Diumur yang tidak lagi muda, susah mencari cinta sejati. Ini kisahku yang sedang berkelana mencari hati yang bisa mengisi semua gairah cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhang zhing li, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perasaan Aneh Tentang Arti Bucin
Pengacau sudah pergi semua. Untung saja ada orangtua majikan yang memberi pengertian, jadi tamu bisa memahami dan tidak terganggu atas dua cecunguk yang tidak punya malu itu.
Ketegangan telah hilang. Semua orang bubar tidak memperhatikan ke arah kami lagi. Cukup lega sebab mereka tidak berlebihan atas sikap emosi. Bisa gawat kalau mengacaukan acara.
"Terima kasih Dio, hihihihi. Terima kasih Dio ... terima kasih," Kegembiraan majikan tersenyum lebar, sambil menggoyang-goyangkan tangan kami secara kuat.
"Sama-sama, Non!" jawabku tersenyum kecut tapi ada rasa gembira tersembunyi.
"Ada apa dengan kalian ini, kelihatan gembira sekali?" ujar tuan besar tiba-tiba datang dan berhasil mengagetkan kami.
Seketika tangan Non Dilla ditarik kuat, hingga membuat terlepas tak mengenggam tanganku lagi, dan ekspresi wajahnyapun berubah tersenyum kecil namun masam bagai lemon.
"Gak ada apa-apa kok, Pa! Lagi gembira saja sebab Dio hari ini bersikap manis, baik dan tak kasar padaku," jawaban majikan memungkiri.
"Dari dulu aku memang tampan, baik, dan teruma manis melebihi gulali."
"Ciiih, pede amat jadi orang."
"Harus itu, biar semua cewek terpikat."
"Dih, kepedean akut."
Hati bagai tersayat-sayat oleh rasa kecewa, namun akupun tahu diri harus bisa menelan pil pahit atas ucapan majikan. Mungkin aku terlalu percaya diri dan sudah terbang melambung diawan, akibat pengakuan dan genggaman tangannnya, yaitu saat diriku membantu mengusir pacarnya tadi.
"Ooh, papa pikir apaan. Oh ya Dilla, Papa lebih senang lho kamu bisa dekat sama Dio, dari pada sama pacar kamu yang pengusaha dan artis itu," ujar tuan besar berada dipihakku.
"Apaan sih, Pa? Dio itu 'kan hanya pengawal yang menjaga Dilla saja, tak mungkinlah aku jatuh hati padanya. Papa tahu sendiri gimana selera Dilla itu! Lagian Dilla itu menganggap Dio hanya sebagai adik saja, tak lebih serta tak kurang," tutur majikan menjelaskan.
Deg, hati terasa sakit, gosong, hancur akibat disambar petir disiang bolong. Ternyata angan-angan yang barusan terjadi, benar-benar hanya mimpi belaka. Benar kata majikan bahwa aku memang tak pantas untuknya, sebab aku tahu diri siapakah aku sebenarnya. Pria muda yang hanya berganti nasib mencari peruntungan dikota, yang kebetulan mulai tertarik pada majikan sendiri. Ternyata benar kata orang, bahwa orang miskin tak pantas mendapatkan cinta dari orang-orang kaya, apalagi aku disini adalah seorang pria, pasti suatu saat nanti akan selalu diremehkan sebab status dari golongan miskin.
Sebab kecewa atas ucapan majikan, kini terasa sekali lutut bergetar diiringi lunglai tak bertenaga, sehingga tubuhpun kuusahakan tenang untuk duduk dikursi.
Mata yang telah kosong, kini hanya menatap keceriaan semua orang yang sedang sibuk menyayikan lagu ulang tahun. Tawa mereka yang sumringah bahagia, tak luput membantuku untuk menghilangkan kekagetan akibat rasa kekecewaan.
Sungguh ini adalah pengalaman pertama, bucin pertama, tertarik pada lawan jenis baru pertama, dan ujung-ujungnya harus menelan kekecewaan pertama pulak. Nasib ... nasib, apalah hendak nak dikata, jika memang wanita bidadari tak dapat kugapai, sebab aku ini hanyalah manusia biasa dan lemah.
"Ini Dio," ucap majikan memberi potongan kue ulang tahun.
"Makasih," jawabku lesu.
"Aku yang seharusnya mengucapkan terima kasih atas pertolongan kamu tadi," cerocos majikan berkata, yang kini ikut duduk dikursi sampingku.
"Sama-sama, Non. Itu adalah kewajibanku menjaga." Kelirihan berucap.
Masih lesu. Malas rasanya menjawab perkataan majikan, namun jika diacuhkan takut dia akan kecewa juga dihari bahagianya ini.
Semua tamu telah pulang satu persatu, termasuk tuan dan nyonya besar. Kerjaanku sekarang membantu para pegawai sewaan untuk membereskan rumah yang berantakan. Kutatap langit-langit atap rumah, yang masih menjatuhkan kelopak bunga mawar merah, dan rasanya ini sungguh menentramkan jiwaku yang lagi kacau. Tak henti-hentinya mata terus saja memandang satu persatu kelopak bunga yang berterbangan.
"Andaikan aku orang kaya, apakah nasibku akan sama seperti Joan maupun Reyhan, yang selalu dicintai majikan? Heeeeh, nasib sungguh malang nasib kamu Dio, ternyata harapan tak sesuai ekspetasi, yang kini sudah hancur sehancurnya. Bunga yang berguguran, apakah engkau akan turut membawa hatiku yang runtuh ini? Bantulah aku wahai kelopak bunga, untuk membawa hati ini gugur ikut serta berjatuhan dan layu sepertimu, sehingga aku bisa menghilangkan rasa ini, semoga. Hhhhhhh," hembusan nafasku panjang, berbicara pada diri sendiri.
Klek, pintu kamar majikan telah kubuka. Kaki terasa gontai tak ada kekuatan lagi, sebab selain kelelahan atas pesta, ditambah hati yang sedikit terluka. Badan kubanting begitu saja kesembarang arah dikasur, dan rasanya sungguh enak sekali sebab pegal-pegal dibadan akan cepat berakhir, saat terbawa tidur.
"Dio, ayo bantuin buka-buka kadoku ini!" rengek majikan bersuara manja.
"Kamu buka sendiri saja, Non!" jawabku sengau, sebab berposisi tengkurep tidur.
"Ayolah Dio. Ini banyak banget yang harus dibuka, dan aku perlu bantuan kamu," suruh majikan sendiri.
"Besok saja, Non. Aku hari ini benar-benar capek, dan mataku begitu berat ingin segera tidur," terangku berbicara pelan, sebab rasanya sudah tak ada lagi tenaga yang tersisa.
"Issssh, nyebelin banget sih kamu."
Tidak kuhiraukan lagi. Tanpa terasa mata sudah tak kuat, dan lama-kelamaan matapun sayu-sayu terpejam. Bajupun belum sempat kuganti, sebab letihnya begitu terasa sakit, bagai palu telah memukul tulangku.
Mimpipun begitu indah telah hadir, dan terasa sekali ada bayangan manis yang tersenyum-senyum berulang kali saat menatap wajahku, dan aku begitu menyukai atas tatapan wanita itu.
"Eeemmm, kok aneh sekali tata**pan wanita itu? Apa aku ini mimpi apa kenyataan? Seperti-sepertinya wanita yang sedang kuimpikam adalah majikan sendiri, tapi aneh sekali kenapa dia tersenyum-senyum menatapku? Aaah ... kulanjutkan saja mimpi ini, rasanya nyaman dan teduh sekali saat tatapan itu begitu bahagianya menatap mataku yang terlelap tidur ini," guman hati yang seperti kenyataan, tapi berasa di alam mimpi.
Hembusan nafas yang hangat, terasa sekali meniup-niup wajahku, dan akupun begitu penasaran sebenarnya siapakah yang berada hadir dialam mimpiku sekarang ini. Karena terasa seperti kenyataan, akhirnya perlahan-lahan mencoba membuka mata sedikit, untuk mengintip apakah ini benar-benar nyata atau mimpi.
"Ya Allah, ini beneran nyata? Kalau yang menatap wajahku sekarang ini adalah majikan. Mengapa dia begitu lamanya memandangi wajahku? Sepertinya dia kagum sekali atas ketampananku? Aaahhh, apakah dia mulai terpesona padaku? Sehingga dia diam-diam memperhatikan wajahku saat sedang tidur?" guman hati bertanya-tanya yang pura-pura tidur, dan sudah mengitip apa yang dilakukan Non Dilla padaku sekarang ini.
********
Duh, bucin akut nih🏃🏃🏃🏃semoga ngak nular di authornya😆
anyway bagi satu perusahaannya ga akan bangkrut kalii bole laa
jangan suka merendahkan orang lain hanya karna orang itu dari kampung..
ntar km kena karma.
semoga dio bisa tahan y jadi pengawal Dilla
nekat banget sih km,,agak laen y cewe satu ini.. 😂🤦♀️