemari".
Ludo segera melangkahkan kakinya mendekati Han."Apa anda butuh sesuatu tuan ?"
"Carikan tongkat penyangga untuk tua Rakhes, segera!" perintah Han
Ludo mengangguk."Baik tuan". Setelah itu ia bergegas berbalik badan melangkahkan kakinya pergi keluar dari mansion untuk mencarikan benda yang Rakhes minta.
sembari menunggu Ludo, Han menawarkan diri untuk memapah Rakhes masuk kedalam mansion. Tapi, lelaki itu menolaknya dan bersikeras ingin menunggu Ludo datang dan mendapatkan tongkat penyangga itu.
.
Satu jam kemudian, Ludo kembali datang dan membawakan barang yang ia minta. Ludo segera memberikan tongkat penyangga itu pada Han.
"Tuan, ini tongkat penyangga yang anda minta". Kata Ludo seraya menyodorkan tongkat tersebut.
Han menerima tongkat penyangga itu,"Kenapa lama sekali". Omel nya
"Maaf tuan, saya sudah berkeliling beberapa toko alat kesehatan tapi semuanya sudah habis terjual, dan saya mendapatkan tongkat itu di toko kesehatan paling ujung pusat kota". Ujar Ludo menjelaskan
"Ya sudah, kau boleh kembali bekerja". Titah Han
Ludo mengangguk,"Baik tuan". Setelah itu, ia pamit undur diri.
"Tuan..." panggil Han
Rakhes yang tengah sibuk memainkan ponselnya seketika menoleh menatap kearah Han.
"Tuan, ini tongkat penyangga yang anda minta", ucapnya seraya menyodorkan tongkat penyangga itu pada Rakhes.
Rakhes menghela nafas pelan, lalu mengalihkan pandangannya menatap dua buah tongkat penyangga yang ada ditangan Han. Kemudian, ia menyimpan ponsel nya kedalam saku celana nya lalu meraih tongkat itu.
Dengan perlahan dan hati-hati, Rakhes turun dari dalam mobil. Ia berpegangan pada pintu mobil dengan satu tangan, dan tangan satunya pada tongkat penyangga.
Han dengan sigap langsung membantunya, memegangi kedua lengan kokoh Rakhes.
"Hati-hati tuan".
Setelah berhasil turun dari mobil, Rakhes mencoba melangkahkan kakinya perlahan masuk kedalam mansion. Han berjalan dibelakangnya berjaga-jaga jika saja langkah kaki Rakhes limbung.
Rakhes berhasil melangkahkan kakinya masuk kedalam mansion dan sampai diruang tamu. Meski harus sesekali mengeratkan rahangnya saat tiba-tiba kakinya terasa ngilu dan ia langsung menghentikan langkah kakinya.
Setibanya diruang tamu, Rakhes langsung menjatuhkan tubuhnya duduk diatas kursi sofa. Ia lalu meletakkan tongkat penyangga itu disamping sofa. Kemudian, tatapan matanya menyisir sekitar sudut mansion nya itu seolah tengah mencari sesuatu.
"Dimana Jelita? Apa Sero belum mengantarnya pulang?" ujar Rakhes bertanya pada Han
"Sebentar tuan, saya akan menelponnya dulu". Kata Han, ia juga sedari tadi belum melihat Sero juga Jelita. Seharusnya mereka berdua sudah sampai dimansion, apa terjadi sesuatu pada mereka.
Han segera merogoh saku celananya mengambil ponsel nya. Jari jemari nya dengan lincah menggulir layar benda pipih itu mencari nomor telepon Sero setelah mendapatkannya ia langsung mendialnya.
Tak butuh waktu lama, sambungan telepon itu langsung terhubung.
"Sero, dimana kau ?" tanya Han tanpa basa-basi
"....."
"Apa? Oke aku akan kesana sekarang". Sahut Han
Setelah itu, Han langsung mengakhiri panggilan teleponnya dan menyimpan kembali ponselnya kedalam saku celana. Melihat raut wajah Han yang berubah cemas, membuat Rakhes menoleh dan menatapnya dengan penuh rasa penasaran.
"Ada apa Han ?" tanya Rakhes seraya mengerutkan dahinya
"Mobil yang Sero kendarai dikepung oleh kelompok gangster dijalan Pablos tuan". Jawab Han
"Shit! Berani sekali mereka mengepung mobil Sero. Han, siapkan beberapa anak buah. Kita kesana sekarang!" Perintah Rakhes dengan tegas, ia lalu hendak beranjak dari duduknya tapi Han langsung mencegahnya.
"Tuan, biar saya saja yang kesana. Tuan tetap dimansion dan istirahatlah". Kata Han
Braakkk!!!
Rakhes yang mendengar itu menjadi emosi dan geram. Ia mengangkat salah satu tongkat penyangga itu lalu memukulkannya pada Han.
"Apa aku bisa beristirahat dengan tenang dimansion sedangkan wanita ku dalam bahaya, bedebah kau Han!". Maki Rakhes
"Maaf tuan, tapi ini semua demi kesehatan kaki anda. Jika anda memaksakan diri untuk ikut, saya tidak bisa menjamin jika kaki anda pasti akan lebih lama lagi sembuhnya". Ucap Han mengungkapkan kekhawatirannya
Rakhes terdiam, yang dikatakan oleh Han memang ada benarnya. Dottor Marcello juga mengatakan jika masih 4-6 kali terapi dengan 2-3 interval, itu artinya masih butuh waktu sekitar 14-16 hari lagi agar kakinya bisa sembuh total dan dia bisa kembali berjalan dengan normal lagi.
"Aarrgghh..." Rakhes menggeram frustasi seraya mengusap kasar wajahnya.
"Aku akan tetap ikut". Ucap Rakhes dengan begitu keras kepalanya
Han yang mendengar itu hanya bisa mendesahkan nafas nya kasar dan tidak bisa melarang keinginan Rakhes.
"Baik lah, tapi biarkan saya dan para anak buah yang turun tangan menghabisi kelompok gangster itu". Kata Han
Rakhes menganggukkan kepalanya setuju.
.
Kemudian, Han membantu Rakhes beranjak dari duduknya lalu melangkahkan kakinya pelan kembali ke mobil.
Setelah itu, beberapa mobil melaju beriring-iringan keluar melewati pintu gerbang mewah yang menjulang tinggi itu dan membelah jalanan kota Italia yang sudah hampir menjelang malam itu.
Setibanya dijalan Pablos, Rakhes bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri jika mobil yang dikendarai oleh Sero tadi tengah dikepung oleh kelompok gangster.
Melihat kedatangan Rakhes, ketua gangster itu menoleh mengalihkan pandangannya menatap kearah mobil-mobil mewah milik anak buah Rakhes yang berbalik mengepungnya.
Kemudian, Han turun dari dalam mobil dan dibelakangnya para anak buah itu juga ikut menyusulnya keluar.
Dengan langkah tegap dan penuh wibawa, Han berjalan menghampiri ketua gangster itu.
"Lepaskan dia!" teriak Han saat melihat kedua tangan Sero ditahan oleh dua anak buah gangster itu dan hendak dihajar.
Sedangkan, Jelita masih duduk bersembunyi didalam mobil. Ia bukan takut hanya saja dia tidak ingin mati konyol dikeroyok. Meskipun, ia juga jago bela diri tapi melawan sekitar 30 orang sangatlah mustahil, apalagi dia hanya berdua dengan Sero.
Mungkin Sero membawa senjata tapi dirinya kan tidak ... Demi apapun, Jelita tidak ingin meregang nyawa dengan cara seperti itu, bisa diketawain kakek Hercu jika dia tau masalah ini.
.
.
.
Haii, jangan lupa tinggalkan jejak like, vote dan komen. Jangan lupa subscribe agar gak ketinggalan update.an nya, makasih 🙏🏻🥰
ini pasti ada kaitanya dgn jerry
dobel up
bagaimana nantinya tentang Rainer semua dia tau
keluarga adalah kelemahanya
Kan harus di jadikan saksi
yg dgn sengaja membuat rem blong tersebut