Perang dunia organisasi kriminal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Daripada Mati
"Aku akan keluar sebentar",
"Ada yang kamu inginkan?",
"Samakan saja dengan mu",
Sehabis melepas rindu setelah melewati lebih dari dua belas purnama tidak pernah bertemu.
Rain turun ke bawah untuk membelikan mereka berdua makanan.
Moka masih terlentang kehabisan tenaga.
Tidak lama. Rain kembali ke tempatnya. Tapi kenapa semua ini terjadi?
Situasinya benar-benar tidak menyenangkan seperti beberapa menit yang lalu.
Rain menghampiri Moka lalu mencium keningnya. Mungkin untuk yang terakhir kali.
Rain kembali ke atas tidak sendirian. Rain datang dengan para tukang pukul bos besar.
"Berapa kamu menjual ku?",
Tanya Moka kepada Rain yang telah memberi tahu keberadaannya kepada orang-orang yang sedang mengejarnya.
"Maafkan aku Moka tapi aku lebih suka uang daripada kamu",
"Lima juta",
Mendengar jawaban Rain seharusnya sahabat Moka itu bisa meminta lebih.
"Harusnya kamu meminta lebih banyak Rain",
"Kamu akan menyesalinya",
"Selamat tinggal Moka",
"Aku berharap tidak perlu melihatmu lagi",
"Jika aku mati arwahku yang akan datang gentayangan menghantui mu Rain",
Di dalam lingkungan yang berbahaya seperti ini tidak ada yang menyadari keberadaan Tuhan. Yang paling menentukan adalah uang dan kekuasaan.
Hanya dengan memakai celana dalam. Moka dibawa oleh para tukang pukul suruhan bos besar.
Sepertinya ini akan menjadi hari terakhir bagi Moka untuk bisa bernapas.
Moka dimasukkan ke dalam mobil yang serba hitam. Bersama orang-orang kekar yang mulai main pukul. Moka pun babar belur.
"Dimana uang nya Moka?",
"Kamu tahu 679.000 juta itu bukan uang yang sedikit",
"Dimana kamu menyembunyikannya Moka?",
Mobil serba hitam itu menepi di jembatan yang sepi.
Di sungai di bawah sanalah para anak buah bos besar akan membuang jasad Moka setelah dihabisi.
Moka dilempar di pinggir jalan dengan tubuh penuh luka lebam biru-biru dan berdarah-darah.
"Aku akan memberitahukan tempat dimana aku menyimpan uang itu",
"Tapi aku mohon jangan bunuh aku",
"Cepat beritahu kami sekarang atau kami akan menembak kepalamu",
Seorang tukang pukul bos besar menodongkan senjata api ke kepala Moka.
"Berikan handphone ku",
Mereka memberikan handphone milik Moka yang sudah mereka ambil di tempat Moka tinggalkan sebelumnya.
"Biarkan aku menghubungi orang dimana aku menyembunyikan uang itu",
Moka berpura-pura hendak menelpon seseorang. Tapi Moka dengan cepat melemparkan handphone miliknya itu mengenai senjata api yang dipegang oleh salah seorang tukang pukul bos besar yang memegang pistol.
Senjata api itu terlepas dari pegangan tangan yang mengancam nyawa Moka.
Seketika itu juga Moka melompat ke sungai.
"Byur!",
Moka tenggelam ke dalam sungai disusul oleh suara tembakan-tembakan yang melepaskan peluru-peluru untuk membunuh Moka.
Beruntung anak bandel ini punya gaya bebas dalam berenang. Moka selamat dari terjangan timah-timah panas yang tidak lama berubah menjadi dingin begitu ikut menyelam ke dalam air.
Arus sungai yang cukup deras membantu Moka untuk melarikan diri. Meskipun Moka tidak pernah tahu apa yang akan ditemuinya di hilir sungai yang masih jauh nanti.
Tapi tetap saja ini jauh lebih baik daripada mati.
*
Di sisi yang lain ada seseorang yang sedang memperhatikan kejadian itu.
Syukurlah Moka bisa menyelamatkan diri. Orang asing itu tersenyum melihat kecerdikan Moka.
Tidak salah lagi dia adalah salah satu dari yang tersisa.
Jadi seseorang yang mengenakan pakaian santai dan berkepala botak itu tidak jadi membidikkan senapan jarak jauh miliknya untuk menyelamatkan anak muda yang sedang dicari-cari.
Sekarang ia hanya tinggal menunggu Moka sampai di hilir sungai.
Mudah-mudahan saja anak itu masih bertahan.
