NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Ke Dalam Tubuh Putri Buangan

Reinkarnasi Ke Dalam Tubuh Putri Buangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:9.7k
Nilai: 5
Nama Author: Nfzx25r

Seorang gadis muda yang memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan terjun ke dalam laut lepas. Tetapi, alih-alih meninggal dengan damai, dia malah bereinkarnasi ke dalam tubuh putri buangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nfzx25r, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kembali ke istana

Keputusan akhirnya dibuat. Mereka tak bisa selamanya bersembunyi di gua. Makanan terbatas, luka mereka memang mulai sembuh, tapi bahaya yang lebih besar jelas sedang mengintai.

“Ke mana lagi kita bisa pergi kalau bukan ke istana?” suara Putri Xiaolan terdengar getir saat mereka duduk di sekeliling api kecil. “Setidaknya di sana ada orang-orang kita sendiri. Ada keluarga… atau paling tidak, sisa-sisanya.”

Sanghyun terdiam lama, wajahnya kelam. Wei hanya menatap bara api yang padam perlahan, seolah menyimpan beban yang tak ingin ia bagi.

Putri Minghua menggenggam erat ujung jubahnya. Ia tahu, istana bukanlah rumah baginya. Itu adalah tempat yang pernah membuangnya, tempat yang membuatnya merasakan luka paling dalam. Tapi… jika mereka kembali, setidaknya ia bisa tahu apa yang benar-benar terjadi. Dan mungkin, hanya mungkin, ia bisa menemukan alasan di balik semua kekacauan ini.

“Kalau begitu,” ucap Sanghyun akhirnya, nadanya dalam dan mantap, “kita kembali ke istana. Tapi hati-hati. Jangan harap istana itu akan sama seperti dulu.”

Perjalanan pulang memakan waktu beberapa hari. Mereka melintasi padang luas yang masih basah oleh sisa hujan, melewati desa-desa kecil yang sunyi. Semakin dekat dengan ibu kota, suasana makin aneh. Jalanan lengang. Pasar yang biasanya ramai hanya diisi beberapa pedagang yang tampak waspada.

“Apa yang terjadi di sini?” bisik Putri Minghua, hatinya gelisah.

“Seperti habis dilanda perang,” gumam Wei sambil mengamati sekeliling.

Ketika gerbang istana akhirnya terlihat dari kejauhan, semua terdiam.

Gerbang megah yang biasanya berdiri kokoh itu kini terlihat rusak. Cat merahnya memudar, beberapa bagian pintu kayu hancur. Bendera kekaisaran yang biasanya berkibar dengan gagah kini sobek, hanya separuh yang tersisa, terombang-ambing diterpa angin.

Dan ketika mereka melewati gerbang utama, pemandangan di dalam membuat Putri Minghua nyaris terjatuh dari kudanya.

Halaman istana penuh dengan reruntuhan. Genteng berjatuhan, tiang-tiang patah, dan kain sutra istana yang biasa menghiasi aula kini compang-camping. Pelayan-pelayan sibuk mengangkat pecahan kayu, beberapa prajurit membantu menegakkan kembali tiang bendera.

Namun yang paling menusuk hati Putri Minghua adalah wajah-wajah itu. Wajah para pelayan dan rakyat kecil yang masih setia tinggal di dalam. Mereka tampak kelelahan, namun berusaha tegar. Ada yang menggotong peti-peti, ada yang membersihkan darah kering di lantai marmer, ada pula yang menyalakan dupa di altar kecil untuk mengenang mereka yang telah gugur.

Putri Minghua melangkah dengan langkah gemetar. Matanya menyapu pemandangan itu—sebuah tempat yang dulu megah dan penuh wibawa kini tampak seperti reruntuhan perang.

“Apa… yang sudah terjadi di sini?” suaranya bergetar, hampir tidak terdengar.

Seorang pelayan tua yang mengenalnya tiba-tiba berlari menghampiri. Ia jatuh berlutut, wajahnya dipenuhi debu dan air mata. “Yang Mulia Putri Minghua! Akhirnya… akhirnya kau kembali…”

Putri Minghua buru-buru meraih kedua tangan pelayan itu, membantunya berdiri. “Bangunlah! Ceritakan padaku. Apa yang sebenarnya terjadi di sini?”

Pelayan itu terisak, suaranya pecah. “Istana diserang… beberapa malam yang lalu. Ada pengkhianat yang membuka gerbang dari dalam. Api membakar sayap timur, banyak prajurit gugur. Dan…” Ia terhenti, menatap Putri Minghua dengan mata berkaca-kaca. “Yang Mulia Kaisar… menghilang.”

Seketika udara di sekeliling membeku.

Putri Minghua terdiam, tubuhnya kaku. Sanghyun mengepalkan tangannya erat, matanya tajam penuh amarah. Wei hanya mendengus keras, menendang tanah dengan frustrasi.

Putri Xiaolan menutup mulutnya, air matanya jatuh tanpa bisa ia tahan. “Ayahanda…”

Putri Minghua hampir tak mampu berdiri, namun Sanghyun sigap menopang lengannya. “Tenanglah. Kau harus kuat.”

Pelayan tua itu melanjutkan, suaranya gemetar. “Tidak ada yang tahu ke mana Yang Mulia Kaisar pergi. Sebagian mengatakan beliau dibawa lari oleh para penjaga terdekat… sebagian lain mengatakan beliau ditawan.”

Wei menghela napas panjang, suaranya dingin. “Kalau kaisar hilang… itu artinya singgasana kosong. Dan singgasana kosong adalah undangan bagi semua pengkhianat untuk berebut kekuasaan.”

Sanghyun mengangguk perlahan. “Kau benar. Kita harus segera mencari tahu siapa yang berada di balik ini semua.”

Putri Minghua menggenggam dadanya, hatinya kacau. Ia kembali ke istana dengan harapan bisa menemukan tempat berpulang, tapi yang ia dapati hanyalah reruntuhan dan kabar buruk. Namun di tengah kehancuran itu, ada api kecil yang menyala di dalam dirinya—tekad untuk tidak lagi menjadi putri buangan yang hanya diam melihat.

Matanya kini menatap lurus ke arah aula utama yang hancur sebagian. Suaranya pelan, tapi tegas. “Kalau Ayahanda benar-benar menghilang… maka aku tidak akan tinggal diam. Aku akan menemukan kebenaran. Dan siapa pun pengkhianat yang sudah berani mengkhianati istana ini, tidak akan dibiarkan hidup dengan tenang.”

Keempat orang lainnya terdiam, lalu menatapnya. Dalam sorot mata mereka, ada rasa hormat baru—karena Putri Minghua bukan lagi gadis yang dibuang. Ia kini berdiri di tengah reruntuhan, dengan tekad seorang pewaris sejati.

1
Cha Sumuk
ap ga ada ingatan yg tertggl hemmm
Murni Dewita
double up thor dan tetap semangat
Nfzx25r: Iya, makasi
total 1 replies
Murni Dewita
next
Murni Dewita
nyimak
Murni Dewita
👣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!