Yura yang terjerat masalah terpaksa meninggalkan Hanan suaminya dan putri yang baru dilahirkannya, agar mereka tetap hidup karena kritis dirumah sakit akibat kecelakaan. Hanya keluarga suaminya yang memiliki uang yang bisa membantunya dengan satu syarat menyakitkan!
Lima tahun kemudian, Yura dipertemukan dengan anak yang dilahirkan, dibawa sebagai pengasuh oleh istri baru Hanan. Dengan kebencian dari keluarga Maheswari serta pria yang di cintai, mampukan Yura bertahan demi anaknya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25.
"Waoww, cantik sekali! Sayang kalau dibuat minum." Eva tersenyum cerah melihat satu set cangkir pesanannya sudah datang.
Porselen yang dipesan khusus dari Italia, harganya juga sangat mahal hampir seratus juta. Sedikit menguras uang tidak masalah, asalkan hatinya senang. Eva suka mengkoleksi barang-barang seperti itu dirumahnya yang direnovasi, sekarang dia pesan lagi.
Hanya ada tiga didunia, ia memesannya satu itupun sangat sulit didapatkan. Ada yang lebih mahal lagi harganya hampir satu miliar, tapi Eva belum bisa membelinya karena takut Hanan marah. Eva berdiri meninggalkan porselen miliknya diatas meja, ia merasa haus.
.....
Hanan sangat sibuk karena malam ini ia akan mengadakan jamuan makan malam, untuk perusahaan Wilson secara spesial dan private disebuah hotel mewah. Hanan ingin malan ini sempurna, ia harus bisa mengambil hati tuan muda Wilson yang berkuasa dan berpengaruh dikota J untuk bekerja sama dengan perusahaannya.
"Kau sudah persiapkan semuanya?" Tanya pada Asisten Johan.
Asisten pribadinya mengangguk singkat. "Semuanya sudah diatur tuan, saya pastikan anda tidak akan kecewa!" Jawab Johan.
Hanan mengangguk dengan puas, dia cukup lega karena semua rencananya berjalan baik. Semoga kerja sama itu juga bisa terlaksana supaya perusahaannya bisa terselamatkan dari kebangkrutan.
.....
"Bibi Yura, Aura mau jalan-jalan setelah ini!" Gadis kecil itu kembali bersuara setelah Yura selesai memakaikan baju santai, usai pulang sekolah.
"Boleh, sebentar ya sayang. Bibi izin dulu sama Mama Gendhis!" Jawab Yura. Yura mengiyakan dengan semangat, karena sejujurnya ia hanya ingin keluar dan menghindar dari Bu Eva yang selalu berusaha mencari-cari kesalahannya.
Aura tentunya mengangguk setuju, setelah mendapatkan izin dari Gendhis, Yura akhirnya merasa lega karena bisa keluar dari rumah.
"Nona Aura sayang tunggu diruang tengah, bibi ambil tas dulu..." Ucap Yura.
"Oke bibi!" Jawab Aura.
Yura melangkah pergi meninggalkan Aura menuju kamarnya mengambil tas kecil. Sementara Aura berdiri diruang tengah, tiba-tiba gadis kecil itu melihat kearah meja lalu mendekati.
"Waahhh, cantik sekali cangkirnya... Apa ini punya mama?" Gumam Aura.
Karena penasaran dan ingin melihat dari dekat porselen berbentuk cangkir hias itu, Aura mengambilnya, dia pikir hanya gelas biasa.
Eva datang kembali sambil membawa jus jeruk lemon, wanita itu sedang proses diet. Langkahnya terhenti begitu melihat Aura ada didekat meja dan menyentuh porselen miliknya. "Aura!" Tegur Eva.
Pyarrr!!!
Karena terkejut, cangkir cantik itu tiba-tiba terlepas dari tangan Aura dan pecah dilantai. Kaki Aura juga tidak sengaja terkena salah satu pecahan serpihannya. "Aakhh!"
Eva membelalakkan matanya melihat barang koleksinya yang susah didapatkan pecah begitu saja. Wanita itu berjalan mendekat dan berjongkok memunguti serpihan paling besar. "Aura! Jadi pecah kan cangkir oma! Ini harganya mahal Aura! Oma susah payah dapatinnya! Sekarang sudah pecah!" Eva marah-marah sampai kelepasan membentak Aura.
Gadis kecil itu menangis tersedu-sedu merasakan sakit disalah satu punggung kakinya yang mengeluarkan sedikit darah, ditambah bentakan oma nya membuatnya ketakutan.
"Hiks... Aura, Tidak sengaja, oma..." Gadis kecil itu menjawab dengan isakan.
"Tidak sengaja? Ini bukan mainan, apa kamu tidak bisa membedakan mana barang mainan dan bukan? Kamu ini kenapa bandel sekali sih, seperti papa kamu!" Sahut Eva dengan suara meninggi.
Aura semakin menangis mendengar suara tinggi Eva, Aura tidak pernah dibentak Hanan maupun Gendhis. Mereka selalu berbicara dengan lemah lembut, jadi saat dibentak sedikit saja, hati Aura langsung sedih dan ketakutan.
"Maaf oma... Maafkan Aura...Hikss... Papa! Bibi Yura!" Aura berusaha mencari pertolongan namun Hanan belum pulang.
"Dengar! Jangan pernah menyebut nama wanita miskin itu, Maaf kamu juga tidak bisa mengembalikan cangkir oma! Kamu terlalu dimanjakan sehingga jadi anak nakal! Kamu akan oma hukum!" Bentak Eva dengan mata menyala tajam.
Aura semakin ketakutan dengan gelengan kepala, air matanya berderai deras. "Bibi Yura! Bibi Yura!" Aura hanya ingin Yura segera datang dan menolongnya.
Bibi Amy datang mendengar suara Nyonya besar marah-marah, dua pelayan lainnya juga muncul karena suara Eva begitu keras, pantas saja Aura ketakutan.
"Nyonya Eva, kenapa Nona Aura dimarahi?" Bibi Amy bertanya dengan bingung. Dia hendak mendekati Aura untuk menenangkan gadis kecil itu, namun suara Eva menghentikannya.
"Jangan dekati dia! Jangan ikut campur! Aura sudah membuat kesalahan, dia harus dihukum!" Tegas Eva.
Ika tidak sengaja melihat kaki Aura yang berdarah, pelayan itu seketika panik. "Nyonya Eva, Kaki nona kecil berdarah!"
Eva menoleh, namun dia tidak perduli. Aura terbiasa dimanjakan, hanya luka kecil membuatnya jadi manja. Aura harus dididik dengan tegas dan keras supaya tidak lemah. Pikir Eva.
"Jangan ikut campur! Kalian semua pergi dari sini sekarang!" Bentak Eva.
"Tapi Nyonya..."
"Pergi atau kalian saya pecat!" Ancam Eva dengan suara lantang.
Terpaksa tiga pelayan rumah itu berjalan pelan sambil terus menatap wajah sendu Aura yang seperti meminta pertolongan. Mereka sangat kasihan dan tidak tega, anak sekecil Aura hanya tidak sengaja melakukan kesalahan tapi justru dimarahi habis-habisan oleh Eva. Mereka bertiga mengintip dari balik pintu dapur yang terbuat dari kaca.
"Sekarang kamu ikut oma! Ambil sapu dan bersihkan serpihan cangkir itu!" Eva tiba-tiba saja menarik tangan Aura untuk mengikutinya.
"Sakit oma! Kaki Aura...sakit! Hikss Hikss... Ampun oma! Aura... Minta maaf... Oma..."
Aura tidak mau berjalan dan Eva menariknya dengan paksa. Hati nuraninya seolah hilang, hanya karena cangkir kecil.
Yura mengerutkan keningnya mendengar suara tangisan serta teriakan Aura. Begitu keluar dari kamar, Yura bingung kenapa para pelayan berdiri didepan pintu dapur. Namun saat mendengar suara Aura, Yura menoleh, hatinya tersayat-sayat melihat putrinya ditarik paksa dalam kondisi menangis tersedu-sedu.
"Auraaa!!" Yura berjalan cepat dan berani menghampiri mereka, kemudian melepaskan tangan Eva dengan paksa dari Aura. "Sayang kamu baik-baik saja?" Tanya Yura dengan panik dan khawatir.
"Bibi Yuraa!!" Aura langsung memeluk pengasuhnya dengan erat. Yura memeluk dan mengusap-usap punggung kecilnya supaya Aura tenang.
"Berani sekali kau merebut Aura! Kau pikir kau siapa?" Bentak Eva.
Eva hendak menarik Aura lagi, namun Yura segera menggendong Aura dan mendekapnya dengan erat.
"Apa bu Eva tidak punya hati? Aura ini masih kecil, kenapa bu Eva membentaknya dan bersikap kasar pada anak sekecil ini!" Balas Aura meninggikan suara. Dia tidak perduli dan takut bahwa wanita dihadapannya adalah Eva Maheswari, wanita berkuasa.
Untuk Aura putri satu-satunya, Yura akan melawan apapun dan siapapun yang menyakitinya. Termasuk keluarga Hanan sendiri!
"Berani meninggikan suaramu padaku, hah? Kau hanyalah wanita miskin yang tidak punya harga diri!"
kejam juga ya si mertua itu