Area ehem ehem! Yang bocil harap Skip!!!
Bagi Candra, sang Casanova, tidak ada perempuan yang bisa dia ajak serius untuk menjalin suatu hubungan setelah merasa hidupnya hancur karena perceraian sang ayah dan ibunya.
Perempuan bagi Candra adalah miniatur, pajangan sekalian mainan yang hanya untuk dinikmati sampai tetes terakhir.
Namun, kehadiran Lila, seorang gadis yang kini menjadi adik tirinya, membuat dia harus memikirkan ulang tentang cinta. Cinta dan benci hadir bersamaan dalam indahnya jalinan kasih terlarang.
Lalu bagaimana jika larangan itu tetap dilanggar dan sudah melampaui batas?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suka?
"Can, kenapa sih kamu mukanya ditekuk gitu. Marah sama aku?"
Bella mulai mengeluarkan jurus ular betina merayu dan siap mematuk. Ia masih belum tahu kenapa saat ini Candra menatapnya dengan begitu dingin.
"Duduk di sana!" Candra melengos, berlalu menuju kursi kebesarannya. Bella bukannya menuju kursi di depan Candra tapi malah ingin duduk di pangkuan lelaki itu seperti biasa.
"Candra ... "
"Lo gak denger gue minta lo duduk di depan gue?" tanya Candra lagi.
Bella jadi mundur teratur. Ia segera duduk di kursi tepat di depan Candra berkelang meja.
"Kamu kenapa sih, Can? Gak biasanya kamu gini sama aku."
"Kenapa lo nyuruh Kalila lembur?" tanya Candra langsung ke inti permasalahannya.
"Ya ampun, kamu marah gini cuma karena aku minta dia lembur kerjain laporan?"
"Cuma lo bilang? Lo di sini sekretaris gue kan, Bell? Laporan itu harusnya elo yang ngerjain kan? Lo kenapa nyuruh Lila yang ngerjain?"
"Candra please deh, biasa aja kali. Wajar dong aku nyuruh dia lembur biar dia lebih rajin selama magang di sini. Terus dia juga gak masalah kok dan aku ..."
"Kalila itu sampe pingsan karena lo suruh dia lembur seharian! Sampe malem dia belum balik. Dan lo, gak seharusnya lo ngelimpahin semua tugas lo ke dia!"
"Candra, dia gak masalah dia ..."
"Dia gak masalah, gue yang masalah! Dan dengar, lo gak ada hak ngatur setiap semua orang yang ada di perusahaan ini. Lo cuma sekretaris gue. Ranah elo bukan buat perintah orang seenak hati! Jangan mentang-mentang lo dekat sama gue, lantas lo bisa seenaknya mangkir dari tugas dan ngasih kerjaan lo itu sama orang lain. Lo di sini di gaji, Bell. Jangan nge bossy!"
Bella mengatupkan rapat bibirnya. Tidak menyangka akan mendapatkan Candra dalam keadaan marah begini, yang berujung membuatnya dimaki-maki.
"Lo dengar gak?"
"Iya, Can, aku ngerti."
"Jangan ada lagi kejadian begini. Gue gak mau lo make wewenang gue dalam memerintah semua staff yang ada di sini."
Tadinya, Bella hanya diam mendapatkan protes penuh kemarahan dari Candra. Namun, ia jadi bersuara ketika Candra masih membela Kalila habis-habisan.
"Kamu kenapa perhatian banget sama Kalila? Kamu suka ya sama dia?" tanya Bella sambil memincingkan matanya.
"Suka atau enggak, sekali lagi itu gak ada hubungannya sama sekali sama lo. Yang jelas gue punya kewajiban untuk ngelarang elo seenaknya di sini."
"Tapi kamu berubah sejak ada Kalila!"
"Urusannya sama lo apa, Bella?
Lagi-lagi, Bella terdiam seribu bahasa. Ia nampak mengepalkan tangannya yang berada di atas paha. Ia benci Candra membela Kalila dan nampaknya lelaki itu mulai menyukai adik tirinya.
"Oke, aku minta maaf. Alu janji habis ini gak akan ada kejadian seperti itu lagi." Bella akhirnya mengalah juga tapi tetap saja ia masih merasa kesal dan menganggap Kalila sebagai musuhnya. Semenjak gadis itu datang, sikap Candra jadi sedingin es loli.
"Lo boleh balik ke meja lo. Kerjain berkas laporan yang masih belum sempat Lila selesaikan kemarin."
"Ehmmmm ... Can, kamu bisa temenin aku ntar malem kan?"
"Ntar gue kabarin kalo bisa."
Bella mengepalkan lagi tangannya. Semua rencana menaklukkan Candra jadi terhambat semenjak ada Kalila.
Bella keluar dari ruangan, di depan ia bertemu pandang dengan Kalila yang sedang mengobrol bersama Jessy.
"Tajem banget itu marmut Madura liatin lo," bisik Jessy sambil menyenggol Kalila yang hanya melirik sebentar kepada Bella yang berjalan dengan congkak dan bunyi sepatu yang menghentak.
"Biarin aja, dia emang gak suka sama aku."
"Kenapa gak suka? Emangnya lo rebutan pak Candra sama dia?"
"Ih, asal ngomong aja nih kamu. Ya enggaklah. Dia emang gak sukaan sama orang. Udah ya, aku ke kamar mandi dulu. Kebelet pipis."
Jessy menggapai-gapai, bermaksud menahan Lila. Namun, berhubungan badannya yang berat dan sedang tidak sinkron diajak lari menyusul Lila, akhirnya ia cuma bisa pasrah menunggu Lila kembali lagi sambil lanjutkan ghibah yang sempat tertunda.
Sementara itu, Lila baru saja keluar dari kamar mandi, ketika ia mendapatkan Bella datang Lalu berdiri bersandar di dinding tak jauh dari wastafel darinya.
"Lo kasih pelet apa si Candra sampai sekarang dia tuh belain lo terus?" tanya Bella sembari mendekat ke arah Kalila. Kalila tidak menggubris ia terus mencuci tangan di depan wastafel.
"Kenapa Mbak Bella enggak coba tanya aja sama Mas Candra? Kalau nanya sama aku, Mbak Bella enggak bakal dapat jawaban apapun selain karena memang Mbak Bella udah keterlaluan ngasih tugas sampai aku disuruh lembur sampai malam. "
"Lo nyalahin gue?" tanya Bella berang
"Aku bukannya mau nyalahin Mbak Bella tapi apa hal itu pantas dilakukan oleh seseorang yang notabene hanya seorang sekretaris di dalam sebuah perusahaan? Tapi biar gitu, aku juga masih menghormati Mbak Bella kan? Buktinya aku ngerjain laporan itu walaupun gak selesai karena aku keburu pingsan."
"Alasan aja lo. Pasti lo tuh cuma pura-pura pingsan doang kan supaya Candra datang terus nyelamatin lo. Picik banget sih otak lo ini kecil-kecil udah bisa nipu."
Kalila akhirnya menoleh kepada Bella dia menatap perempuan itu sama tajamnya, tidak suka dituduh hal yang seperti itu. Mendapatkan tuduhan kejam itu dari Bella, akhirnya membuat Kalila kembali bersuara. Padahal tadi ia tidak ingin memperpanjang masalah itu lagi.
"Kenapa Mbak Bella seolah-olah terlalu berpikiran buruk tentang aku? Seolah-olah aku ini musuh Mbak Bella hanya karena mas Candra memberikan sedikit perhatiannya sama aku yang kebetulan memang pingsan semalam."
"Gue muak lihat muka lo yang sok polos begini, Kalila. Apa ini udah jadi cara lo untuk menjerat banyak pria kaya agar mereka itu bisa simpati sama lo?"
"Maksud Mba Bella apa sih? Aku nggak pernah dengerin fitnah yang begini kejam seperti yang sekarang Mbak Bella tuduhkan sama aku. Aku dan Mbak Bella itu baru kenal dan aku sama mas Candra juga baru kenal karena kebetulan kami saudara tiri dan aku nggak ada pikiran mau macam-macam sama mas Candra!" bantah Kalila.
" Sok polos banget lo ya. Sumpah gue muak banget muka lo, Kalila!"
"Mbak Bella selalu berpikiran yang enggak-enggak tentang aku. Maaf ya, Mbak, Mbak sepertinya salah sangka aku juga heran kenapa Mbak Bella sepertinya benci banget sama aku."
"Karena Candra tuh suka sama lo!"
Bella mengucapkannya dengan terengah-engah tanda ia sedang emosi lalu ia segera pergi meninggalkan Kalila dari tempat itu. Sedangkan Lila sendiri hanya tertegun mendengar apa yang baru saja diungkapkan oleh Bella.
Candra suka padanya? Apa dunia sedang terbalik dan baik-baik saja saat ini?