Aris putra abraham adalah anak indigo yang menolak menjadi indigo. dia merasa Tuhan salah teknis ketika menciptakannya dengan kelebihan yang bisa melihat makhluk tak kasat mata. setiap kali bertemu makhluk halus aris selalu menghindar. selain takut, dia juga tak sudi terjun ke dunia perhantuan. sampai seorang gadis Misterius penuh dengan teka-teki, Miya Aluna Dhawa.saat berdekatan dengan gadis dada Aris terasa sangat sakit dan Aris juga melihat kalau Miya di penuhi puluhan makluk halus yang menggerogoti jiwanya, hingga Aris mengasah kemampuan nya untuk memecahkan teka-teki pada gadis itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izza naimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
" Kamu ke mana aja?"
" nungguin ya?" goda Aris.
tadinya Setelah membersihkan kolam, Aris mau langsung berangkat, tapi diminta Mama mengantarkan ke toko kue untuk dibawa ke rumah Om Panji. dan berujunglah Aris main dengan savier dan Siena, hingga ketiduran di ruang televisi.
untungnya dia sudah menyiapkan hadiah untuk Miya.
Aris melihat sekitaran Gazebo yang cukup berantakan.
" seru banget pestanya"
Miya tak menjawab.
" tapi ya udahlah, aku malah senang datang terakhir. karena bisa ngerayain berdua sama kamu" Aris nyengir.
Miya tersipu, ribuan kupu-kupu berterbangan di perutnya.
"A-aku potongin kuenya" ucap Gadis itu guna mengalihkan rasa gugupnya. setelah dipotong, dia memberikannya kepada Aris.
" thanks" harus menyendokkan sedikit, kemudian menyuapi Miya.
" buka mulutnya"
Miya menerima suapan dari Aris. jantungnya menggila, pipinya bersemu merah saat matanya beradu dengan Aris.
" selamat ulang tahun" ucap Aris, lalu mengeluarkan kado dari dalam jaketnya.
" ini buat kamu. bukan barang branded sih tapi aku ngerasa bakalan cantik banget kalau kamu yang pakai"
Miya menerimanya sambil tersenyum tipis.
" terimakasih "
" buka dong"
isinya adalah sebuah pita kain berwarna putih dengan bentuk kupu-kupu. sederhana namun menawan.
"aku suka""
Aris tersenyum lebar.
" Bagus deh kalau kamu suka"
Miya meletakkan hadiahnya di meja.
" kamu tahu dari mana hari ulang tahunku?"
" ada deh" Aris tersenyum misterius, mengingat pertemuannya dengan papanya Miya.
Miya tak mau ambil pusing lagi.
" aku ambilin minum dulu buat kamu" Gadis itu beranjak setelah mendapat anggukan dari Aris.
Sementara Miya mengambil air minum untuknya, Aris makan kue sambil mengedarkan pandangannya ke halaman belakang rumah Miya yang lumayan luas.
" ini kalau tahu si Mbah ada halaman kosong di belakang rumah udah pasti ditanduri sayuran" celetuknya, dia sering diajak panen saat liburan ke desa Si mbah.
tiba-tiba dari samping rumah Miya, ada seorang bocah perempuan usia 7 tahun berlari mendekat Aris.
" Wow, ada cake! Susan suka cake"
" Buset! anak siapa yang nyasar ini woy? "
Aris memperhatikan penampilan gadis hantu itu. gaun putih lucu, rambut panjang berwarna coklat terang kepang dua, matanya kebiruan, dan sangat menggemaskan. dari penampakannya sih dia bukan orang Indonesia.
" lo anak Belanda ya?"
" Yes, my father salah satu orang kaya di Batavia, Kami punya banyak horse dan house"
Batavia? itu kan nama ibukota dulu sebelum diubah jadi Jakarta. ternyata benar, ini anak dari zaman Belanda.
mengetahui fakta itu Aris jadi ingin mencetak anak itu, jiwa jiwa rasis dan dendamnya pada orang-orang Belanda mendadak muncul.
" Susan mau cake" minta anak bernama Susan itu memelas.
" udah mati nggak bisa makan kue "Ketus Aris.
" mati itu apa?"
Lah! mati gak tau?
jadi anak ini tidak sadar kalau dirinya adalah hantu gentayangan.
Aris bingung bagaimana cara menjelaskannya.
" mati itu, udah nggak hidup lagi"
Susan hanya menatap Aris dengan tatapan kebingungan.
" mati itu adalah beda alam sama orang lain. ah fucek! " Aris menyerah, ternyata sebodoh-bodohnya dia masih ada yang lebih bodoh lagi.
masa iya mati aja tidak tahu.
" Susan lihat dari sana ada banyak sekali anak-anak pribumi yang sedang merayakan briday party. Susan Mau ikut tapi mereka nggak mau lihat Susan"
"ya, gimana mau lihat orang lo hantu"
" Susan bukan ghost, Susan Manusia. kata mother, ghost itu hanya bisa melayang"
" Ya udah lo kan melayang bocah! Nggak sadar diri kalau nggak punya kaki!" Aris jadi kesal.
" Susan mau cake"
Astagfirullah! Masih belum paham juga nih bocah kalau dia udah mati dan nggak bisa makan kue?
Anak siapa sih? nggak sekolah ya? katanya bapaknya banyak duit.
Aris terus mendumel dalam hati.
" yang udah meninggal nggak perlu makan lagi" ujar Lingga, tiba-tiba sudah berdiri di sebelah Aris. dia persis seperti jelangkung. datang tak diundang pulang tak diantar.
" ngapain lo?"
" Tentu aja jagain kamu. aku selalu ikut Kemanapun kamu pergi"
" ke kamar mandi juga?"
Lingga mengangguk.
lah kocak!
berarti saat dia kebebelan tadi pagi Lingga lihat ekspresi wajahnya ketika ngeden dong?
Lingga yang bisa membaca pikiran Aris lantas tersenyum geli.
" Aku tutup mulut kok"
" sialan!" maki Aris, misuh-misuh menahan malu.
" Wah kalian twins? " Susan menatap takjub Aris dan Lingga.
" Iya, tapi yang ini sama kayak lo, udah mati" ucap Aris.
" aku nggak pernah jadi manusia Aris"
" Oh, dari lahir udah jadi bangsa siluman ya?" ejek Aris.
Lingga mengabaikan Aris, dan beralih pada Susan, dia bersimpuh di depan gadis itu.
" cake sudah bukan makanan kamu lagi"
" jadi Susan makan apa?"
" Susan udah nggak perlu makan lagi, Susan udah bahagia, Kenapa masih di sini. pergi temui father dan mother kamu"
" Iya, hidup di zaman ini berat. apalagi kalau lo orang nggak punya" tambah Aris.
" nggak punya apa?" tanya Susan dengan tatapan polosnya.
" nggak punya uang, nggak punya jabatan, nggak punya nama belakang yang strong"
" Susan punya Horse"
" Udah nggak zaman lagi pakai kuda, zamannya mobil. lo tau mobil nggak?"
Susan diam, mencerna ucapan Aris yang membingungkan.
" mobil itu seperti di kandang itu"
"ITU GARASI BUKAN KANDANG! Astaga, capek banget ngomong sama bocah dari generasi nenek moyang. bikin emosi anjing"
Lingga tertawa, lalu berdiri.
" Aris? " Miya kembali dengan dua jus di atas nampan.
" kamu ngomong sama siapa?"
" ah, itu. ini tadi... teman sekelas telepon nanyain tugas"
Miya Percaya saja. dia meletakkan nampannya ke meja.
" Silakan diminum"
" iya " Aris meraih jusnya, meminumnya dengan rakus.haus bray habis ngadepin Bocah tolol.
Miya menegang saat matanya menangkap sosok anak perempuan, berdiri di depan mejanya. hanya sekilas, lalu hilang lagi. begitu terus sampai kepala Miya rasanya ingin pecah. Gadis itu memijit pangkal hidungnya. dia lupa minum obat sampai mulai berhalusinasi melihat yang tidak tidak.
" Miya, kenapa? "
" enggak apa-apa"
" dia lihat Susan tapi dia pikir penyakitnya kambuh" ujar Lingga.
" sister, are you okay?" Susan bertanya kepada Miya.
Miya mendengarnya, tapi ya abaikan karena kalau ditanggapi, Aris pasti akan menanggapinya aneh. dia tak tahu aja kalau Adek sudah kenalan lebih dulu dengan anak Belanda itu.
Lingga mengerti dengan situasi yang dialami Miya, jadi dia membawa Susan pergi.
Aris menggeser posisinya lebih dekat ke Miya. kali ini bukan untuk modus.
" kepala kamu sakit? kita masuk aja, ya. aku gendong kalau kamu nggak kuat jalan"
" aku nggak apa-apa, Aris. beneran"
" yakin? "
Miya mengangguk.
" jangan dipaksa. aku nggak apa-apa kok kalau kamu mau istirahat, aku bisa pulang"
" jangan!" Miya reflek menahan tangan Aris.
Aris melirik tangannya yang dipegang Miya. Gadis itu sontak menarik tangannya kembali dan langsung salah tingkah.
.
.
.