Ini bukan cerita seorang CEO yang kejam, dingin, dan pemaksa. Giovani adalah seorang CEO yang baik hati, ramah, dan tampan. Namun selalu memiliki nasib buruk dalam kehidupan asmara. Berkali-kali dia gagal dalam menjalin hubungan percintaan dengan perempuan.
Hingga akhirnya dia jatuh cinta kepada sosok Sofia, seorang model cantik yang angkuh namun baik hati, yang berhasil mencuri hati seorang Gio. Bahkan Gio rela menyamar menjadi seorang bodyguard agar bisa mendekati Sofia. Mampukah Gio mendapatkan cinta Sofia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nolasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Desi sudah kembali dari mall. Dia menyuruh pelayannya untuk mengambil belanjaannya dari mobil dan menyimpannya di kamar khusus untuk menyimpan barang.
Desi merebahkan tubuhnya di sofa. Dia memijit kepalanya dengan jari-jarinya. Feri baru saja menuruni tangga dan melihat istrinya duduk termenung di ruang keluarga.
"Eh bunda udah pulang. Gimana belanjanya?" sapa Feri begitu manis sambil berjalan menghampiri istrinya.
Desi menoleh sekilas lalu dia kembali menatap ke arah depan, "Kacau, Yah," balas Desi.
Feri mengernyitkan keningnya merasa bingung dengan perkataan Desi.
"Kacau kenapa? Kamu nggal dilayani dengan baik?" tanya Feri hati-hati.
"Tadi bunda melihat Sofia di mall..."
"Terus?" timpal Feri mulai penasaran.
Saat Desi akan mengeluarkan kata-kata, terdengarlah suara salam yang berasal dari seseorang yang tidak asing, yaitu Gio.
"Assalamu'alaikum" sapa Gio.
"Wa'alaikumsalam" balas kedua orang tua Gio.
Gio menyalami mereka satu persatu, sebelum akhirnya Desi angkat bicara.
"Tumben inget rumah" sindir Desi.
"Loh kan biasanya Gio pulang ke rumah. Emang Gio suruh pulang ke mana, Bun?" ujar Gio tak mengerti.
"Iya nih. Bunda aneh-aneh aja" timpal Feri.
"Biasanya kamu pasti ke rumah perempuan bad attitude itu" ketus Desi.
"Perempuan? Bad attitude?" sela Feri.
"Maksud bunda siapa?" tanya Gio.
"Ya Sofialah. Siapa lagi memang?" tegas Desi.
Gio dan Feri saling memandang. Terlihat di wajah mereka perasaan bingung. Mereka tidak mengerti maksud dari ucapan Desi.
"Asal kalian tahu ya. Tadi bunda lihat Sofia di mall. Dia marah-marah ke ibu-ibu. Bahkan sampai anak ibu itu nangis. Nggak sopan banget kan? Memangnya orang tua dia tidak pernah mengajarkan sopan santun apa? Dia menjadi pusat perhatian semua orang di mall" jelas Desi dengan nada bicara menggebu-gebu.
"Bunda, Sofia tidak mungkin seperti itu. Dia wanita yang paham sopan santun. Sikap dia sangat baik. Apalagi dia wanita berpendidikan. Aku tahu itu" belas Gio.
Desi mendengus napas kasar, lalu dia berdiri sambil berkacak pinggang menatap putranya lalu berkata, "Terserah kamu. Intinya bunda sudah memperingatkan kamu kalau Sofia bukan wanita yang baik untuk kamu. Dia bisa mencemarkan nama baik keluarga kita. Dan nanti kamu akan tahu sifat aslinya," tegas Desi dengan nada memperingatkan dan penuh ancaman.
Desi melangkah pergi meninggalkan ruang keluarga. Kemudian menaiki tangga dan menuju ke kamarnya. Gio terlihat sedih atas perkataan bundanya yang masih memiliki penilaian buruk tentang Sofia. Feri paham betul dengan perasaan putranya itu.
"Gio kemarilah" panggil Feri sambil melambaikan tangan menyuruh Gio duduk di sebelahnya.
Gio pun melangkah menuju sofa dan duduk di samping ayahnya. Feri merangkul bahu putranya. Dia terlihat bukan seperti seorang ayah tapi lebih kepada seorang sahabat.
"Ayah tahu perasaan kamu. Sedih pasti, karena bunda kamu tidak mendukung apa yang kamu lakukan. Tapi tidak ada salahnya kamu mendengarkan saran bunda kamu. Walaupun kamu mencintai Sofia, kamu juga harus tetap mempertimbangkan bagaimana kehidupan dia yang sebenarnya. Karena kita tidak pernah tahu apa yang tersimpan di dalam hidupnya" ucap Feri begitu bijak dengan tatapan penuh pengertian.
Gio tersenyum dan mengangguk paham dengan perkataan ayahnya tadi.
"Udah sana mandi. Ayah geli lihat kepala pelontos kamu. Mending kamu daftar tentara aja kayak almarhum papahnya Okka" ledek Feri sambil cengengesan.
"Ih ayah, seneng banget menghina anak sendiri" gerutu Gio dengan wajah dibuat cemberut.
*****
Setelah dari mall, Alin mengajak Sofia untuk ke rumahnya. Karena mamahnya meminta Sofia untuk datang. Sesampainya di rumah Alin, tentu saja Sofia disambut dengan makanan kesukaan dia. Sebelum pergi ke Semarang, Astrid sudah memberitahu Mita kalau dia akan pergi ke luar kota selama beberapa hari.
Jadi, Astrid menitipkan Sofia kepada Mita. Karena mereka berdua bersahabat sejak lama, jadi mereka sudah seperti keluarga yang begitu dekat.
"Nih, tante udah masakin makanan kesukaan kamu loh" ujar Mita begitu semangat.
"Wow, banyak banget. Sofia jadi lapar" kelakar Sofia sambil memegangi perutnya dengan ekspresi lucu.
"Mamah jahat. Semua makanan yang mamah masak, semuanya makanan kesukaan Sofia. Mana makanan kesukaan aku" gerutu Alin merenggut manja.
"Kamu tiap hari itu makan masakan mamah ya. Nggak usah ngada-ngada deh. Kamu aja sering makan di rumah Tante Astrid kan. Sekarang gantian" balas Mita.
"Sofia malam ini tidur sini ya?" tawar Bima.
"Nggak bisa Om Komandan, Sofia tidur rumah aja. Soalnya besok ada tim MUA datang ke rumah buat dandanin aku" balas Sofia.
"Memang kamu mau ada acara apa?" tanya Mita.
"Anniversary DC Models, Mah" sela Alin sambil memakan puding buah naga.
"Nanti biar om yang anter kamu pulang ya" tawar Bima.
"Nggak usah, Om. Biar Sofia minta Pak Jaja jemput aja" kata Sofia.
"Ya udah, sekarang kamu makan dulu. Yang banyak" ujar Mita meletakkan nasi di piring Sofia.
"Jangan banyak-banyak, Tan. Aku diet" rengek Sofia dengan wajah tak rela.
"Hari ini kamu libur diet" perintah Bima dengan disusul suara tawa.
*****
Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Mobil yang dikendarai Pak Jaja baru tiba di depan halaman rumah Sofia. Segera Sofia turun dari mobil itu. Dia melirik ke seluruh penjuru halaman rumahnya.
"Non Sofia cari apa?" tanya Jaja.
"Danar nggak datang ke rumah, Pak?" kata Sofia.
"Tidak, Non. Setelah dia pergi dari rumah ini, dia belum datang lagi" jelas Jaja.
Sofia menghela napas panjang. Dia menaiki beberapa anak tangga untuk menuju teras rumahnya. Lalu Sofia melangkah memasuki rumahnya. Entah kenapa dia memikirkan bodyguardnya itu.
"Non Sofia sudah pulang? Mau bibi hangatkan makanan?" tanya pembantu yang melihat kedatangan Sofia.
"Nggak usah. Aku udah makan di rumah Alin" jawab Sofia.
"Kaki Non Sofia sudah baikan?" ucap pembantu itu lagi saat melihat cara jalan Sofia tidak tertatih lagi.
"Lumayan, Bi. Besok ada tim MUA datang ke rumah. Kalau mereka datang saat aku belum bangun tidur, bibi bangunin aku ya" ujar Sofia.
"Baik Non" tandas pembantu itu sebelum akhirnya Sofia menghilang karena masuk ke dalam kamarnya.
Sofia memasuki kamar dengan langkah gontai. Dia duduk dan bersandar di atas tempat tidur. Selirik Sofia melihat layar HP-nya. Siapa tahu dia mendapat pesan dari bodyguardnya yang sudah seharian tidak memberinya kabar sama sekali.
"Kenapa aku jadi kepikiran dia terus sih?" ujar Sofia melempar HP-nya ke sisi lain tempat tidurnya.
Sofia menarik napas panjang dan menghembuskannya panjang. Memeluk tubuhnya dengan kedua tangannya.
"Tapi, sehari tanpa dia serasa sepi hariku. Ya ampun lebay banget aku sih"teriak Sofia mengacak-acak rambutnya.
*****
Sementara Gio sedang duduk di bangku yang ada di balkon kamarnya. Dia terus menatap layar HP-nya begitu fokus. Bagaimana tidak, di layar HP-nya terpampang foto Sofia yang begitu cantik.
"Kenapa kamu cantik sih? Aku kan jadi suka" ujar Gio memanggku wajahnya dengan telapak tangannya.
"Baru saja sebentar bertemu, kenapa rasanya aku sudah sangat merindukanmu?" kata Gio sambil mengusap foto Sofia yang tersenyum manis.
"Aku akan membuat kamu jatuh cinta kepadaku, Sofia" ujar Gio percaya diri.