Gharial El Barrack, seorang pria yang dijodohkan dengan selebriti papan atas. Namun, hasratnya justru hanya bangkit ketika bersama sang adik, Liliyana.
Hingga suatu kejadian membawa Liliyana terjebak dengan kegilaan Gharial.
Akankah mereka bersatu? Sementara di mata umum, cinta mereka adalah cinta terlarang?
Noted : Banyak umpatan kasar, dan kata-kata nyeleneh. Kalau tidak suka harap skip!
Salam anu 👑
Follow Ig @nitamelia05
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28. Rindu Serindu-rindunya
Merasa tak tahan karena harus terus-menerus melihat Lily dari kejauhan. Akhirnya Ghara nekat untuk memanjat pagar. Dia berusaha keras membawa tubuhnya melewati dinding tinggi itu, membuat Lily yang masih terpaku pada pesan Ghara, jadi menoleh dan semakin merasa terkejut.
"Itu orang mau maling ya?" gumam Lily dengan cemas. Karena untuk pertama kalinya dia melihat seorang pria misterius, memanjat pagar rumah kedua orang tuanya.
Lily melirik ke sana ke mari, dan kebetulan dia tidak melihat para penjaga di bawah sana. Sementara seseorang yang ia anggap maling sudah hampir berhasil menuruni pagar.
Gadis cantik itu mendelik, karena terlalu panik, dia langsung berteriak. "Maling, Maling!!!"
Deg.
Jantung Ghara seperti ingin copot mendengar teriakan itu, dia menoleh ke arah Lily dan secara reflek membuka penutup wajahnya.
Tepat pada saat itu juga, Lily mengurungkan niatnya untuk kembali berteriak. Karena detik selanjutnya dua bola mata Lily terbuka dengan sempurna, dia ternganga.
"Kak Ghara?" lirih Lily dengan tatapan tak percaya. Sementara di bawah sana pria tampan itu memasang jari telunjuk ke depan mulut, memberi isyarat pada Lily untuk diam.
Menyadari itu semua, tiba-tiba bibir Lily terasa berkedut dengan jantung yang berdebar sangat kencang. Dia pun patuh, dan terus memperhatikan Ghara yang berusaha untuk naik ke atas sana, dia merasa gila, karena berani bertemu pria itu di belakang kedua orang tuanya.
Namun, tiba-tiba senyum di bibir Lily menghilang ketika melihat dua penjaga sedang berjalan ke arahnya. Dia tidak mau kalau sampai mereka melihat Ghara.
"Pak!" panggil Lily dengan cepat, menghentikan langkah keduanya. Sekaligus memberi kode pada Ghara agar bersembunyi terlebih dahulu.
"Ya, Nona."
"Bapak mau ke mana?"
"Kami berdua mau mengecek keadaan, soalnya tadi kami dengar Nona berteriak maling. Memangnya benar ada maling di sekitar sini?"
Lily langsung tergagap.
"Ah, bapak mungkin salah denger. Aku bilang kucing, tadi ada kucing manjat pagar terus kayak mau jatoh gitu," ujar Lily mulai pandai beralibi, membuat Ghara yang sedang bersembunyi jadi tersenyum-senyum sendiri.
Kedua penjaga saling pandang, karena mereka merasa tidak salah dengar.
"Benar, Nona?"
"Ya bener lah, Pak. Masa iya aku biarin rumah kebobolan gara-gara maling?"
Mendengar itu, keduanya pun manggut-manggut, sebab sang nona tidak akan mungkin membiarkan penjahat masuk ke dalam rumah, apalagi sampai menguras harta benda.
"Kalau begitu, kami kembali bekerja, Nona."
Lily mengangguk sambil tersenyum, sementara dalam dadanya merasa kelegaan yang luar biasa. Entah apa jadinya jika mereka melihat Ghara, mungkin dia akan gagal bertemu dengan pria itu, karena ada yang melapor pada sang ayah.
Lily melihat ke bawah, dan Ghara langsung mengacungkan jempolnya.
Hingga tak berapa lama kemudian, sampailah Ghara di atas balkon, berhadapan langsung dengan sosok mungil yang teramat dia rindukan.
Ada dua jantung yang memiliki irama yang sama. Kencang dan terasa mendebarkan dada.
Ini bener-bener Kak Ghara?
Lily terpaku saat bersitatap dengan dua bola mata berwarna hazel itu. Sementara rona di wajahnya nyaris tak bisa disembunyikan. Membuat Ghara tidak tahan, untuk segera meraih tubuh Lily masuk dalam dekapan.
"Gue kangen banget sama elu, Li," lirih Ghara seraya menghirup dalam aroma tubuh gadisnya. Di antara gurat senja yang hampir hilang, mereka saling berpelukan, melepas beban di bahu masing-masing.
Ya, tanpa dipinta Lily melakukan hal yang sama, dia membalas pelukan Ghara, dan menikmati aroma maskulin pria itu.
Setelah beberapa saat Ghara meregangkan pelukannya, lalu menangkup kedua sisi wajah Lily. "Hari-hari gue kerasa berat gak ada elu, Li. Bahkan sampe sekarang gue belum bisa selesaiin masalah yang kemaren, tapi lu harus tahu, gue gak bakal nyerah. Karena gue bakal selalu perjuangin elu, sampe titik darah penghabisan. Elu mau 'kan berjuang sama gue?"
Lily tidak mengerti dengan perasaannya, dia memang sangat merindukan Ghara, tetapi dia tidak bisa memastikan bahwa kerinduan itu disebabkan oleh perasaan cinta.
"Kak—"
"Gue gak nerima penolakan, Li," desak Ghara, seraya membawa tubuh Lily merapat ke tembok. Hari sudah gelap, membuat tubuh mereka sekilas tak terlihat.
Lily meneguk ludahnya kasar, tak tahu harus menjawab apa. Dan Ghara juga tidak membutuhkan itu semua, karena detik selanjutnya dia menyatukan bibir mereka berdua.
Mata Lily membulat sempurna, namun dia tidak bisa menghentikan kegilaan ini. Karena rasa yang Ghara berikan, sudah merasuk ke dalam jiwanya, membuat dia ingin merasakannya lagi dan lagi.
"Bales gue, Li," ucap Ghara, karena setiap ia mencium Lily hanya terdiam seperti patung.
Kemudian dia kembali meraup bibir Lily, melumaatnya dengan sangat lembut, hingga lama kelamaan Lily pun terpancing. Dengan nalurinya, gadis cantik itu menggerakan bibir, seraya mengalungkan tangan di sepanjang leher Ghara.
Menyadari itu Ghara langsung tersenyum disela-sela ciuman mereka. Yakin, bahwa Lily akan segera membuka hati untuknya.
Sementara di sisi lain, Arabella yang hendak memanggil Lily agar segera masuk ke dalam kamarnya, merasa sangat terkejut saat melihat sang putri tengah berciuman dengan seorang pria.
Dan Arabella kenal betul siapa pria bertubuh kekar itu, yah dia adalah putra semata wayangnya. Entah dengan apa Ghara naik ke atas sana, dan berakhir bertemu dengan Lily.
"Mereka benar-benar melakukannya? Di depan mataku?"
***
Ngothor punya novel gak kalah seru nih, punya temen onlineku, jan lupa mampir ya, siapa tahu suka😍😍😍
"maen apa dad?? "😆😅