NovelToon NovelToon
Cinta Naira

Cinta Naira

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nelis Rawati Siregar

Sudah di zaman kapan ini masih ada kata "dijodohkan"....
Wah.... ternyata orangtua ku masih sejadul itu, dan juga kenapa coba harus aku???
Abang dan juga kakak ku bahkan adik ku memilih pasangan hidupnya masing-masing...
"Ya Bu nanti aku pulang untuk makan malamnya''..." gitu dong anak ibu" jawab ibu diseberang telpon...
Bagaimana kisah cinta Naira apakah jadi berjodoh dan bahagia????
Yuk baca ceritanya.....
Maaf y masih karya pertama...
Mohon kritik yang membangun dan yang baik

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nelis Rawati Siregar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Akhir pekan telah di depan mata. Naira bingung akan melakukan apa besok. Memantau orang yang bekerja namun pikiran dan hati Naira berkelana. Naira memandangi jari manis yang tersemat cincin pernikahannya. Ya akhirnya Naira memutuskan untuk memakainya karena terlalu malas menghadapi sikap Bima yang akhir-akhir ini makin cerewet hanya karena cincin.

Naira heran melihat Bima. Semenjak mereka berbincang di saung beberapa hari yang lalu Bima sedikit berubah. Tidak lagi menghindari Naira. Bima seperti membangun komunikasi dengannya. Seperti sarapan dan makan malam mereka akan bersama. Belum lagi Bima yang sering nge chat memberikan perhatian walau terkadang gak direspon Naira. Seperti saat ini Naira memandangi isi chat dari Bima, Jangan lupa makan siang Nai, nanti kalau sudah sampai dirumah kabari ya.

Sungguh Naira tidak ada niatan untuk membalas chat dari Bima. Naira membaca dan memasukkan lagi ponselnya kedalam saku celananya. Tiba-tiba Dita datang menghampirinya.

"Nai jalan yuk pulang kerja. Lagi suntuk banget ini". Naira memperhatikan Dita dengan seksama.

"Mata panda bersemayam Dit, ada masalah?"

"Panjang dan rumit Nai, jalan ya kita sepulang kerja, nge mall kita habisin duit laki loe yang ngasih dua digit".

"Ya yuk, aku mau beli sepatu untuk jogging dan juga baju jogging".

"Ok, tunggu ya nanti di parkiran dekat motor aku".

Naira hanya mengangguk sebagai jawaban.

Sementara Bima memandangi ponselnya menanti balasan chat. Namun hingga selesai istirahat dan sekarang sudah pukul tiga sore belum juga ada tanda-tanda balasan chat dari Naira. Bima meletakkan ponselnya dengan kasar diatas meja. Bima mengakui memang akhir-akhir ini dia sedikit memberikan perhatian kepada Naira.

Apalagi setelah mendengar alasan Naira tempo hari, Bima agak sedikit merubah persepsinya tentang pernikahan mereka. Toh juga Naira sudah menjadi istrinya dan menerima pernikahan ini dengan ikhlas mengapa dirinya tidak. Dan untuk Ririn entah kenapa Bima merasa Ririn tidak akan bisa diajak ke jenjang yang lebih serius dalam waktu dekat.

Ririn terlalu sibuk mengejar impiannya tanpa peduli penilaian Ayah dan Bundanya. Bima melirik notifikasi dari ponselnya. Ada chat dari Naira dan notifikasi mbanking. "Mas Naira ke Mall ya sama temen dan izin pake kartu yang mas kasih buat Naira".

Total mbanking yang keluar lima jutaan. Bima tersenyum melihatnya. Tanpa pikir panjang Bima menelpon Naira, namun tidak diangkat. Naira yang menyadari ada getaran di ponselnya hanya melirik tak ada niatan untuk menjawab panggilan tersebut, karena Naira dan Dita saat ini ada di dalam gedung bioskop sedang nonton. Naira mengetik keberadaannya kepada Bima.

"Mas, Naira lagi nonton gak bisa angkat telpon".

"*pulang jam berapa Na*i?

Namun hingga satu jam berlalu chat Bima tak juga dibalas. Bima yang kesal menunggu balasan dari Naira akhirnya kembali fokus lagi pada laptop dan memeriksa pekerjaan lagi. Setelah menyelesaikan pekerjaannya Bima pun bergegas untuk pulang.

Mengingat ini adalah weekend biasanya Ririn akan menelpon. Membersihkan diri adalah tujuan Bima setelah sampai di dalam kamarnya setelah menanyakan kapan kepulangan Naira.

 Naira dan Dita yang masih dalam gedung bioskop pun menikmati film yang mereka tonton. Naira menyapukan pandangannya kearah pengunjung rata-rata semua berpasangan mengingat ini adalah akhir pekan. Puas menonton akhirnya Naira dan Dita keluar dari dalam gedung bioskop.

"Makan yuk!!, lapar Dita"

" Siapa takut !!!, kan yang habis duit laki kamu, gua ma let's go.".

Sambil menunggu pesanan mereka datang Naira melihat ponselnya. Ada banyak panggilan dan chat dari Bima. Naira membalas chat Bima, "sebentar lagi mas ini kami baru pesan makan".

Bima yang sedang berada di ruang keluarga sambil selonjoran nonton televisi. Bima melihat jam di ponsel sudah menunjukkan pukul tengah sembilan. Entah mengapa tiba-tiba Bima merasa marah dari tadi diabaikan oleh Naira. Bima menelpon Naira pada deringan ketiga akhirnya diangkat

"Hallo, assalamualaikum mas, ada apa mas?"

"Kamu sudah dimana?"

"Masih makan mas, siap makan langsung pulang"

"Kirim lokasimu tunggu disana saya jemput!", tiba-tiba suara penuh ketegasan diucapkan oleh Bima. Naira sampai melihat lagi ponselnya apa ini Bima atau bukan.

"Ya mas", akhirnya Naira memutuskan sambungan dan mengirimkan lokasinya sekarang.

Dita yang memandangi ekspresi Naira langsung memahaminya kondisi langsung berkata "sepertinya laki mu marah Nai kita habisin duitnya"

"Ahh, kamu nggak asik Dit", Naira memanyunkan bibirnya.

"Lebih baik kita cepat makan Nai, supaya kita bisa nunggu didepan".

Bima membunyikan klakson mobil ketika melihat Naira berdiri di lobby dengan seorang teman wanita. Terlihat Naira berpamitan pada temannya. Naira berjalan kearah belakang mobil dan memberi isyarat untuk membuka pintu bagasi untuk menaruh barang belanjaannya.

Naira melihat kearah Bima yang serius menyetir. Sesampainya dirumah Naira gegas turun dan mengambil belanjaannya di dalam bagasi. Namun alangkah terkejutnya Naira ketika Bima turun dari mobil dan membanting pintu mobil dengan keras. Naira sampai berjengkit kaget. Kemudian Naira berjalan masuk kedalam namun dalam hati ketar-ketir. Takut terjadi adu pendapat di antara mereka kembali.

"Kamu tahu letak salah kamu apa Nai", suara Bima terdengar sangat tegas membuat Naira semakin menunduk dalam.

"Mas harap ini kamu lakukan untuk yang terakhir kalinya Nai. Terlepas bagaimana jalannya rumah tangga kita namun kamu tetap menjadi tanggung jawab mas Nai. Bahkan kamu tidak bilang mau kemana Nai.

Kalau tiba-tiba Ibu menelpon mas, mas harus jawab apa Nai?". Bima menghela nafas demi mengurangi emosi yang masih bercokol di hati. Namun melihat Naira yang menunduk dalam hanya diam larut dalam rasa bersalah akhirnya Bima menurunkan nada suaranya.

"Istirahatlah kamu sudah lelah", Bima pun berbalik hendak melangkahkan kakinya namun langkahnya terhenti ketika lengannya dipegang Naira.

"Mas Naira minta maaf karena tidak pamit dan udah buat mas cemas, Naira janji tidak akan mengulangi lagi, dan terimakasih sudah mau menjemput Naira".

Bima menoleh pada Naira yang tertunduk menikmati wajah anggun tanpa polesan make up entah kenapa hati Bima berdesir melihatnya.

"Baiklah mas ingat janjimu, sekarang sebaiknya kamu rapikan belanjaan mu dan istirahat".

"Ya mas"

Bima pun melangkahkan kakinya. Namun baru lima langkah menapaki tangga samar mendengar Naira menerima telpon dari ibu mertuanya.

"Assalamualaikum Bu, apa kabar Ibu?"

"Alhamdulillah sehat nak, kamu gimana sehat jangan nyusahin suamimu ya nak".

"Ya Bu

"Nai besok bisa mampir kerumah ajak sekalian Bima. Besok juga ada kakak sama Abang mu pada ngumpul. Raka ulangtahun dan pengen makan bersama dirumah".

Kamar

Naira berjalan menuju kamar sambil menelpon.

" Baiklah Bu besok Naira pulang. Dan untuk Mas Bima, kayaknya gak bisa Bu karena Mas Bima sibuk Bu".

" Ya sudah kamu hati-hati dijalan ya, assalamualaikum ".

"Ya Bu, waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh".

Naira melihat Bima yang menatap kearahnya. "Kenapa Mas"?

"Jangan memutuskan sesuatu dengan asumsi mu saja tanpa bertanya dulu kondisi sebenarnya. Naira apa ada bertanya sama mas?"

Naira menelan ludah mendengar perkataan Bima. Naira sadar mungkin karena tadi ia mengatakan pada ibunya bahwa dia sibuk.

"belum ada mas".

" Lalu kenapa Naira berkata seperti itu kepada Ibu Nai?. Apa kamu berencana pergi sendiri?"

"Naira nggak mau merepotkan mas Bima".

"Naira kamu bukan perempuan single lagi, ketika kamu pulang sendiri kerumah Ibu dan Bapak tanpa didampingi suami menurutmu apa Ibu dan Bapak akan baik-baik saja pikirannya".

Naira mengangkat wajahnya untuk pertama kali menatap Bima. Naira melihat sisi kedewasaan dari Bima sehingga Naira memberanikan diri menatap Bima. Dan baru kali ini Bima secara langsung melihat wajah Naira secara menyeluruh. Bola mata berwarna coklat dengan bulu mata lentik menghiasi. Dan bibir sedikit bervolume dan ada belahan ditengah bibirnya.

Namun seketika Bima tersadar dari pikirannya dan berdehem

"Besok kita pulang bersama,jam delapan kita berangkat".

" Baik mas, terimakasih". Naira pun bergegas masuk kedalam kamarnya untuk membersihkan diri. Setelah membersihkan diri Naira pun bergegas membungkus kado ulang tahun buat Raka. Sebuah sepatu futsal yang tadi Naira beli sekalian Naira membeli sepatu jogging. Setelah rapi Naira pun menyisihkannya agar besok gampang membawanya.

Akhirnya Naira pun merebahkan tubuhnya diatas kasur untuk menjemput mimpi setelah merapalkan doa sebelum tidur.

1
Isra
ini lagi proses
aLink sword
kok udah gak ada lanjutan nya
filzah
wah, jalan ceritanya bikin gue deg-degan 😱
Isra: saya juga
total 1 replies
Vivi imut i love you
Ceritanya bikin aku merasakan banyak emosi, bagus bgt thor! 😭
Isra: terimakasih atas atensinya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!