Istri Lemah Kesayangan Presdir

Anne sampai mengerjabkan matanya berulang kali mendengar ucapan sang Presdir, bagaimana bisa Jackson akan menyiapkan susu hangat untuknya setiap jam?

Bukankah hal seperti itu tidak mungkin terjadi?

"Mulai sekarang apapun yang kamu sukai ataupun kamu inginkan katakan padaku, aku yang akan memenuhi semuanya," ucap Jackson kemudian.

Anne sangat terharu mendengarnya, kalimat itu sama seperti yang biasa diucapkan oleh orang-orang terdekatnya selama ini. Jika Anne butuh apapun maka cukup memberi tahu mereka untuk mewujudkannya.

Anne tersenyum kecil dan melihat senyum itu akhirnya Jackson bisa menghela nafasnya lega, bersyukur jika Anne tidak merasa takut padanya.

Apa yang paling menyedihkan bagi seorang pria adalah saat melihat wanita yang disukainya merasa tak nyaman di sampingnya.

"Terima kasih, Tuan. Tapi, tapi anda jangan terlalu baik seperti ini. Aku takut tidak bisa membalasnya."

'Balas dengan cintamu, An,' jawab Jackson, tapi untuk sekarang hanya mampu dia ucapkan di dalam hati. Jackson sudah menatap setulus hatinya, namun Anne tetap menganggapnya sebagai tatapan teman biasa.

Tiba di kantor Anne langsung diperintahkan oleh Jackson untuk membuat susu hangatnya sendiri, tapi Anne yang merasa tak enak hati enggan untuk melakukannya.

"Kalau begitu buatlah susu hangat dan minum di ruanganku," titah Jackson Kemudian, berpikir bahwa mungkin saja Anne akan merasa sungkan dengan rekan kerja yang lain.

"Tidak ada penolakan, ya."

"Baik," jawab Anne lirih.

Butuh beberapa menit untuk Anne membuat dua gelas minuman, satu kopi untuk Jackson dan satu gelas susu untuknya sendiri.

Sebelum masuk ke ruangan sang Presdir dua sekretaris juga bertanya-tanya kenapa Anne membawa dua gelas minuman, tapi ketika Anne mengatakan ini semua permintaan Jackson maka mereka tak banyak bertanya lagi.

Untuk masuk ke ruangan Jackson dengan nampan minuman itu saja jantung Anne sudah berdegup cepat. Seolah banyak sekali rintangannya.

"Letakkan di sana dan duduklah," titah Jackson, dia menunjuk meja sofa dengan dagunya.

"Baik, Tuan," jawab Anne.

Jackson lantas bangkit dari duduknya dan mendekati Anne, tiba di sana dia pun duduk di samping sang istri. Bagi Jackson mereka adalah pasangan suami istri yang bahagia, sudah sejauh itu khayalan di dalam benaknya.

"Minum susumu," ucap Jackson, lembut sekali bicaranya.

"Tuan juga, silakan minum kopinya."

"Ayo kita minum sama-sama."

Anne mengangguk, dengan tersenyum dia akhirnya menikmati minuman kesukaannya tersebut. Rasanya manis dan hangat, ada gurih gurihnya sedikit yang tak mampu dia ungkapkan dengan kata-kata.

Tapi meski ini hanya segelas susu, namun sangat berarti bagi Anne. Selama tinggal sendiri Anne juga pasti meminum susu setiap hari.

Beberapa hari tinggal di rumah Jackson dia tak pernah minum susu, dan sekarang rasa inginnya seolah terbayar lunas.

"Enak," ucap Anne tanpa sadar.

"Manis," balas Jackson, saat menatap Anne lekat.

"Manis? bukannya kopi anda pahit? Katanya tidak ingin pakai gula," balas Anne heran, dahinya sampai berkerut saat mendengar ucapan tersebut. Bagaimana bisa Jackson minum kopi pahit tapi menganggapnya sebagai kopi yang manis.

Dan mendengar pertanyaan pollos Anne, Jackson jadi terkekeh sendiri. Ingin rasanya menarik hidung sang istri, tapi dia tahan.

"Iya, pahit," balas Jackson kemudian.

Anne tersenyum juga, "Apa Anda ingin saya ambilkan gula."

"Tidak, tapi apa boleh aku minta minumanmu?"

"Tapi ini sudah saya minum, saya akan buatkan yang baru untuk Anda."

"Tidak usah, aku hanya ingin mencicipinya sedikit." Jackson mengambil gelas susu Anne dan meminumnya.

Deg! Anne mendelik, apakah sesama teman memang bisa minum dari gelas yang sama?

Tapi Anne tidak seperti itu pada Arga, tidak pula seperti itu pada Deon.

Dan detak jantung Anne makin berdegup sendiri.