Cerita ini lanjutan Aku Yang Tidak Sempurna.
Bakat yang di milikinya adalah warisan dari sang mama yang seorang pelukis terkenal.
Namun ia lebih memilih menjadi pelukis jalanan untuk mengisi waktu luangnya. Berbaur dengan alam itu keinginannya.
Dia adalah Rafan Nashif, seorang pelukis jalanan dan sekaligus seorang CEO di perusahaan.
Namun tidak banyak yang tahu jika dirinya seorang CEO, bahkan pacarnya sendiri pun tidak tahu.
Sehingga ia di hina dan di selingkuhi karena di kira hanya seorang seniman jalanan yang tidak punya masa depan.
Bagaimana kisah selanjutnya? Jika penasaran, mampir yuk!
Cerita ini hanyalah fiksi belaka, jika nama tempat, nama orang ada yang sama itu hanya kebetulan semata dan tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33
"Nikah yuk! Siap gak?" tanya Rafan.
"Mas, jangan bercanda ah," jawab Lestari sambil tersipu.
"Siapa yang bercanda? Tadi katanya aku tidak serius, sekarang di ajak nikah malah mengelak," ujar Rafan.
"Bahas yang lain saja deh Mas," kata Lestari akhirnya.
Rafan tertawa melihat Lestari tampak malu-malu. Tadi Lestari yang mengungkit nya, sekarang malah mengelak.
Ponsel Rafan berdering, Rafan langsung mengangkat panggilan tersebut.
"Assalamualaikum Oma, ada apa?" tanya Rafan.
"Waalaikumsalam. Sayang kamu di tempat Tari ya?" tanya Seruni.
"Iya Ma, ada apa Ma?"
"Belikan Mama ketoprak."
Rafan menoleh ke Lestari, Lestari mengatakan jika ketopraknya sudah habis. Karena Rafan me-loud speaker ponselnya, jadi Lestari bisa mendengar nya.
Seruni mengatakan jika besok dia akan datang, Seruni meminta kepada Lestari untuk di sisakan untuknya. Lestari pun menyanggupinya.
"Sudah dulu ya, assalamualaikum," ucap Seruni.
"Waalaikumsalam," balas Rafan dan Lestari.
Karena hari mulai sore, Rafan pun pamit pulang. Lestari mengangguk dan memperhatikan Rafan naik ke motornya dan segera pergi dari situ.
Lestari masuk ke dalam rumah. Dia ingin mandi terlebih dahulu sebelum sholat ashar. Masih ada waktu setengah jam lagi.
Setelah selesai mandi dan sholat, Lestari mengecek keperluan harian. Apa saja yang habis. Juga keperluan untuk bahan jualannya.
Sekarang Lestari sudah berkecukupan. Rezekinya semakin lancar setelah berjualan. Jika dulu dia sanggup menahan lapar demi menghemat uang.
"Sepertinya aku harus ke supermarket untuk berbelanja. Banyak keperluan rumah yang sudah hampir habis," gumamnya.
Lestari pun mengeluarkan motornya yang selalu di simpan di dalam rumah. Walau pun jarang ada pencuri di komplek nya, namun untuk berjaga-jaga tidak ada salahnya.
Sementara Rafan sudah tiba di rumah, tadi ia mampir ke masjid saat di perjalanan. Karena ia tidak ingin menunda sholatnya.
"Assalamualaikum," ucapnya.
"Waalaikumsalam," jawab suara dari dalam.
"Sudah pulang sayang?" tanya Seruni.
"Iya Ma," jawab Rafan lalu mencium pipi Seruni.
"Kamu sudah dewasa masih juga seperti anak-anak," kata Jovan.
Rafan tidak perduli, kasih sayangnya kepada sang mama tidak pernah berubah dari kecil hingga dewasa. Karena baginya, mama nya adalah wanita terhebat di dunia.
"Sudah sholat?" tanya Seruni.
"Sudah Ma," jawab Rafan.
Rafan ke dapur untuk meminta pelayan agar jangan membuang kulit telur. Walau pun bingung, pelayan tetap mengiyakan. Kemudian Rafan langsung ke kamarnya.
Rafan ingin mandi terlebih dahulu, kemudian ia akan istirahat sejenak sambil menunggu waktu magrib.
...****************...
Keesokan harinya ...
Rafan sedang berada di perusahaan. Saat sedang memeriksa berkas, pintu ruangannya di ketuk.
"Tuan, ada seseorang yang ingin bertemu Anda," kata Ridho.
"Siapa?" tanya Rafan.
"Katanya Marieta," jawab Ridho.
Rafan me coba mengingat-ingat nama Marieta. Rafan ingat jika orang yang bernama Marieta pernah satu kampus dengannya.
"Di mana dia sekarang?" tanya Rafan.
"Ada di lobby, Tuan," jawab Rafan.
Rafan bangkit dari duduknya dan keluar dari ruangan nya. Ia ingin tahu, kenapa Marieta bisa datang sejauh itu?
Saat tiba di bawah, Marieta langsung tersenyum dan menghampiri Rafan. Dengan tanpa malu-malu dia langsung menggandeng tangan Rafan.
"Kamu yang bernama Marieta?" tanya Rafan dengan nada dingin sambil menepis tangan Marieta.
"Rafan, kamu benar-benar lupa sama aku?" tanya Marieta balik.
"Maaf, kita hanya satu kampus, lagipula aku tidak harus mengingat mu," jawab Rafan dengan nada dingin.
Dua orang penjaga keamanan datang, mereka langsung menunduk hormat kepada Rafan.
"Bawa orang ini keluar, jangan sampai di biarkan berkeliaran di perusahaan ini," kata Rafan.
"Mari Nona," ucap kedua penjaga keamanan itu masih dengan nada sopan.
Marieta pun terpaksa keluar dari perusahaan Rafan. Kedua penjaga keamanan itu mengabarkan kepada rekannya bahwa perempuan itu tidak di perbolehkan masuk.
Marieta menghubungi seseorang untuk di jemput. Rafan hanya memperhatikan dari atas melihat Marieta masuk ke dalam mobil.
"Huh, ternyata orangnya Suryo," gumam Rafan.
Rafan kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda. Ia harus menyelesaikan hari ini juga.
Sementara Marieta mengadu kepada Suryo. Belum apa-apa dia sudah di usir oleh Rafan.
"Om, bagaimana bisa aku mendekatinya kalau begini? Belum apa-apa saja sudah di usir olehnya," kata Marieta.
"Jangan menyerah dulu, Renata sekarang sudah tidak bisa di andalkan. Dia sudah ketahuan, sekarang hanya kamu yang bisa di andalkan," kata Suryo.
"Tapi Om ...."
"Masih ada cara lain," potong Suryo.
Setelah tahu bahwa Rafan seorang CEO, Suryo begitu terobsesi untuk menjadikan Rafan menantu.
Bahkan sekarang ia menggunakan keponakan nya dari sepupu jauh nya. Marieta yang dulunya kuliah di luar negeri dan satu kampus dengan Rafan.
Kebetulan waktu itu dia juga sudah suka dengan Rafan. Namun Rafan yang belum ingin berpacaran waktu itu pun tidak menggubris cewek manapun.
Fokusnya hanya pada kuliah saja, hingga Rafan lulus kuliah dan mulai menggantikan posisi Jovan.
Sedangkan Marieta lama baru lulus, karena otaknya kurang cerdas. Jadi butuh waktu untuk menyelesaikan kuliahnya.
Rafan sengaja meminta papanya untuk tidak mempublikasikan dirinya. Jadi Jovan hanya memperkenalkan Rafan pada kolega bisnisnya saja.
Bahkan saat kenal dengan Renata pun, Rafan tetap tidak membongkar identitasnya. Renata hanya tahu kalau Rafan adalah seniman jalanan.
"Lalu apa rencana Om?" tanya Marieta.
"Nanti juga kamu bakal tahu," jawab Suryo.
Marieta tidak tinggal di negara ini, jadi dia kurang tahu seluk-beluk negara ini. Suryo lah yang mengantar dan menjemputnya.
Di tempat Rafan ...
Rafan tidak habis pikir, kenapa Suryo malah nekat? Sedangkan dulu Suryo menghinanya habis-habisan.
Rafan menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi. Rafan menghubungi seseorang untuk menyelidiki Suryo dan Marieta.
"Halo Tuan," ucap suara dari seberang telepon.
"Selidiki Suryo dan Marieta untukku," pinta Rafan.
"Baik Tuan."
Kemudian panggilan telepon pun terputus. Rafan meletakkan ponselnya di atas meja kerjanya.
Satu jam kemudian Rafan menerima email dari orang yang ia perintahkan tadi. Informasi tentang Suryo dan Marieta ada di situ.
"Jadi mereka paman dan keponakan? Pantas saja," gumam Rafan.
Rafan harus berhati-hati mulai sekarang. Bisa saja mereka akan lebih nekat lagi. Rafan kemudian melanjutkan pekerjaannya.
Hari ini Rafan sengaja tidak menemui Lestari. Rafan juga sudah mengatakan sebelumnya, jika ia tidak bisa datang.
Lestari mengerti dengan pekerjaan Rafan. Lagipula mereka juga sudah sering bertemu.
Hingga sore hari Rafan pun sudah menyelesaikan pekerjaannya. Ia bersiap-siap untuk pulang.
"Ridho, kamu belum pulang?" tanya Rafan.
"Sebentar lagi Tuan, saya mau selesai ini dulu," jawab Ridho.
Rafan pun mengangguk lalu pamit ke Ridho jika ia ingin pulang duluan. Ridho pun mengiyakan dan mengatakan jika dia setengah jam lagi selesai.
nopi pagi bro