Dunia dimana yang kuat berkuasa dan yang lemah di tindas, tempat dimana banyak harta karun tersembunyi dan hewan moster berkeliaran. Seni bela diri adalah kehidupan dan kehidupan adalah seni bela diri itu lah kehidupan para kultivator
Zhou Yun yang merupakan keturunan dari Klan Zhou yang agung, serta mempunyai bakat yang luar biasa ingin menyatukan seluruh upper realm dibawah namanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pengangguran Sukses, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mendapat Pedang Kuno
Setelah pesta mereda, Tetua Agung berdiri di tengah aula dengan wajah tenang. Aura pedangnya menyelimuti seluruh tempat, membuat semua murid dan tetua terdiam.
Ia mengangkat tangannya, dan cahaya putih keperakan muncul di udara. Dari dalam cahaya itu, perlahan terbentuk sebuah pedang kuno dengan ukiran naga dan aura abadi. Pedang itu bergetar, suara dengungnya menggema seperti teriakan ribuan pedang di langit.
“Ini adalah salah satu dari Tujuh Pedang Kuno Sekte Pedang Surgawi, pedang yang hanya memilih pemiliknya sendiri,” kata Tetua Agung.
“Hari ini, aku ingin melihat… apakah engkau layak, Zhou Yun.”
Semua murid menahan napas. Bahkan para tetua saling pandang, mata mereka berkilat penuh keterkejutan.
Pedang itu melesat, langsung menembus dada Zhou Yun. Semua murid berseru kaget, tapi Tetua Agung hanya diam.
Aura pedang memasuki lautan jiwa Zhou Yun. Di dalam kesadarannya, muncul sosok raksasa pedang bercahaya yang meraung liar, mencoba menundukkan pemuda itu.
“Bersujudlah padaku!” gema suara pedang kuno mengguncang jiwa.
Namun Zhou Yun hanya berdiri tenang, tatapannya setajam pedang yang tak pernah patah.
“Aku tidak bersujud pada pedang… pedanglah yang bersujud padaku.”
Dengan satu gerakan, auranya membentuk ribuan pedang di lautan jiwa. Suara dentuman keras terdengar, dan pedang kuno yang awalnya liar kini perlahan bergetar… lalu bersujud di hadapan Zhou Yun.
Cahaya menyelimuti tubuhnya. Saat Zhou Yun membuka mata, pedang kuno sudah berada di tangannya, bergetar lembut, seakan mengakui tuannya.
Sorakan menggema di seluruh aula.
“Dia menundukkan pedang kuno… secepat itu!”
“Bahkan beberapa tetua dulu gagal, tapi Zhou Yun melakukannya hanya dalam satu tarikan napas!”
Tetua Agung tersenyum tipis, matanya penuh kepuasan.
“Mulai saat ini, pedang Ling Tian adalah milikmu. Rawatlah ia seperti dirimu sendiri.”
Di sisi lain aula, wajah Lin Feng menegang. Tangannya secara refleks meraih gagang pedang kuno yang sudah lama menjadi miliknya—salah satu dari tujuh pedang sekte juga.
Dulu, ketika pedang itu memilihnya, ia dielu-elukan sebagai pemimpin generasi. Namun kini, Zhou Yun telah mendapatkan pedang kuno lain dengan pengakuan yang jauh lebih cepat, di hadapan semua orang, bahkan oleh tangan Tetua Agung sendiri.
"Mengapa harus dia?"
Lin Feng menunduk, matanya merah, aura pedangnya bergetar tidak stabil.
Tapi di hadapan Tetua Agung dan Ketua Sekte, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya mengepalkan tinjunya erat, menahan amarah yang membakar jiwanya.
"Baiklah, Zhou Yun… kalau kau mendapat pedang kuno, aku juga memilikinya. Cepat atau lambat, kita akan menghunus pedang kita satu sama lain. Dan saat itu tiba, aku akan membuktikan siapa yang pantas menjadi pewaris sejati."
Sementara itu, Zhou Yun berdiri dengan tenang, pedang kuno bergetar lembut di tangannya. Cahaya pedangnya menyinari seluruh pesta, membuat semua murid merasa seolah sedang menyaksikan lahirnya raja pedang sejati.
Tetua Agung menatapnya dalam-dalam, dan dengan suara yang menggema seperti hukum langit, ia berkata:
“Mulai malam ini… nama Zhou Yun akan terukir dalam sejarah Sekte Pedang Surgawi.”
Malam mulai mereda, pesta penuh sorakan dan cahaya spiritual berakhir. Sepuluh murid yang menjadi pemenang besar dalam kompetisi dunia percobaan kini berdiri di tengah lapangan sekte.
Di hadapan mereka, Tetua Agung melangkah maju. Dengan gerakan ringan, ia mengibaskan lengan bajunya. Seketika, awan pedang putih muncul di bawah kaki kesepuluh murid itu, mengangkat tubuh mereka ke udara.
“Mulai hari ini,” suara Tetua Agung menggema, “kalian bukan lagi murid inti. Kalian layak tinggal di wilayah murid elit, di puncak gunung sekte. Itulah tempat di mana fondasi generasi terkuat ditempa.”
Awan pedang melesat ke langit, membawa mereka melewati kabut spiritual yang hanya bisa ditembus oleh para elit sekte. Dari bawah, ribuan murid hanya bisa menatap iri, melihat cahaya para pahlawan yang melesat ke puncak.
Saat kabut terbuka, terbentanglah pemandangan menakjubkan. Gunung-gunung menjulang, dipenuhi istana batu giok yang berkilau. Air terjun spiritual mengalir dari langit, membentuk danau berwarna biru kehijauan. Burung-burung roh terbang bebas, dan udara penuh energi murni yang menyehatkan jiwa.
Tetua Agung tersenyum tipis.
“Tempat tinggal kalian sudah disiapkan. Di sinilah, para murid elit sejati tumbuh menjadi legenda.”
Satu demi satu, awan pedang menurunkan para murid di depan rumah mereka masing-masing. Rumah-rumah itu tidak bisa disebut sekadar rumah—mereka adalah istana kecil, terbuat dari batu spiritual, dihiasi formasi pelindung, dan dikelilingi taman aura.
Zhou Yun dan Zhou Shen
Zhou Yun mendarat di hadapan sebuah istana berwarna putih perak. Dindingnya dipenuhi ukiran pedang kuno, dan aura pedang bergetar lembut dari dalam, seolah menyambut tuannya yang baru.
Tidak jauh dari sana, Zhou Shen mendarat di rumah megah lain, hanya berjarak beberapa langkah dari kediaman Zhou Yun. Melihat itu, Zhou Shen tersenyum lebar, wajahnya penuh semangat.
“Saudaraku, sepertinya takdir memang menempatkan kita berdampingan. Mulai hari ini, kita bisa saling menopang, saling mengasah!”
Zhou Yun menoleh, hanya mengangguk tipis, tetapi ada kilatan kehangatan di matanya.
“Baik, kita lihat seberapa tinggi kita bisa naik.”
Lan Xue, Bai Yufan, dan yang lain juga mulai menjelajahi kediaman baru mereka, wajah mereka penuh kagum.
Tetua Agung berdiri di udara, menatap para murid yang kini resmi menjadi pilar generasi baru Sekte Pedang Surgawi.
“Jangan terlena oleh kemewahan ini. Semakin tinggi kalian berdiri, semakin berat tanggung jawab kalian. Ingatlah… pedang sejati hanya ditempa di tengah tekanan.”
Setelah itu, tubuhnya berubah menjadi cahaya pedang dan menghilang ke langit malam.
Sepuluh murid itu berdiri di puncak, masing-masing di depan rumah mewah mereka, menyadari satu hal—era baru mereka telah dimulai.
Malam di puncak Sekte Pedang Surgawi begitu sunyi. Angin membawa aroma spiritual, bintang-bintang berkilau terang, dan bulan purnama menggantung seolah pedang perak raksasa yang menatap dunia.
Zhou Yun berdiri di beranda rumah barunya, tangan terlipat di belakang punggung. Pandangannya menembus jauh ke langit malam, tapi pikirannya tertuju pada satu orang—Lin Feng.
"Dia tidak menyukaiku. Senyum dan hormatnya di depan ketua sekte hanyalah topeng. Cepat atau lambat, pedang di antara kita akan bersilang."
Aura pedangnya bergetar samar, seolah merespons firasat pertarungan besar yang akan datang.
Dari sisi lain, langkah ringan terdengar. Zhou Shen datang sambil membawa kendi arak spiritual, wajahnya penuh senyum meski ada ketegasan di matanya. Ia duduk santai di samping Zhou Yun dan menyerahkan satu cawan.
“Saudaraku,” katanya sambil menengok ke langit, “kau sudah bisa merasakannya, bukan? Sekte ini bukan hanya tempat berkultivasi… tapi juga medan pertempuran tersembunyi.”
Zhou Yun melirik, diam sejenak, lalu mengangguk tipis.
“Lin Feng.”
Zhou Shen terkekeh kecil. “Tepat sekali. Biar kuberitahu sesuatu—di dalam sekte, ada tiga fraksi besar. Mereka semua dipimpin oleh murid elit yang sudah lama menanamkan pengaruh.”
Zhou Shen mulai menjelaskan dengan tenang, suaranya seperti pedang yang menyingkap kabut.
Fraksi Dragon Sword
“Fraksi terkuat. Dipimpin langsung oleh Lin Feng, murid kesayangan Ketua Sekte. Anggotanya terdiri dari hampir setengah murid elit serta murid inti yang kuat dan murid luar yang mempunyai potensi hebat, bahkan banyak murid yang bercita-cita masuk ke dalamnya. Mereka sombong, dominan, dan hampir menguasai semua sumber daya sekte.”
Zhou Yun hanya diam, tetapi matanya sedikit menyipit.
Fraksi Pedang Hati
“Fraksi ini dipimpin oleh seorang wanita cantik sekaligus jenius pedang bernama Huang Yueying. Dia terkenal dingin, cerdas, dan memiliki aura pedang yang menembus hati. Fraksinya tidak sebesar Dragon Sword, tapi kekompakan dan kekuatan mereka nyaris setara. Banyak murid wanita menjadikannya simbol kebanggaan.”
Zhou Yun bergumam pelan. “Pedang yang lahir dari hati… menarik.”
Fraksi Golden Sword
“Fraksi terakhir dipimpin oleh Gan Ning, seorang murid elit yang ambisius dan suka bergaul. Anggotanya banyak, terutama murid-murid yang tidak diterima Dragon Sword. Mereka sering menggunakan kekuatan massa untuk menekan pihak lain. Meski kekuatan individu mereka tidak sehebat dua fraksi lainnya, secara jumlah mereka menakutkan.”
Zhou Shen meneguk araknya, lalu menatap Zhou Yun.
“Sekarang, semua mata tertuju padamu. Fraksi-fraksi itu pasti ingin mendekatimu… atau menyingkirkanmu. Terutama Lin Feng. Fraksi Dragon Sword tidak akan membiarkan ada matahari kedua bersinar di atas mereka.”
Zhou Yun menatap bulan perak di langit, wajahnya dingin.
“Fraksi, politik, ambisi… semua itu tak berarti jika pedang cukup tajam. Biarkan mereka datang. Jika mereka menghalangi jalanku, aku akan memotongnya.”
Aura pedangnya bergetar, menusuk langit malam. Zhou Shen menatapnya lama, lalu tersenyum puas.
“Baiklah… kalau begitu, aku akan berdiri di sisimu.”
Di bawah cahaya bulan, dua sepupu itu berdiri tegak—satu sebagai gunung kokoh, satu lagi sebagai tombak tajam.
Namun jauh di dalam bayangan, api intrik fraksi-fraksi mulai menyala, siap menelan seluruh sekte dalam badai.