Di sudut sebuah toserba 24 jam yang sepi, seorang pemuda berdiri di balik kasir. Namanya Jin Ray.
Ray bukan pemuda biasa. Di balik seragam toserba berwarna oranye norak yang ia kenakan, tubuhnya dipenuhi bekas luka. Ada luka sayatan tipis di alis kirinya dan bekas jahitan lama di punggung tangannya. Tatapannya tajam, waspada, seperti seekor serigala yang dipaksa memakai kalung anjing rumahan.
“Tiga ribu lima ratus won,” ucap Ray datar. Suaranya serak, berat, jenis suara yang dulu membuat orang gemetar ketakutan saat ia menagih utang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ray Nando, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Roller Coaster Maut dan Rel yang Putus
Lotte World Adventure – Pukul 05.45 Pagi
Van operasional toserba itu menabrak gerbang masuk Lotte World dengan suara CIIIIT panjang, lalu meluncur masuk ke area indoor taman hiburan itu. Ban mobil berasap, berhenti tepat di depan wahana Roller Coaster legendaris: French Revolution.
Taman hiburan itu sunyi senyap, tapi lampu-lampunya menyala berkedip-kedip tidak wajar. Boneka maskot Raccoon di atap memutar kepalanya 360 derajat secara perlahan.
"Kita sampai," napas Ray memburu. Dia melompat turun dari van.
Di sakunya, Tamagotchi Min-Ho berbunyi nyaring. Beep-beep!
"Cepat, Bodoh!" suara Min-Ho melengking. "Bawa aku ke Pos Operator di sana! Aku harus menyuntikkan kode 'Logic Lock' ke dalam sistem wahana!"
"Ujang!" teriak Ray. "Kau bawa Min-Ho ke pos operator! Lindungi dia saat dia meretas!"
"Siap!" Ujang menyambar Tamagotchi dari tangan Ray. "Ayo, Bos Kecil. Jangan muntah di tanganku."
"Jangan panggil aku Bos Kecil!"
Ujang berlari menuju bilik kaca operator. Ray dan Hana berdiri di peron wahana.
Di depan mereka, rangkaian kereta roller coaster kosong sudah menunggu. Tapi ada yang aneh. Gerbong paling depan bersinar dengan cahaya ungu yang menyilaukan.
"Itu Node-nya," kata Hana, matanya bersinar biru. "Inti datanya tertanam di mesin gerbong utama. Kita tidak bisa mengambilnya begitu saja. Kita harus menyalakannya."
"Menyalakannya?"
"Data Node itu terkunci oleh kecepatan," jelas Hana cepat. "Kita harus memacu kereta ini sampai kecepatan maksimal untuk melepaskan segelnya. Baru kita bisa mengambilnya."
Tiba-tiba, pintu masuk taman hiburan di kejauhan mulai memudar menjadi putih. Suara langkah kaki berat bergema. Moderator sudah datang. Dia tidak berlari, tapi setiap langkahnya menghapus lantai di bawahnya, mendekat dengan pasti.
"Naik!" perintah Ray.
Mereka berdua melompat masuk ke gerbong depan. Hana di kursi kiri, Ray di kursi kanan. Pengaman bahu turun otomatis. KLIK.
Di pos operator, Ujang mencolokkan kabel USB Tamagotchi ke panel kendali.
"Sekarang, Min-Ho!" teriak Ujang.
Di layar Tamagotchi, wajah titik-titik Min-Ho berubah menjadi barisan kode matriks.
"Akses Diterima. Mengaktifkan Mode: OVERDRIVE. Pegangan yang erat, Pasangan Bucin!"
Mesin roller coaster menderu hidup. Bukan suara mesin biasa, tapi suara seperti mesin jet tempur.
VROOOOM!
Kereta itu melesat keluar dari stasiun dengan akselerasi yang membuat leher Ray tersentak ke belakang.
"Woohooo!" teriak Ray (setengah panik, setengah semangat).
Kereta meluncur naik ke tanjakan pertama. Di bawah mereka, Moderator mendongak. Wajah datarnya menatap kereta yang melaju. Dia mengangkat tongkat peraknya.
"Target bergerak cepat. Mengkalibrasi penghapusan jarak jauh."
Sinar putih ditembakkan. ZING!
Sinar itu menghantam tiang penyangga rel di depan mereka. Tiang itu lenyap. Rel baja di atasnya melengkung turun, putus total.
"Ray! Relnya putus!" jerit Hana.
Mereka sedang meluncur turun dari ketinggian 30 meter dengan kecepatan 100 km/jam menuju rel yang buntung.
"Min-Ho! Lakukan sesuatu!" teriak Ray ke alat komunikasi di telinganya.
"Sedang kulakukan! Jangan berisik!"
Tepat saat kereta mereka melompat ke udara kosong, realitas di sekitar mereka berkedip.
[GLITCH MODE: ON]
Jalur rel baru muncul entah dari mana—terbuat dari cahaya neon merah muda. Jalur itu tidak mengikuti hukum gravitasi. Jalur itu berputar spiral ke atas, menembus atap kaca Lotte World.
Kereta mendarat di rel neon itu dengan mulus.
"Apa?!" Ray melihat ke bawah. Mereka sekarang melaju terbalik (upside down) di langit-langit kubah.
"Aku memanipulasi fisik wahana ini!" suara Min-Ho terdengar bangga. "Di dalam domainku, rel kereta bisa pergi ke mana saja!"
Moderator di bawah tampak... bingung. Dia mencoba membidik lagi, tapi kereta itu bergerak terlalu acak. Kiri, kanan, zig-zag, berputar 360 derajat.
"Analisis pola: Tidak Logis," kata Moderator. "Meningkatkan area penghapusan."
Moderator menghentakkan tongkatnya ke tanah. Gelombang putih menyebar dari kakinya, menghapus seluruh lantai taman hiburan. Wahana karosel, toko suvenir, stan makanan—semuanya lenyap menjadi ketiadaan putih.
Dia mengubah dirinya menjadi bola cahaya putih dan terbang mengejar kereta Ray.
"Dia terbang!" teriak Hana. "Dan dia menghapus lintasannya!"
Moderator terbang tepat di belakang kereta mereka, menghapus rel neon yang baru saja mereka lewati. Jaraknya semakin dekat.
"Ray, dia mengincar roda belakang!"
Ray melepaskan pengaman bahunya (jangan tiru ini di rumah). Dia memanjat ke bagian belakang kursi, menghadap ke arah Moderator yang mengejar.
"Hana, kau kendalikan keseimbangan kereta dengan Architecture Skill-mu! Aku akan menahannya!"
Ray mengeluarkan payung hitamnya. Dia membukanya. Angin kencang hampir menerbangkannya, tapi Thunder Gauntlets-nya mencengkeram besi gerbong dengan kuat.
"Makan ini, Penghapus Papan Tulis!"
Ray menembakkan bola listrik dari ujung payungnya.
ZAP!
Listrik itu mengenai Moderator, tapi hanya diserap tanpa efek.
"Serangan fisik tidak berguna," kata Moderator datar. Dia mengulurkan tangan. Sinar putih menyambar ujung payung Ray.
SREET.
Kain payung Ray hilang separuh.
"Hei! Ini payung mahal!" Ray melempar sisa payung itu ke wajah Moderator sebagai pengalih perhatian, lalu kembali duduk di kursinya.
"Hana! Kita butuh kecepatan lebih!"
"Kita sudah maksimal!" teriak Hana, rambutnya berkibar liar. "Tunggu... lihat depan!"
Di depan mereka, rel neon itu mengarah langsung ke Loop 360 Derajat raksasa. Tapi di tengah loop itu, ada retakan dimensi hitam.
"Itu dia!" teriak Min-Ho lewat earpiece. "Bawa Moderator masuk ke Loop itu! Aku sudah memasang jebakan 'Infinite Recursive' di sana. Jika dia masuk, dia akan terjebak memproses data yang berulang tanpa henti!"
"Tapi kita juga akan masuk ke sana!" protes Ray.
"Kalian harus melompat keluar tepat sebelum pintu loop tertutup! Timing adalah segalanya!"
Kereta melaju masuk ke loop. Moderator tepat di belakang ekor mereka, siap menghapus gerbong.
Gaya gravitasi (G-Force) menekan tubuh Ray dan Hana. Dunia berputar.
"Sekarang!" teriak Hana. "Ray, pegang tanganku!"
Di puncak putaran loop, saat kereta berada dalam posisi terbalik di titik tertinggi, Hana menggunakan skill-nya.
[Skill: Eject (Lontarkan)]
Kursi mereka terlepas dari gerbong.
Ray dan Hana jatuh bebas ke bawah, meninggalkan gerbong kosong yang terus melaju membawa Node yang bersinar.
Moderator, yang terfokus pada sinyal Node di gerbong, terus mengejar gerbong itu masuk ke dalam putaran.
Gerbong itu menembus retakan dimensi hitam. Moderator mengikutinya.
"AKTIFKAN LOGIC LOCK!" jerit Min-Ho.
Retakan itu menutup. Jalur loop itu tiba-tiba tersambung ujung dan pangkalnya, membentuk lingkaran setan yang sempurna.
Di dalam sana, Moderator terus mengejar gerbong itu, berputar-putar, lagi, dan lagi, dan lagi.
"Analisis... Analisis... Eror... Pengulangan terdeteksi... Tidak bisa keluar..." Suara Moderator terdengar melambat, lalu hening. Dia telah membeku.
Sementara itu, Ray dan Hana jatuh bebas menuju... ketiadaan putih (karena lantai sudah dihapus).
"Kita akan mati!" teriak Ray.
"Tidak hari ini!"
Hana mengarahkan tangannya ke bawah.
[Skill: Create Safety Net]
Sisa-sisa puing balon dan spanduk yang belum terhapus berkumpul di bawah mereka, membentuk jaring raksasa.
BOF!
Mereka mendarat di jaring itu, memantul sekali, lalu berhenti. Napas mereka memburu. Jantung berdetak kencang seperti drum.
Di atas mereka, Loop neon itu masih bersinar, penjara abadi bagi sang Moderator.
Sebuah benda kecil jatuh dari langit, mendarat di pangkuan Hana.
Itu Node Kedua. Sebuah kristal biru berbentuk tetesan air mata. (Ternyata Node-nya terlempar keluar saat kursi mereka dilontarkan).
"Kita... berhasil?" tanya Hana, rambutnya berantakan total tapi matanya bersinar.
"Kurasa begitu," Ray tertawa lega, menyeka keringat di dahinya. "Dan aku tidak mau naik roller coaster lagi seumur hidupku."
Pos Operator
Ujang mencabut Tamagotchi dari panel kendali. Wajah piksel Min-Ho terlihat sangat puas (dia memakai kacamata hitam piksel sekarang).
"Kalian lihat itu? Itu karya seniku! The Infinite Loop of Doom!" sombong Min-Ho.
"Ya, ya, kau hebat," kata Ujang, memasukkan Tamagotchi ke saku. "Sekarang diamlah, bateraimu tinggal 15%."
Ray dan Hana berjalan tertatih-tatih menghampiri Ujang. Mereka lelah, kotor, dan payung Ray sudah jadi rongsokan.
"Dua Node diamankan," kata Ray, mengambil kristal biru dari Hana. "Tinggal satu lagi. Sungai Han."
Hana melihat ke arah timur, di mana matahari mulai terbit.
"Node terakhir ada di bawah air," kata Hana. "Dan firasatku mengatakan... 'Arsitek' yang mengirim kita pesan itu sedang menunggu di sana."
Di saku Hana, Pixel menyalak pelan, seolah menyetujui.