Widowati perempuan cantik yang baru saja melahirkan bayinya yang mati. Langsung dicerai oleh Aditya suaminya, karena dianggap tidak bisa menjaga bayi yang sudah dinanti nantinya.
Widowati akhirnya memilih hidup mandiri dengan mengontrak rumah kecil di pinggir sungai, yang konon kabar beritanya banyak makluk makluk gaib di sepanjang sungai itu.
Di suatu hari, di rumah kontrakannya didapati dua bayi merah. Bayi Bayi itu ukuran nya lebih besar dari bayi bayi normal. Bulu bulu di tubuh bayi bayi itu pun lebih lebat dari bayi bayi pada umumnya.
Dan yang lebih mengherankan bayi bayi itu kadang kadang menghilang tidak kasat mata.
Bayi bayi siapa itu? Apakah bayi bayi itu akan membantu Widowati atau menambah masalah Widowati?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 27.
Perempuan itu melangkah dengan penuh percaya diri di atas karpet merah. Kepala tegak menatap ke arah mempelai dan orang tua nya terutama pada Mintarsih.
Tiga cunduk mentul di atas kepala nya tampak berkikau kilau dan bergoyang goyang, seiring dengan langkah kaki perempuan itu. Cunduk mentul itu tidak hanya untuk penghias saja. Namun juga digunakan untuk senjata oleh perempuan itu.
Pandangan mata orang orang masih terus mengikuti sosok perempuan itu. Termasuk Widowati dan Retno. Mereka berdua juga sangat penasaran dengan sosok perempuan itu.
“Siapa ya Wid dia, kamu pernah melihat dia tidak?” bisik Retno pada Widowati.
“Tak tahu Mbak, aku belum pernah melihat dia. Cuma aku kok deg deg ya.. “ ucap Widowati yang juga dengan suara lirih.
Langit yang berdiri di depan Widowati yang duduk di kursi langsung menatap wajah Sang Mama..
“Mama cudah pelnah meliyat dia duyu .. Bu De Yetno juga cudah pelnah meliyat...” suara imut Langit setelah menatap Sang Mama menoleh ke arah Retno.
Widowati dan Retno mengernyitkan keningnya mencoba mengingat ingat. Namun karena sosok Nyi Ratu memang sudah berbeda, Widowati dan Retno belum juga tahu kalau perempuan itu adalah Nyi Ratu.
“Iya duyu Mama liyat mayam mayam, lambut diya duyu macih panjang...” suara lirih Lintang yang duduk diapit oleh Widowati dan Retno.
“Olang itu sebenal na cudah tua, cudah nenek nenek tuyuk tuyuk bungkuk..” suara lirih Lintang lagi.
Wido wati dan Retno lalu saling pandang. Mereka berdua teringat pada cerita Mbah Arjo. Kalau Nyi Ratu setelah bersemedi di gua, menjadi muda lagi dan kekuatannya bertambah lagi. Jantung mereka berdua berdetak lebih kencang. Widowati langsung meraih tubuh mungil Langit yang berdiri di depan nya dan langsung di pangkunya.
Tangan Retno pun tampak merangkul Lintang dengan sangat posesif.
“Dia Nyi Ratu Mbak, ayo kita pulang saja Mbak..” ucap lirih Widowati sambil mendekatkan kepalanya pada telinga Retno.
“Ayo kalau begitu kamu gendong Langit, aku gendong Lintang.” Ucap Retno lalu meraih tubuh mungil Lintang.
“Haduh di mana Pak De Sigit. Pasti dia masih makan dan ngobrol sama saudara.” Gumam Retno sambil meraih hand phone dari dalam tas tangannya.
Widowati dan Retno tampak bangkit berdiri sambil menggendong bocil bocil itu. Satu tangan Retno memegang hand phone menghubungi Pak Sigit.
Sementara itu perempuan tamu kehormatan yang memang itu adalah Nyi Ratu. Sudah berada di atas panggung pelaminan.
“Terima kasih Nyi Ratu, sudah berkenan hadir di acara mantu saya. Saya sudah menyiapkan perjamuan dan persembahan buat Nyi Ratu sebagai ucapan terima kasih saya dan Erina anak saya.” Ucap Mintarsih setelah berjabat tangan dan mencium tangan Nyi Ratu dengan sangat hormat.
“Ha.. ha... ha...kamu memang tahu balas budi Min... Di mana dia yang kamu persembahkan buat aku?” ucap Nyi Ratu dengan suara pelan sambil mendekatkan bibirnya di telinga Mintarsih.
“Itu Nyi... dia sudah berdiri di meja perjamuan khusus untuk tamu kehormatan. Setelah Nyi Ratu mencicipi hidangan, dia akan mengantar Nyi Ratu ke kamar yang sudah saya pesan.” Ucap Mintarsih sambil menatap ke arah bawah panggung di tempat meja perjamuan khusus untuk tamu kehormatan.
Nyi Ratu pun menoleh ke arah yang sama. Bibir Nya Ratu tersenyum saat melihat seorang pemuda yang sangat tampan berdiri di tempat itu.
Pemuda tampan berada di tempat itu setelah Nyi Ratu masuk ke ball room. Dia adalah pemuda perjaka ting ting yang akan dipersembahkan pada Nyi Ratu. Mintarsih membayar mahal pemuda itu agar mau melayani Nyi Ratu. Melayani saat menikmati perjamuan makan dan melayani sampai di dalam kamar.
“Aku sudah tidak sabar.” Gumam Nyi Ratu di dalam hati.
Akan tetapi tiba tiba kedua mata Nyi Ratu melihat sesuatu yang lebih menarik perhatiannya.
“Hah mereka ada di sini!” ucap Nyi Ratu saat melihat Langit dan Lintang yang digendong oleh Widowati dan Retno.
“Maka sejak tadi hidungku sudah mencium aroma dua bocah itu.” Ucap Nyi Ratu lalu segera melangkah turun dari panggung tanpa memberi salam pada kedua mempelai apalagi pada orang tua Aditya.
“Kali ini aku pasti berhasil! Aku lumpuh kan dulu dua perempuan yang menggendong mereka!” ucap Nyi Ratu sambil berjalan kedua tangannya mengambil dua cunduk mentul di atas kepala nya.
Ujung cunduk mentul itu sangat runcing. Batang cunduk mentul itu bukan berbentuk seperti lazimnya cunduk mentul. Namun batang cunduk mentul itu menyerupai bentuk ular.
“Aku tancapkan ini di kepala dua perempuan itu sampai tembus ke otaknya!” ucap Nyi Ratu lalu melempar dua cunduk mentul itu dengan posisi ujung runcing nya di depan.
Dengan penuh kekuatan dia arahkan lemparan cunduk mentul itu tepat pada kepala Widowati dan Retno.
Sssuuuuuuiiiiiinnnnggggg
Cunduk mentul itu terbang di udara di dalam ball room hotel berbintang itu. Orang orang yang melihat tampak kaget. Karena tiba tiba ada dua benda berkilau kilau melayang di udara.
Sedangkan Widowati dan Retno yang melangkah dengan cepat sambil menggendong dua bocil untuk menemui Pak Sigit yang sedang duduk makan. Tidak melihat ada dua benda meluncur ke arah kepala mereka berdua.
Akan tetapi dua bocil luar biasa itu melihat benda itu dan tahu jika benda itu akan digunakan untuk menyerang Sang Mama dan Bu De Yetno.
Dua bibir mungil itu lalu mengerucut, meniup mengeluarkan angin dari rongga mulut mereka...
Hanya dengan tiupan ringan saja dua cunduk mentul itu berbelok arah..
Suuuuuuiiiiiiinnnngggggg
CLEP
Dua cunduk mentul itu nunsep pada dua mangkok bakso yang tersaji di meja perjamuan..
Orang orang yang melihat semakin terheran heran...
Dan lebih heran lagi, saat cunduk mentul yang sudah menusuk bakso bulat bulat itu kembali melayang ke udara..
Suuiiiiiiiiinnngggggjg
Dua cunduk mentul yang sudah membawa bakso itu melayang terbang menuju ke arah Nyi Ratu berdiri. Dengan ujung cunduk mentul yang sudah ada pentol bakso nya berada di depan..
“Hah.” Nyi Ratu sangat kaget hingga mulut nya menganga lebar..
Dan sesaat kemudian
JLEP
Dua cunduk mentul itu masuk ke dalam mulut Nyi Ratu..
“Hi....hi....hi.. hi...hi... Papa hebat... hi... hi... hi...” suara tawa Langit dan Lintang terdengar sangat bahagia. Karena sang Papa membantu mereka berdua memasukkan dua pentol bakso ke dalam mulut Nyi Ratu.
Para tamu pun banyak yang tertawa senang melihat pertunjukan spontanitas itu..
“Ha ...Ha....ha... Ha... ha.... ha....”
Akan tetapi Mintarsih sangat berang..
“Kurang ajar mereka sudah mempermalukan tamu kehormatanku!” teriak Mintarsih dengan sangat lantang.
“Tutup pintu!” teriak Mintarsih lagi dengan suara lebih lantang sambil menunjuk ke arah pintu ball room.
Kapokk hancur lebur acaranya
ternyata ilmunya blm seberpaa mkne masih kalah sm om wowo
secara om wowo mah lg tmpil mode gamteng maksimal atuhh 😍😍😍
coba mode 👻👻👻
ngacir dehhh
makin seru g bksa di tebak dehh