NovelToon NovelToon
MY BODYGUARD

MY BODYGUARD

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Obsesi / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Kehidupan di Kantor / Fantasi Wanita
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ana_nanresje

Hidup di tengah-tengah para Pria yang super Possessive tidak membuat Soraya Aleysia Abigail Jonshon merasa Terkekang Ataupun diatur. Karena hanya dia satu-satunya perempuan yang hidup di keluarga itu, baik Ayah maupun kakak-kakaknya, mereka menjaganya dengan super ketat . Bagi mereka, Raya adalah anugrah Tuhan yang harus benar-benar dijaga, gadis itu peninggalan dari Bunda mereka yang telah lama meninggal setelah melahirkan sosok malaikat di tengah-tengah mereka saat ini.

Raya adalah sosok gadis jelmaan dari bundanya. Parasnya yang cantik dan mempesona persis seperti bundanya saat muda. Maka dari Itu baik Ayah maupun Kakak-kakaknya mereka selalu mengawasi Raya dimanapun Gadis itu berada. Secara tidak langsung mereka menjadi Bodyguard untuk adik mereka sendiri.


Penasaran sama kisahnya? kuylah langsung baca.....!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana_nanresje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27_Memberi Izin

Berdiam diri selama sehari penuh di dalam kamar membuatnya merasa jenuh dan bosan. Waktu yang menurutnya sangat singkat itu seakan akan berjalan dengan lambat. Menangis sampai tertidur dan sampai terbangun lagi, ia tidak menemukan seorangpun di dalam kamarnya. Hanya terdengar suara jarum jam yang menunjukkan padanya bahwa waktu terus berjalan. Tidak ada sapaan dari kedua kakaknya, tidak ada suara yang meneriaki namanya dan tidak ada lelucon yang selalu membuatnya tertawa.

Matanya melirik malas pada jam yang terdapat di atas nakas, waktu menunjukkan pukul lima pagi. Matahari masih enggan untuk memancarkan sinarnya membuat Gadis itu mengesah. Makanan yang di bawakan semalam oleh Bi Yanti pun tak tersentuh olehnya. Mulutnya terasa pahit dan malas untuk memakan apapun itu.

Kaki polosnya menginjak marmer yang terasa dingin, tapi rasa dingin yang menjalar di telapak kakinya tak sebanding dengan sikap kakaknya terhadap dirinya.

Dimana mereka?

Raya melihat daun pintu kamarnya yang masih tertutup rapat. Biasanya kedua kakaknya sudah membuat keributan dengan cara membangunkannya. Tapi tidak dengan hari ini, apa ini akan berlangsung sampai seterusnya? Tidak ada lagi kedua kakak yang mengganggunya di pagi hari?

Dengan melangkahkan kakinya malas  Raya memasuki kamar mandi, membersihkan diri untuk segera bersiap untuk pergi ke kampus. Beban yang ia pikul rasanya terasa berat, Raya tidak bisa terus seperti ini ia rindu kedua kakaknya.

Langkah kakinya terhenti saat sudah berada di lantai dasar, matanya menatap sendu melihat meja makan yang kosong tak berpenghuni. Apa hanya ada dia saja di dalam rumah ini? Kemana Ayah dan kedua kakaknya?

" Non," Raya tersadar dari lamunannya saat Bi Yanti memanggilnya. Wanita yang sudah Raya anggap seperti Neneknya itu selalu bersikap baik dan hangat padanya. 

" Sini Non sarapan dulu bibi udah bikinin Nasi goreng kesukaan Non," Tutur Bi yanti dengan hangat.

Raya tersenyum tipis lalu melangkahkan kaki menghampirinya " Ayah kemana bi?"

" Tuan besar di ruangannya Non," Raya menggelengkan kepala saat Bi yanti hendak mengambilkan nasi goreng ke piringnya.

" Non harus makan, dari kemaren Non belum makan apa apa."

" Ayah nggak ke kantor Bi?" Jawab Raya dengan kembali memberikan pertanyaan pada Bi Yanti.

" Bibi kurang tau Non. Semalem rumah kaya kuburan sepi banget. Tuan Muda juga gak ada yang pulang." Tuturnya membuat Raya kembali mengesah.

Raya mengedarkan matanya kesetiap penjuru, rumah yang kemarin lusa terasa hangat kini sunyi dan sepi. Kemana kedua kakaknya pergi?

" Dimakan Non jangan di liatin aja," Kembali Raya tersenyum pada wanita Tua itu. Kepalanya kembali menggeleng membuat lawan bicaranya mengesah.

" Non harus makan. Tar kalau sakit Tuan muda sama Tuan besar jadi sedih."

Raya termenung berdiam diri memikirkan perkataan Bi yanti. Jika Raya sakit apa mungkin mereka masih peduli dengan dirinya? Apa mereka masih mau memperhatikannya?

Ayah. Shaka.

Raya menunduk. Besok semuanya akan baik baik saja tapi sekarang tidak baik baik saja. Semuanya hanya omong kosong, mana perkataan mereka yang mengatakan semuanya akan baik baik saja? Mana? Kedua tangan Raya terkepal kuat matanya terpejam erat hatinya terasa sakit. Kenapa menjadi seperti ini?

" Hiks," Raya terisak. Airmatanya tak bisa ia tahan lagi.

" Maaf. Maafkan Ka Rey Cia. Maaf!" Raya merasakan pelukan hangat. Rey memeluknya dari belakang mengecup pucuk kepala Raya dengan lembut dan penuh kasih sayang.

" Kak Rey," Raya bangkit. Memutar tumitnya lalu menghamburkan tubuhnya pada pelukan hangat Kakak pertamanya itu. Gadis itu terisak memeluk erat tubuh kakaknya seakan Raya tak mau kembali jauh dari sang kakak.

" Maafkan Ka Rey Cia. Kakak salah. maaf. Maaf kakak belum bisa menjadi kakak yang baik untukmu. Maafkan kakak Cia." Rey mengusap lembut Punggung Raya yang bergetar gadis itu masih terisak dalam pelukannya.

" Ka Rey tidak perlu melakukan apapun untuk menjadi kakak terbaik buat Raya, cukup Ada di samping Raya itu saja sudah cukup kak."

" Tapi kakak sudah membuatmu seperti ini Ci,"

Raya menarik diri dari pelukan itu lalu menatap kakaknya dengan mata yang masih berlinang air mata " Kak Rey nggak salah. Yang kak Rey lakukan itu benar. Tapi Kak izinkan Raya berteman dengan siapapun itu termasuk Shaka. Raya tau kakak nggak mau Raya kenapa napa, tapi dia pria yang baik dan Raya percaya sama dia."

Rey mengangguk " Yes Amour. Kakak nggak akan melarang kamu untuk berteman dengan siapapun lagi. Sekalipun itu Shaka, kamu boleh berteman dengan siapapun."

Raya menghapus Air matanya matanya berbinar dengan senyum tipis di bibirnya  " Ka Rey gak lagi bercandakan? Kakak seriuskan?"

" Kakak Serius Cia!"

" Makasih kak," Raya kembali memeluk hangat kakaknya. Hatinya yang membeku kini kembali menghangat dengan perkataan kakaknya. Kini Tidak ada lagi yang melanggar dirinya untuk dekat dengan Shaka.

" Sugar!" Raya menoleh kearah kakanya yang lain. Randi pria itu sedang menatap kepadanya.

" Ka Randi," Raya melangkah menghamburkan kembali tubuh mungilnya pada sang kakak. Pelukan ini, perhatian ini, suara ini, Raya merindukan Momen kebersamaan mereka seperti sekarang.

" Maafin kakak Ci, Kakak udah bikin kamu seperti ini. Maaf untuk semuanya."

" Stop buat nyalahin diri sendiri kak. Raya tau kalian bersikap seperti itu untuk kebaikan Raya. Raya juga salah. Tolong maafkan Raya."

" Dan satu lagi, jangan menjauh dari Raya. Raya kesepian Raya tidak mau sendirian Raya nggak bisa!" Randi mengeratkan pelukannya saat Raya menangis tersedu sedu di dalam pelukannya. Rey ikut memeluk kedua adiknya itu saling berbagi dan menyalurkan kasih sayang melalui pelukan hangat yang sedang mereka lakukan.

Ayah Liam tersenyum melihatnya. Pria paruh baya itu sudah menyaksikannya sedari tadi. Hatinya merasa lega dan hangat saat putra dan putrinya kembali rukun seperti dulu. Anak anaknya tak boleh saling bertengkar apa lagi dengan masalah yang sepele. Apapun yang terjadi kerukunan dan keluarga adalah Prioritas utama dan untuk menyelesaikannya harus ada yang mengalah tidak boleh egois dan keras kepala.

Senyum manis nan merekah menghias indah di wajah cantiknya. Baru saja beberapa jam yang lalu dia berfikir jika tuhan itu tidak adil padanya karena membuat Dia jauh dari kedua kakaknya dan kini Semuanya kembali membaik seperti semula. Raya terus mengucapkan syukur karena tuhan masih sayang padanya.

Kini semuanya sudah baik baik saja. Kedua kakaknya kembali seperti dulu possessive dan banyak aturan. Bahkan saat hendak berangkat ke kampus pun Kedua kakaknya itu kembali bertengkar karena hanya ingin mengantarkannya. Tapi Raya senang. Senang karena kakaknya sudah kembali padanya, senang karena kedua kakaknya tidak mempermasalahkan jika dua dekat dengan siapapun itu termasuk Shaka.

Shaka?

Mengingat namanya Gadis itu tersenyum. Langkah kakinya semakin lebar dan cepat, rasanya dia sudah tak sabar ingin segera berjumpa dengan teman prianya itu.

Senyum di bibirnya kembali merekah saat dua langkah lagi mencapai kelasnya. Tiba tiba senyum di bibirnya menghilang berubah menjadi sebuah tekukan yang terlihat masam.

Kelas itu kosong pria yang sedang dia cari pun tidak ada di sana, bahkan Meli,Hana, Mike dan Ian mereka pun tak ada di sana. Kenapa kelas sepi? Kemana mereka semua? Bukankah sebentar lagi perkuliahan akan di mulai?

" Mencariku Heum?" Kepala Raya yang menunduk sontak terangkat dan menoleh cepat kearah belakang dimana suara itu berasal.

" Shaka," Tanpa sadar gadis itu tersenyum melangkahkan kakinya lalu menubrukan tubuhnya dengan dada bidang milik Shaka. Raya memeluk erat Pria yang ada di hadapannya.

" Aku merindukan mu!" Raya mengeratkan tangannya pada leher Shaka menjinjitkan kakinya agar dagunya bisa tenggelam dalam ceruk leher si pemilik lesung pipi.

" Aku juga merindukan mu!" Shaka tersenyum. Tangannya terangkat untuk membalas pelukan Raya.

" Kamu benar. Kini semuanya sudah membaik. Apa kamu tau, jujur Aku sempat berpikir jika perkataan mu itu hanya omong kosong untuk menenangkanku saja. Tapi ternyata, perkataanmu itu benar!"

" Kamu ingat apa yang kemarin ku katakan? Kamu itu seperti Ayah perkataan mu selalu membuat ku tenang." Sambungnya Lagi membuat Shaka tersenyum saat mendengarnya.

" Syukurlah kalau begitu. Lain kali jangan menangis jika tidak aku di samping mu!"

" Kenapa begitu?"

" Karena aku ingin, tangan ini yang menghapusnya dan bahu ini yang menjadi sandarannya saat Kamu butuh tempat untuk berbagi beban Ray. Jadi jangan pernah menangis jika tidak ada Aku!" Raya tersenyum sembari mengangguk saat Shaka mengacak gemas surai hitamnya. Pria itu tersenyum tipis padanya. Tipis sekali bahkan senyumnya itu seperti kilat cepat namun menggemparkan.

" Terimakasih,"

" Untuk?"

" Untuk semuanya. Terimakasih karena kamu sudah mau menjadi teman ku. Terimakasih atas semangat mu dan terimakasih atas perhatian mu dan satu lagi, terimakasih karena kamu sudah hadir dalam hidupku."

" Teman? Apa tidak bisa lebih?" Tawar Shaka melipat tangan di dada.

" Lebih?!" Ulangi Raya polos.

" Ck. Sudah jangan di pikirkan. Ku rasa kamu Belum menyadarinya. Ayo!" Ajaknya menarik tangan Raya. Tidak lebih tepatnya menuntun Raya.

" Tunggu, menyadari? Menyadari apa? Terus sekarang kita mau kemana?"

" Jangan banyak tanya ayo ikuti Aku." balas Shaka membuat gadis itu menurut. Tangannya yang berotot tubuhnya yang menjulang tinggi dan Rahang yang kokoh tapi memiliki hati yang lembut dan hangat membuat Raya yang saat ini sedang mengikuti langkahnya terus mengukir senyum indah di bibir merah delimanya.

'Ku rasa ada yang aneh pada diriku saat bersama mu Ka, entahlah aku tidak tahu ini apa. Intinya saat ini aku tidak ingin jauh dari mu' celoteh batinnya.

1
Juprianto
Karyanya bagus cm kurang seru dan panjang thooor/Smile/
Juna: makasih udah mau mampir, masih proses menuju konflik nya.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!