Kehilangan Marina dalam hidup Raga membuatnya kesulitan untuk membuka hati pada Miky—gadis culun yang kini menjadi istrinya.
Tak hanya tentang kematian Marina, tapi ada rahasia di balik dinginnya Raga. Rahasia yang membuat Miky tak mampu berkata-kata dan gamang untuk memilih antara bertahan atau tetap berada di sisi Raga dan anak sambungnya.
Ternyata rahasia yang selama ini Raga sembunyikan adalah ....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kacan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Raga atau Abian?
Miky termangu, matanya terpaku pada Raga saat tiba-tiba badannya melayang dalam gendongan pria itu.
Tubuh mereka saling bersentuhan. Lengan kekar yang terasa hangat itu menyanggah tubuhnya.
Tanpa bisa dicegah, segores senyum terbit di bibir Miky. Semuanya terasa seperti mimpi, bahkan rasa sakit di telapak kakinya pun tak lagi menjadi pusat perhatiannya.
"Mas—"
"Jangan banyak bicara," potong Raga tanpa melihat ke arah Miky. Tatapan matanya fokus ke depan, kemudian saat berada di dekat ranjang, dirinya menurunkan tubuh Miky.
Sontak saja Miky terdiam, namun tidak dengan jantungnya yang berpacu begitu cepat.
Dalam diam mata Miky memperhatikan Raga yang berjalan ke sebuah lemari, tak lama kemudian pria itu datang menghampirinya dengan membawa kotak P3K.
"Ini yang terakhir, lain kali saya tidak akan menolongmu!" Raga berucap sinis seraya duduk di ujung ranjang.
Miky menatap wajah Raga, namun pria itu memalingkan tatap ke kakinya.
"Ahsst. Sakit, Mas!" rengek Miky saat Raga hendak menyabut pecahan mangkuk keramik di telapak kakinya.
Raga mengangkat kepala, ditatapnya Miky dengan wajah malas, "Diam!"
Kedua alis Miky bertaut, keningnya mengerut dengan bulir-bulir keringat yang menghiasi. Wajah Miky tampak memelas, "Sakit ...," ucapnya lirih.
Raga melihat dengan jelas bagaimana Miky menahan rasa sakit, namun ia berusaha menampik apa yang dirasakannya. Ia hanya tak ingin masa lalu terulang kembali, karna rasa kasihan berujung pada penyesalan yang sampai saat ini menghantui dirinya.
Dengan wajah datar Raga kembali menunduk, tak diindahkannya ringisan Miky.
Tanpa rasa ragu, dalam satu kali tarikan Raga berhasil mengeluarkan pecahan mangkuk yang menancap di telapak kaki istrinya.
Seketika saat itu juga Miky menjerit kesakitan, tangannya meremas seprai teramat kuat.
"Lebay," decih Raga dengan wajah meremehkan.
Mata Miky mendelik, dengan wajah menyisahkan tegang ia menatap kesal suaminya.
Lebay? Tak tau kah Raga jika pecahan yang menancap di kakinya bukan sebesar upil. Jadi, bisa dibayangkan betapa sakitnya saat benda asing itu ditarik dengan kasar.
"Beneran sakit banget loh, Mas! Nariknya kekencengan tau," protes Miky dengan suara bergetar.
Raga hendak berdiri sambil mendengus tak acuh, "Berisik!"
Ya Tuhan! Miky menghela napas panjang, tak bisakah Raga membiarkannya merasa senang saat pria itu menaruh sedikit perhatian padanya.
"Maaf." Miky berucap pelan.
Pada akhirnya Miky lebih memilih mengalah daripada pria itu pergi meninggalkannya. Batu tak bisa dilawan dengan batu, pikirnya.
Raga kembali duduk, ia tak menanggapi permintaan maaf istrinya, dan memilih fokus membersihkan luka di telapak kaki Miky.
Diambilnya kapas lalu dituangkannya sedikit cairan pembersih luka yang kemudian ia balurkan di permukaan kulit Miky.
Ringisan meluncur keluar dari mulut Miky, tak sanggup ia menahan perih dari sensasi dingin sekaligus pedih disaat bersamaan.
Merasa direcoki, Raga langsung melirik tajam istrinya, memberikan isyarat lewat mata agar wanita itu tak berisik.
Spontan Miky langsung menutup mulut dengan kedua telapak tangannya. Nyalinya menciut tak bersisa, ia takut Raga berbuat nekat dengan menekan lukanya.
Dibiarkannya Raga menyelesaikan pekerjaannya, walau dalam hati ia menjerit tersiksa karena harus berusaha menahan ringisan yang sulit dikendalikan.
Sampai akhirnya Miky dapat bernapas lega ketika kasa gulung sudah dililit rapi pada lukanya.
Pada saat itu pula Raga berdiri hendak meninggalkan dirinya.
"Mas makasih banyak ya, padahal Mas lagi sakit, tapi malah Miky repotin," ucap Miky dengan tulus.
Raga melirik Miky sekilas, "Kamu memang merepotkan!" sahutnya tajam, kemudian melenggang pergi keluar.
Miky tersenyum masam, menatap pintu kamarnya yang sudah ditutup rapat.
"Kapan sih Mas bisa buka hati untuk Miky?" Miky tertunduk sedih.
Di tengah kegundahan hati, tiba-tiba saja Miky teringat akan pesan Abian yang belum sempat ia balas.
Buru-buru diraihnya ponsel yang letaknya masih di atas ranjang, kemudian ditekannya tombol power on.
Begitu ponselnya nyala, runtutan chat dari Abian langsung memenuhi layarnya.
Maaf kak Bian, ada insiden kecil tadi☹️
Miky hendak meletakkan kembali ponselnya setelah mengetikkan balasan untuk Abian. Namun, urung karna dengan cepat pria itu membalas pesannya.
Kak Abian : Insiden apa? Kamu baik-baik aja kan?
Miky tersenyum membaca balasan pesan mantan tetangganya. Reaksi Abian sungguh membuatnya merasa diperhatikan.
Kena pecahan kaca😭 tapi udah diobatin kok. Cuma masih terasa nyut-nyutan ini😵💫
Baru satu detik pesan itu terkirim, namun secepat kilat panggil vidio call dari Abian masuk.
Disaat yang bersamaan pintu kamarnya terbuka lebar, sosok Raga berdiri di ambang pintu dengan tatapan jatuh ke arahnya.
Miky menoleh, menatap Raga dari kejauhan sambil sesekali melirik ponselnya dengan ragu.
Apa yang harus dirinya lakukan? Mengangkat vidio call dari Abian di depan Raga?
Di tengah kebimbangan itu, suara dering telfon dari Abian semakin membuatnya bingung.
Bersambung ....
tapi lammmaaaaa😭
kangeeennnnnnnn
akoh kira kamoh mau hiatusssssssss lgi
truma gituh akoh
jgn suka tiba² kya jinnie donk cling iLang/Scowl/
kenapa Upnya LAAAMMAAAAAA /Angry//Angry/