NovelToon NovelToon
Endless Journey: Emperors Of All Time

Endless Journey: Emperors Of All Time

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Misteri / Fantasi Timur
Popularitas:517
Nilai: 5
Nama Author: Slycle024

Ketika perang abadi Alam atas dan Alam bawah merembes ke dunia fana, keseimbangan runtuh. Dari kekacauan itu lahir energi misterius yang mengubah setiap kehidupan mampu melampaui batas dan mencapai trensedensi sejati.

Hao, seseorang manusia biasa tanpa latar belakang, tanpa keistimewaan, tanpa ingatan masa lalu, dan tumbuh dibawah konsep bertahan hidup sebagai prioritas utama.

Namun usahanya untuk bertahan hidup justru membawanya terjerat dalam konflik tanpa akhirnya. Akankah dia bertahan dan menjadi transeden—sebagai sosok yang melampaui batas penciptaan dan kehancuran?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Slycle024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terobosan

Keesokan harinya, Zhang Hao berjalan ke kedai dan memesan makanan seperti biasa.

Beberapa saat kemudian, Zhao Liang menghampirinya dengan wajah penuh luka, lalu duduk di meja Sen Lin. Ia memesan hidangan, lalu menatap Zhang Hao yang terlihat begitu berbeda.

“Sepertinya setahun ini kamu bersenang-senang,” ucapnya.

Zhang Hao tersenyum tipis. “Kak Zhao… sudah setahun berlalu. Kenapa wajahmu penuh luka?”

Zhao Liang tersenyum kecut. “Aku mengalami kecelakaan saat menjalankan misi… dan harus dirawat cukup lama.”

“Jadi… begitu,” jawab Zhang Hao singkat.

Tak lama kemudian, pelayan datang membawa hidangan dan menempatkannya dengan hati-hati di depan Zhao Liang.

Perlahan Zhang Hao berdiri, membayar, dan menatap Zhao Liang.

“Kakak Zhao, aku harus pergi. Terima kasih dan sampai ketemu lagi.”

Di sisi lain, Zhao Liang menatap Zhang Hao dengan penuh kebingungan atas perubahan yang terlihat jelas. Ia bergumam lirih, “Manusia memang aneh… saat ini kayu mati telah menemukan cahaya. Apakah ia akan terbakar… atau tumbuh? Siapa yang tahu.”

Lalu ia mengalihkan perhatian dan mulai menyantap hidangannya, sementara bayangan Zhang Hao perlahan menghilang.

***

Di pinggir jalan, Zhang Hao memanggil kereta dan segera berangkat menuju Kota Roh Awan. Selama perjalanan, ia menikmati setiap rangkaian suara di sekitarnya—kicau burung yang bersahutan, desiran angin, dan deru roda kereta di atas rel. Semua itu terasa seperti simfoni kecil yang menyegarkan pikirannya.

Saat kereta berhenti di gerbang kota, Zhang Hao turun dan menarik napas dalam-dalam. Udara kota yang segar dan khas itu menyambutnya, membawa sensasi yang telah lama tak ia rasakan. Perlahan, langkahnya memasuki kota dan langsung menuju toko ukiran itu.

Saat sampai di sana, Zhang Hao melihat toko itu terbuka. Namun hatinya sedikit kecewa—ia tidak melihat wanita itu, dan isi ruangan tampak seperti toko pada umumnya.

Perlahan, seorang pria paruh baya mendekat.

“Nak, apakah kamu ingin membeli sesuatu?” tanyanya ramah.

Ia mengangkat lengan, memperlihatkan sebuah patung kayu.

“Lihat ini. Kamu tidak asing dengan Hutan Ibliskan, kan? Ini adalah patung Raja Hutan itu. Keren, bukan? Apakah kamu ingin memilikinya? Ini yang terakhir,” lanjutnya sambil memegang patung harimau bersayap yang terukir halus.

Zhang Hao menatap patung itu dan menghela napas. “Maaf… saya kemari mencari pemilik toko sebelumnya.”

“Oh… begitu,” ucap pria paruh baya itu dengan raut kecewa, namun tetap tersenyum.

Zhang Hao berjalan perlahan mengelilingi toko, menatap ukiran-ukiran lain dengan seksama. Ia membeli satu ukiran kecil yang menurutnya lucu, namun ekspresinya tetap menunjukkan kekecewaan. Perlahan, ia melangkah keluar dari toko.

Tubuhnya tiba-tiba terasa ringan, seolah ditarik oleh sesuatu. Sekejap kemudian, ia sudah berada di tempat yang pernah ia datangi sebelumnya. Suasana sunyi menyelimuti ruang itu, hanya terdengar hembusan angin lembut dan aroma kayu ukiran yang familiar.

“Jadi, akhirnya kamu kembali,” suara wanita itu terdengar, tenang namun penuh arti.

Zhang Hao membuka mata dan menatapnya.

“Senior,” katanya dengan suara pelan.

Wanita itu menatapnya dalam-dalam. “Semua yang kau lakukan bukan sekadar latihan—itu adalah jalan untuk menemukan tujuan. Jadi… apa tujuanmu?”

“Tujuan,” gumam Sen Lin, suaranya hampir tenggelam dalam angin.

“Ya, tujuan hidupmu sebagai manusia, selain sekadar bertahan hidup. Misalnya… untuk melindungi seseorang yang berharga,” ucap wanita itu.

Zhang Hao termenung dan menutup mata. Di dalam hatinya, kata-kata itu berputar-putar: Tujuan…bertahan hidup…tujuan…melindungi sesuatu yang berharga…siapa yang berharga? Diriku sendiri? Lalu siapa lagi?

Satu per satu, sosok-sosok lain bergantian melintas, namun kemudian satu sosok menonjol di antara semuanya—Zhang Mei.

Hatinya berbisik dengan tegas, nyaris terdengar oleh dirinya sendiri: Ya… aku harus melindunginya, aku butuh kekuatan, berikan aku kekuatan.

Ledakan!

Tiba-tiba ruang itu bergetar hebat, energi spiritual langit dan bumi berhamburan, lalu mengalir deras menuju Zhang Hao yang masih tenggelam dalam kesadarannya.

Di sisi lain, wanita tua itu hanya tersenyum. Dengan satu kibasan tangannya, terbentuk lapisan samar yang melingkupi ruang, menyaring energi spiritual eksternal agar lebih mudah diserap.

Dalam waktu kurang dari satu batang dupa, seluruh energi spiritual di ruang itu tersedot habis, bahkan rumput-rumput disekitarnya mulai mengering.

Wanita itu menghela napas panjang, lalu mengangkat tangannya sekali lagi. Seketika, puluhan ribu batu spiritual berjatuhan, menumpuk tidak jauh dari Sen Lin.

----

Tiga jam berlalu. Akhirnya, Zhang Hao membuka mata dan menyadari persepsinya telah berubah secara drastis. Ia mulai mengamati tubuhnya, memperhatikan setiap detail. Setelah beberapa kali memeriksa tanpa menemukan hal aneh, ia menghela nafas panjang.

Perlahan ia berdiri, lalu sedikit membungkuk.“Terima kasih, senior.”

“Menarik,” ucap wanita itu. “Kamu berbeda dari anak-anak manja itu. Karena kamu telah menerimanya, kamu juga harus membayar.”

“Cincin penyimpanan yang kamu gunakan cukup menarik,” lanjutnya, menatap Zhang Hao dengan sedikit minat.

Zhang Hao terdiam sejenak, kemudian dengan pasrah melepaskan cincin itu dan menyerahkannya.

Di sisi lain, wanita itu tersenyum tipis, senang dengan pemahaman Zhang Hao dan kemampuannya mengambil keputusan. Ia mulai menelusuri isi cincin itu. Setelah lima belas menit memeriksa, ia tampak sedikit terkejut. Matanya menatap Zhang Hao dan ia bergumam dalam hati : Milik siapa cincin ini? Mengapa ada begitu banyak material sisa binatang iblis? Herbal-herbal di dalamnya juga cukup berbahaya…orang gila macam apa yang memberikannya?

Ia menghela napas panjang, mengambil salah satu herbal, lalu mengembalikan cincin itu ke tangan Sen Lin. Menatap tajam ke arah Sen Lin, ia bertanya,

“Kamu tahu ini tanaman apa?”

“Tidak tahu,” jawab Sen Lin. “Saat kecil, setiap sore hari, aku melihat beberapa binatang iblis mengambilnya, mencampurnya ke dalam air, lalu memberikannya ke binatang iblis lain”

“Jadi begitu,” ucap wanita itu. “Karena kamu sudah bisa mengumpulkan energi spiritual, kamu bisa mengajukan kelulusan ke akademi. Setelah itu, kamu harus bekerja di sini selama satu sampai dua tahun sebagai pembayarannya. Paham?”

Mendengar itu, Zhang Hao tersenyum lebar, mengangguk dengan patuh, lalu bergegas kembali ke akademi.

Perlahan, seorang pria paruh baya melangkah masuk. Seiring ia mendekat, wajahnya perlahan berubah lebih muda, sorot matanya lembut menatap wanita itu. “Kenapa kamu membantunya?”

Wanita itu hanya tersenyum samar. “Entahlah… mungkin takdir. Lagipula, kita dapat pegawai gratis, kan?” 

Dengan santai ia mengeluarkan sebuah tanaman herbal dari balik lengan bajunya. Urat-urat merah muda kehitaman berkilau samar di permukaannya, aroma tajam menyebar memenuhi ruangan. Wanita itu mengangkatnya, bibirnya melengkung licik.“Lihat ini…indah, bukan?”

Pria itu terdiam, setengah kesal, setengah pasrah, lalu akhirnya menghela nafas panjang.

****

Di tempat lain, Zhang Hao segera menyelesaikan semua prosedur kelulusan. Beberapa sekte sempat menawarinya untuk bergabung, namun ia hanya tersenyum sopan dan berkata,

“Terima kasih atas tawarannya, tapi aku sudah punya tujuan sendiri.”

Setelah membereskan semua barang, ia berjalan keluar dari akademi. Langkahnya ringan, meski dalam hati masih ada sedikit keraguan akan jalan yang dipilihnya. Ia kemudian mencari penginapan yang dekat dengan toko itu.

Tak lama, ia menemukan sebuah penginapan sederhana. Pemiliknya, seorang wanita paruh baya, menyambutnya ramah.

“Butuh kamar untuk berapa lama, Nak?” tanyanya.

“Untuk sementara, dua tahun,” jawab Zhang Hao singkat.

Setelah membayar, ia masuk ke kamar barunya. Ruangan itu sederhana, hanya ada tempat tidur kayu, meja kecil, dan jendela yang menghadap jalan. Zhang Hao berdiri sejenak, menatap sekeliling, lalu tersenyum tipis.

“Cukup… tempat ini sudah lebih dari cukup.”

Ia pun mulai merapikan barang-barangnya satu per satu dengan tenang.

1
誠也
7-10?
Muhammad Fatih
Gokil!
Jenny Ruiz Pérez
Bagus banget alur ceritanya, tidak monoton dan bikin penasaran.
Rukawasfound
Lucu banget! 😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!