My Way

Dua hari berlalu,

Logan yang mendapat informasi dari Bella bahwa Lona tinggal di area Blue Sea Hotel akhirnya memutuskan untuk bertualang hari itu, ia bahkan meninggalkan hotel tempat ia menginap saat kabut masih terlihat cukup tebal.

"Setidaknya aku mencoba untuk bisa memandang wajah mu kembali Lona! ku harap kau menemukan kebahagiaan di kota ini! dan diriku ..., aku sangat berharap bisa kembali memperbaiki semuanya." Logan bergumam bahkan tersenyum menatap area sekitar dengan mengendarai sebuah mobil yang ia sewa.

Sementara Bella,

Wanita itu tersenyum getir melihat kepergian Logan.

Ternyata hatimu kini memang telah menjadi milik Lona, sejak saat itu! diriku benar-benar telah kehilangan mu, Lo! apa ini karma untuk ku? begini kah rasa nyeri yang di derita Lona saat Logan menghabiskan malam-malam di apartemen milikku?

Buliran air mata seketika membasahi pipi Bella, ia berdiri mematung dengan tatapan kosong di area halaman penginapan.

******

Tubuh Bellona kembali menggigil, ingatan-ingatan kesakitan dari masa lalu yang kini sering datang menghantui tampak membuat gadis itu lemah.

Tolong jangan sakit, aku mohon! aku tak memiliki siapapun di tempat asing ini, apa aku bisa mengurus diriku sendiri?

Mata Bellona kembali terpejam, jemari gadis itu tampak memegangi area perutnya yang kini kembali merasakan kram.

"Mom ..., aku merindukanmu! aku ingin memeluk mu mom! " bibir mungil Lona tak pernah berhenti meracau memanggil sang ibu setiap kali rasa sakit melanda tubuhnya.

Memaksakan diri untuk tertidur dengan segala ketidak nyamanan,

Bellona Ghelsi akhirnya justru tak sadarkan diri di kamar apartemen seorang diri.

Sementara itu disisi lain,

Rafayel tampak menyembunyikan raut wajah panik dihadapan Claire.

"Nona Ghelsi, kenapa nomornya tidak aktif? apa dia baik-baik saja? kenapa dia sama sekali tak nampak muncul dua hari ini?" Rafayel bergumam sembari meremas gawai miliknya.

"Bagaimana Rafayel? apa Nona tak lagi menjawab panggilan? apa kau menyakiti nya? kenapa dia jadi mengacuhkan kita seperti ini?" Claire turut mengomel dihadapan sang paman.

"Claire! lebih kau masuk sekarang atau kau akan terlambat dan kembali berurusan dengan guru pembimbing!"

"Baiklah-baiklah! aku mengerti! tapi jangan lupa janji mu! dan jangan meninggalkan ku jika kalian ingin pergi ke event papan selancar itu! berjanjilah!"

Rafayel pun mengulurkan jari kelingkingnya dan tersenyum menatap sang keponakan.

"Kau masih ada jadwal pemotretan hari ini dude! jangan lagi menundanya atau Madame Zea akan mengomel padaku!"

"Diam lah Thomas! aku sedang khawatir karena memikirkan kekasih ku!"

"A-apa katamu? jadi kau benar-benar berkencan dengan wanita itu?"

"Apa salahnya? dia baik juga cantik!"

"Rafayel-,"

"Aku masih mengusahakan hubungan ku dengannya! apa kau puas?"

"Huuuuufft! apa kau benar-benar ingin menghancurkan karir mu sendiri?" Thomas kembali menghadang langkah kaki sang bintang hingga pria berambut ungu itu menatapnya datar.

"Menghancurkan karir? mana mungkin?" Rafayel kembali berucap dengan santai.

"Aku yakin! kau pasti hanya ingin bermain-main, akan ku carikan perempuan untuk menemani malam mu! tapi lekas pecat wanita itu sebagai guru piano mu Raf! dia memiliki pengaruh yang cukup buruk untuk mu!"

"Jaga mulutmu Thomas! berani kau berbicara sembarangan tentang Nona Ghelsi-, maka aku tak akan segan-segan untuk memecat mu! aku tak butuh asisten pribadi seperti mu!"

Rafayel menampilkan wajah serius sebelum akhirnya melangkah menuju kendaraan Rolls-Royce Spectre yang terparkir di sebuah halaman gedung sekolah yang cukup mewah.

Kenapa kau masih tetap membela Nona Ghelsi, Rafayel? padahal kau tahu betul semua berita miring tentang wanita itu, pengkhianat suami juga keluarga nya sendiri!

Aaaaaiiishhh! jika saja diriku tak bergantung pada pekerjaan padanya ingin rasanya aku memaki anak ikan satu ini!

Thomas menampilkan raut wajah kesal juga sinis begitu Rafayel berlalu pergi.