Alfath Khalid Abraham Al-Ghiffari .
anak sulung dari pengusaha sukses dan pemilik pesantren besar yaitu Azzura dan Gus Ilham,
Al yang tampan dengan sikap humble namun kritis menjadi pusat perhatian para gadis di kampusnya,tak jarang para gadis saling berlomba untuk mendapatkan hatinya.
Namun apa jadinya jika ia bertemu dengan sorang gadis yang begitu misterius bernama Alisya Humaira,apakah Al akan menghindarinya ? atau mendekatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R²_Chair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bercerita pada sahabat
"Sya.."
Tiara dan Caca tak kuasa menahan air matanya saat melihat Alisya tergeletak di lantai,badannya terlihat lemah denga luka di beberapa bagian wajah dan tubuhnya.
"Ayo Sya kita ke rumah sakit" .Tiara hendak memanggil satpam untuk membantunya namun di cegah Alisya.
"Bantu aku masuk ke kamar aja "
"Gak bisa Sya,lo harus ke rumah sakit.Luka-luka lo harus di obati " Caca berusaha membujuk Alisya agar mau di bawa ke rumahsakit.Namun sayang Alisya tetap pada pendiriannya.
"Ayo gue bantu" Dengan hati-hati Caca dan Tiara membantu Alisya masuk kedalam rumahnya.
"Non sya langsung ke kamar saja ya,nanti Mbok Mi bawakan air hangat "
"Mama gimana mbok?"
"Nyonya sedang di tangani suster "
Alisya mengangguk kemudian berjalan menuju tangga yang di papah kedua sahabatnya.Tiba di depan sebuah pintu,Alisya meminta Tiara untuk membukanya.
Kedua pasang mata melotot tak percaya kamar Alisya begitu besar dan luas di banding kamarnya "Gila.."
Alisya duduk di kasur,ia menunduk semua rasa campur aduk.Ia bingung dan malu karena ada oranglain yang mengetahui bagaimana hidupnya yang sebenarnya.
Caca memberi kode pada Tiara,perlahan keduanya mendekat dan duduk di samping kiri dan kanan Alisya "Sya". Lirih keduanya,tak lama keduanya langsung memeluk Alisya "Menangis lah Sya,jangan di tahan "
Tanpa bisa di tahan lagi air mata Alisya mengalir deras membuat kedua temannya ikut menangis.Mbok Mi yang hendak masuk mengurungkan niatnya,ia terdiam mendengar suara tangis nona mudanya yang begitu keras.Setelah sekian lama dirinya bisa mendengar tangis sang nona muda.
Sedari dulu Alisya tidak pernah memperlihatkan kerapuhannya,ia terkesan begitu kuat dan sabar namun sekarang seolah semuanya luruh.
Cukup lama ketiganya menangis hingga hanya terdengar suara segukan saja dari mulut Alisya membuatnya keduanya melepas pelukannya dari Alisya.
"Udah lumayan tenang kan Sya?"
Alisya hanya mengangguk.
"Sekarang kita obati luka-luka lo ya "
Alisya terdiam "Maaf..",matanya kembali berkaca "Maaf karena kalian harus melihat ini semua,maaf sudah merepotkan kalian"
"Ngomong apa sih Sya,awalnya memang kita kaget tapi pas kita tau lo dalam bahaya gue malah pengen lindungi lo.Gak usah minta maaf Sya,lo gak salah "
"Tapi kalian jadi tau gimana hidup aku "
"Sya,jangan sedih lagi.Lo punya kita,kita siap dengar dan bantu lo.Gue pengen kita bukan cuma sekedar teman,tapi gue pengen kita juga seperti saudara.Jadi gue mohon mulai sekarang coba terbuka sama kita,kalau ada apa-apa bilang sama kita.Mungkin kita gak bisa bantu,tapi setidaknya kita bisa jadi pendengar lo "
"Aku malu.."
"Malu kenapa?"
"Inilah kehidupanku yang sebenarnya Ca "
"Sya,semua orang punya sisi gelap dan terang.Kita tidak bisa menilai dari satu sisi tanpa tau yang sebenarnya,begitu juga kita berdua.Kita gak akan menilai buruk lo sebelum kita tau yang sebenarnya "
"Yang Caca bilang benar Sya,jadi coba ceritakan sama kita yang sebenarnya biar kita gak salah nilai Lo "
Alisya melihat kedua pasang bola mata kedua sahabatnya.Ada rasa hangat dan peduli yang terpancar,mungkin memang sudah waktunya dirinya membuka diri dan mempercayai orang lain untuk menjadi tempatnya bercerita.
"Tapi sebelum lo cerita,lebih baik lo bersih-bersih dulu baru kita obat luka-luka lo sambil lo cerita "
Alisya setuju,badannya memang sudah terasa lengket.Ia akhirnya pamit untuk membersihkan diri dulu.
Lima belas menit kemudian Alisya keluar dari kamar mandi menggunakan baju tidur dan kerudung simple.Kedua pasang bola mata terus menatap Alisya tanpa kedip,membuat Alisya malu dan risih.
"Kenapa sih? Ada yang aneh ya ?"
"Ca,mata gue kayanya siwer deh "
"Sama Ra,mata gue nambah minusnya kah?"
"Kalian kenapa sih,aneh banget " Alisya menghampiri kedua temannya yang sejak tadi terus menatap dirinya.
"Sya lo pake topeng ya?"
"Kenapa sih Ra,memangnya kenapa sama aku ?"
Tiba-tiba Caca berteriak sambil memegang kedua pipi Alisya "Huuaa...ini boneka siapa sih cantik dan lucu banget "
"Ca beli boneka kaya gini dimana ya ? Gue pengen "
Alisya melepas tangan Caca,"Kenapa sih aneh banget"
"Sya,sumpah lo cantik banget.Muka lo sempurna banget Sya,kaya boneka lucu,cantik,putih ah pokoknya bikin gue gak bisa berkata-kata "
"Dih,ini kamu dari tadi berkata-kata " Ucap Alisya terkekeh.
"Ck,lo mah gak bisa di ajak lebay dikit.Gak asik Lo sya"
"Tapi emang bener sih sesuai dugaan gue,dibalik cadar lo ada wajah cantik yang bikin semua cewe insecure."
"Gak boleh muji berlebihan Ra,nanti jatuhnya sombong dan dosa"
"Gue setuju sama yang di bilang Tiara,keputusan Lo buat pakai cadar memang sudah tepat.Gue gak bisa bayangin kalo sampe semua penghuni kampus tau wajah lo,gue jamin lo gak bakal tenang kuliah.Pasti tuh cowo-cowo pada ngejar lo,terus para cewe pasti pada labrak lo "
"Omongan kamu bikin aku takut Ca"
"Haha...tenang Sya,itu gak akan pernah terjadi.Gue bakal jadi garda terdepan buat Lo "
Alisya tersenyum,"Makasih,kalian sudah baik sama aku "
"Sama-sama,jadi mau cerita dari mana?"
Alisya terdiam,ia bingung harus memulai dari mana.Ia menghela nafas berat dan mulai bercerita pada keduanya.
Caca dan Tiara dibuat geleng-geleng mendengar cerita Alisya,ternyata di dunia ini memang benar ada seorang ibu yang tega menyakiti darah dagingnya.
"Ternyata selama ini lo nahan sakit sendiri ya Sya,tapi mulai sekarang gue harap lo bisa bagi sakit lo sama kita berdua.Kita berdua siap mendengar keluh kesah lo Sya,tolong jangan sungkan sama kita kalau lo butuh bantuan."
Alisya mengangguk dalam senyumnya,kemudian masuk mbok Mi membawa baskom berisi air hangat dan handuk kecil.
Alisya berbaring,ia membuka bajunya.Mata Caca dan Tiara di buat melotot melihat luka lebam dan robekan di punggung,tangan,kaki,dahi Alisya.
Luka yang sepertinya bukan hanya di dapat hari ini tapi juga sebelum-sebelumnya.Luka di punggungnya hampir penuh membuat Caca kembali menangis karena tidak tega dengan Alisya.